“KEBAHAGIAAN SRI”
Cinta Sri Bersemi seperti bunga Anggrek |
Sri baru saja datang, dia agak bête
di rumahnya. Namanya juga penganten baru. Suaminya masih tertinggal di
Singapura ada sedikit urusan bisnis katanya. Mungkin dia capek karena
pesawatnya tertunda beberapa hari disana tak bisa mendarat di Ngurah Rai karena
tutupan debu erupsi Gunung Raung. Sri sejatinya sekarang adik iparku. Aku ikut
berbahagia melihat dia hamil, mungkin kepulangannya juga untuk acara tujuh
bulanan kandungannya, atau untuk persiapan melahirkan disini.
Kuhidangkan sepiring tape
Bondowoso panggang keju, dengan kopi capucino. Karena aroma kopi yang aduhai,
Karma menjadi terbangun dari tidurnya. Dia terkaget melihat Sri tidur pulas di
sebelahnya. Aku sempat selimuti dia dengan sebuah kain pantai biar tidurnya tidak
terlalu banyak angin.
Tadi saat Sri datang, dia
menanyakan lagu yang Karma stel sambil tiduran. Lagu itu ku tahu dulu di beli
Karma saat kami pergi urusan bisnisnya Karma di Jakarta. Tepatnya di sebuah took
kaset di dekat Kota Lama, hehehe maksudku Kota Tua. Itu dia beli setelah
mendengarkan sebuah lagu yang agak nge beet, dengan hentakan drum yang sangat
rancak.
Setelah terbangun dan mencicipi
kopi yang ku siapkan Karma, menyetel lagu itu kembali. Liriknya sangat pas kata
Sri.
…… Sepuluh tahun membeku, hati
beku bagai salju;
yang dulu mati membeku kini hidup
bergelora; dan seterusnya
…..Bersemilah bersemilah
bersemilah ditubuhku;
Kau penolong jiwa raga, walau kau
cinta kedua
Betapa hidupku rugi bila hati
beku mati
Nikmat cinta tak kumiliki, aduhai
betapa rugi
Sebagai insan biasa, nikmat hidup
punya cinta.
Dug..dug..dug dududug ………. Itu kendangnya
terus menggema.
“Bli Karma, itu lagu tadi
ditanyakan Sri, apa nama lagunya, dan siapa nama penyanyinya”
“Oh itu, itu kaset yang ku beli
di dekat Kola Lama, saat bersama kita ke Jakarta beberapa bulan lalu”
Itu lagunya bernama Bersemilah,
di daur ulang oleh Band anak muda, penyanyinya Zillo dari d’Matrix. Sambil
mematikan kaset itu, Karma meneruskan menikmati Tape Panggang keju yang
kusiapkan. Dia sangat menikmati dan memuji ku. Entah itu memang dia sangat
senang atau hanya sekedar basa basi. Tapi aku tak memerdulikannya, karena
memang aku sangat suka pujiannya.
Aku ambil sebuah piring kecil aku
ikut menikmatinya tape panggang itu. Hanya saja aku tak suka kopi aku telah
siapkan juga the hijau kegemaranku. Aku menemani suamiku yang memang
kelihatannya sangat bahagia hari ini. Projeknya baru selesai, desain yang dia
buat untuk sebuah produk kecantikan ternama di terima dengan penuh apresiasi,
walau nuansa Asia sangat kental dalam desain kemasan yang dia buat. Aku tahu
karena beberapa hari lalu dia meminta penilaian aku untuk rancangannya.
Beberapa prin out desain dengan
berbagai pilihan warna masih rapi bertumpuk di meja sebelah suamiku tertidur, di
dekat tape rekoreder jinjing yang dia pakai memutar lagu ……bersemilah Zillo.
Kuperhatikan suamiku sangat menikmati snak sore yang kusuguhkan, rambutnya yang
gondrong menjadi tidak rapi ditiup angina sore itu. Kuperjatikan rambut suamiku
mirip Kitaro. Seniman Jepang yang mendunia itu. Cepat sekali hampir tiga potong
tape panggang keju dilahapnya, kopi kapucinopun hanya tertinggal sepertiganya.
Diapun menanyakan Sri, “Apakah
sudah lama dia datang?, Kok aku biarkan dia tertidur di lua” . Aku bilang dia
mungkin sangat kecapekan baru semalam sampai dari Singapura, sore ini dia
mampir karena bête di rumah. Ayahnya Sri pergi ngadu ayam menjelang siang sudah
berangkat dengan teman-temannya, kata Sri.
“Memang kelihatannya, dia sangat
pulas tidurnya”. Kasihan dia kelihatannya capek, walau di raut mukanya kulihat
kebahagiaan taka ada tara. Dia beruntung mendapatkan suami, pada saat yang
tepat, saat umurnya masih produktif. Dia menjanda saat yang tepat menjelang
Posdok nya di Jepang. Dia bertemu orang yang tepat. Itu secara beruntun
kuucapkan dengan lirih ketelinga suami kua.
“Diapun seperti kita menjadi pasangan
yang tepat, dan mempunyai ipar yang baik seperti kita”
“Hahahahahahahahaha” tawa kami
tak tertahan, secara bersamaan sampai membangunkan Sri dari tidurnya. Diapun
ikut tertawa. “Aduh kalian memang pasangan yang sangat berbahagia” kata Sri
lirih sambil membenahi duduknya.
“Aku tertidur pulas, aku sampai
bermimpi indah” kata Sri.
Makanya kami biarkan Sri tidur,
dan menikmati tidur dengan pulas. Walau tidur di Sofa. Lagu yang kau putar tadi
Karma yang sangat berkesan di hatiku, ujar Sri. Oh itu ku pencet lagi tombol ‘on’
tape itu, dan mengalunlah beet-beet indah gendang mengiringi suara Zillo, itu
lagu pernah dipopulerkan Mukhsin Alatas, sekarang di daur ulang, atau di
rearrange atau di aransemen ulang biar lebih anak muda, dibawakan oleh Zillo
itu, vokalis d’Matrix.
Memang lagu itu lagu kesukaan
Karma, dia akan putar berulang, karena telah deprogram dan rekam ulang,
sehingga dapat deprogram diputar 30 menit atau beberapa menit yang disukai. Kamu boleh bawa nanti aku siapkan
dalam flashdisk Sri, kau bisa mengulang memutarnya di mobil atau di rumah.
Terima kasih Karma. Maaf aku
tertidur di dekatmu tadi, maaf Souchi aku tak sengaja tertidur di sofa dekat
suamimu De Karma. “Akh nggak apa-apa, aku tak mungkin cemburu, kau kan sekarang
telah menjadi anggota keluarga kami, Ayo nikmati tape panggangnya, minumnya
kopi atau the hijau?” kata Souchi.
“Biarkan sesekali aku minum kopi
kapucino dan mencicipi tape panggang keju ini Suchi” jawab Sri.
Souchi menydorkan sepiring kecil
tape panggang dan secangkir kopi kapucino ke dekat Sri. Silahkan.
Merakapun melewatkan sore itu
dengan sangat akrab. Memang Sri dan Karma dua sahabat lama yang sudah sangat
saling kenal, hanya saja Karma tidak menanggapi cinta Sri. Dia sangat megang
prinsip. Dia tidak mau terlanjur mencintai Sri karena dia lebih tua sedikit,
serta kedua orang tua mereka awalnya sahabat, namun belakangan dalam
perjalanannya agak renggang. Biasa kalau sahabat yang terlalu akrab, maka
renganggnya juga awet. Itu ku ketahui dari Ayahnya Sri.
“Sri, kulihat kamu sangat
bahagia, dalam kondisi tertidurpun kamu kelihatan sangat bahagia”
“Ya memang, aku bahagia, persis
seperti syair lagu itu yang kualami Karma”
Sri baru menemukan kebahagian,
setalah sepuluh tahun lebih berkeluargakan seorang gay, yang lebih mencintai sesame
lelaki daripada mencintai istrinya. Hatinya sakit, betapa tidak suaminya
didepan mata istrinya terkadang bercumbu dengans sesamanya dengan tdiak malu
malu. Drngan penuh keberanian dan merobek dinding tabu, dia ungkapkan
kondisinya kepada orang tuanya. Pada awalnya ayah Sri memang tidak percaya,
karena menganggap anak gadisnya aman-aman saja dengan suaminya terdahulu. Itu
Sri lakukan semata-mata tidak ingin menyakiti hati orang taunya, biarlah hati
dia yang sakit.
PAda akhirnya asap tidak bisa
selamanya ditutupi pada akhirnya akan ketahuan pula. Saat suaminya mesra dengan
teman lelakinya ayah Sri memergokinya. Saat itlah Sri menenangkan ayahnya serta
dengan hato-hati menyampaikan kondisi sebenarnya, serta mengemukakan maksud
bercerai dengan suaminya.
Walau ayahnya marah besar dengan
penuh penyesalan, Sri tetap menenangkannya. Sri tidak mau membuka lebar aib
keluarga itu, karena pernikahan Sri merupakan perkdohan yang dilakukan ayahnya,
semat-mata karena dia ingin segera mempunyai cucu dalam. Ayahnya merasa
menyesal sehingga pelariannya berjudi, adu ayam atau tajen.
Harapan kami –kata Sri- dengan
kehamilanku ini, ayah akan mulai mengurangi ke’gila’annya berjudi tajen. Beliau
pasti akan senang dengan anak yang aku kandung, cucunya. Hasil USG dia
laki-laki. AKu merencanakan melahirkan di sini saja. Kebetulan bulan lalu semua
laporan projek posdok ku, sudah selesai. Semuanya tentang penyakit endemic tropis,
demam berdarah dan malaria.
Sri minta Karma dan Souchi
mendisain acara tujuh bulanan Sri. Dia minta agar mempunyai nuansa
internasional. Karena Sri dan Suami merencanakan mengundang teman-temannya
kerumah yang belum sempat datang saat resepsi pernikahan terdahulu. Khususnya
teman-teman bisnis suaminya yang sudah menyatakan akan hadir kalau diundang,
demikian juga teman-temannya di IDI yang belum sempat kenal dengan pasangan
ini.
Duh bahagianya. “Kami berdua,
mewakili keluarga besar de Karma juga ikut berbahagia Sri” kata De Karma.
Adikku akan kupanggil pulang dari Dili, agar membawa jeruk Timtim untuk pesta
itu. M<erupakan varietas unggul yang rasanya beda dengan jeruk disini.
Sore telah menjelang senja, dan
malam haripun tiba. Karma memutar kembali lagu Zillo d’ Matrik maka bergemalah
beet-beet drum gaya anak muda mengirinyi lagu melayu lawas,
….. yang dulu mati membeku kini
hidup bergelora…….
………betapa hidupku rugi, bila
cinta tak kumiliki…….
………sebagai insan biasa nikmat
hidup punya cinta…….
Ku
teriakkan sambil mengawali musiknya. Selamat Sore Sri.
Puri Gading, akhir Juli 2015