“DASTER PINK MOTIF KEMBANG LUNA”
Add caption |
Mama terlihat super protektif
terhadapku, maklum karena aku mantu pertama dan janin yang ada dikandunganku
adalah calon cucunya yang pertama. Tapi pernah kudengar mama cerita dia akan
memperhatikanku, karena ia yakin bahwa aku adalah reinkarnasi mama Lasteri,
kakak tiri mamaku. Mama Lasteri dikala hidupnya sangat sayang kepada mama,
sehingga ia tidak mau kualat bila tidak memperhatikanku.
Aku kasihan suamiku Reno, mungkin
sudah seminggu tidak pergi ke kampus. Dia disuruh mama menemani aku dirumah,
katanya takut kalau terjadi apa-apa. Sementara kanegnku untuk menengok rumah
Ibu –ibu kandungku Bu Sobar- sudah tak bisa kubendung. Reno nampaknya masih
tidur dikamar, aku tak mau membangunkannya. Aku tahu dia masih dihormati oleh
mahasiswa nya dan dimintai pendapat kalau ada kegiatan di kampus, walau dia
tergolong dosen muda. Sebentar lagi Dies Natalis Universitas tempat kami
bekerja. Tentu Reno ikut memberikan masukan. Biasanya untuk design pameran,
atau design panggung saaat pentas terkait Dies Natalis tersebut. Apalagi untuk
tahun ini bersamaan dengan limapuluh tahun Universitas akan diadakan secara
lebih meriah, dan melibatkan seluruh stake holder.
Tiba tiba mama mendekati aku.
Bagaimana Luna, “Kau kelihatannya lebih segar pagi ini, apa sudah mereda
mualnya” . “Biasa ma, terkadang masih datang sekali-sekali” jawabku. Aku lihat
diwajahmu ada kerinduan. Mungkin kau ingin menginap untuk beberapa lama di
rumah Ibu. Dia mungkin juga sudah kangen dengan kamu. Pulanglah nanti siang
rencananya Mama juga akan ke rumah Ibu, rembugkan sama Reno. Kamu boleh kok
tinggal disana, mama tak keberatan, nanti secara berkala mama akan datang
kesana.
Rupanya Reno sudah membicarakan masalah
ini dengan mama, padahal aku hanya kangen dengan masakan ibuku saja, kangen
dengan celotehan ayahku. Aku ingin mendengarkan alunan Cinta Durjananya Reinold
Panggabean, dengan Orkes Melayu Tarantulanya. Kenapa kangenku begitu berat.
Seperti kebiasaannya selama ini
suamiku tidak pernah menceriterakan pekerjaan bersamaku, dia sangat
profesional, termasuk saat hari pernikahanku. Sampai dua hari menjelang Hari H
Reno masih sibuk dengan advis mahasiswa yang meminta masukannya sebagai senior
dalam Masa Orientasi, dimana Fakutas Teknik seperti biasa mempunyai tradisi
yang unik. Biasanya dengan seragam hitam-hitam, jamnyapun sangat beda dengan
Fakultas Lain. Nah Reno menjadi salah satus esepuh mereka, dan kebetulan sekarang
mengabdi menjadi dosen di almamaternya.
Dia bisa bekerja dengan jarak
jauh memberikan instruksi secara online, teman-temannya yang merealisasikan ide
masalah dekorasi resepsi pernikahan kami, kalau yang terkait dengan upacara
keagamaan menjadi tanggung jawab orang tua kami. Walau begitu toh perkawinan
kami berlangsung sangat meriah dan sangat unik. Hampir seluruh gedung ditandai
oleh panitia berpakaian hitam-hitam, tak lain adalah mahasiswa teknik, maupun
alumninya yang mempunyai tradisi, akan hadir walau tdiak diundang.
Aku masih ingat akan hal itu.
Jadi masalah Dies Natalis menurut aku masalah yang tidak terlalu merepotkannya
walau sudah seminggu tak ke kampus. Kan ada media sosial, ada skype. Akh memang
aku masih jadul dalam masalah ini. Reno menyarankan untuk mengakali kendala
jarak dalam diskusi atau konsultasi klienku bisa digunakan skype dan dia akan
menginstalasinya di kantorku. Sampai saat ini aku belum mengiyakannya, aku
masih ingin melihat roman muka, mikik dan sikap klienkua pada saat konsultasi.
Karena menurutku itu akan sangat membantu aku membuat kepputusan yang tepat
dalam mendiagnose masalah klienku, sertamemberikan tindak lanjut solusinya.
Reno rupanya sudah rapi, ternyata
mama kelihatannya telah mambangunkan Reno melalui sms ke HP nya. Sehingga kulihat
ia bergegas sarapan dan menghampiriku, dengan sebuah tas yang cukup besar. “Untuk
apa tas besar itu Ren?” tanyaku. “Lho katanya mau nginap di rumah Ibu”. Hahaha
cepat amat tindak lanjutnya.
Sebelum berangkat aku pamitan ke
mama, dan seperti biasa aku mencium tangannya, sama seperti yang dilakukan Reno
ke mama. Ku ingat pesan mama jaga diri baik-baik, rumah ibumu juga rumah mama,
rumah mama juga rumahmu. Aduh bahagianya hatiku mendengar apa yang diucapkan
mama. Dan akupun pergi kerumah ibu.
Ibuku terkejut melihat kedatangan
kami, beliau masih bercengkerema dengan keponakanku, ponakan buleku semuanya
berhamburan menyalami aku dan Reno. Mereka memang sangat dekat dengan Reno
karena mereka sering diajak ngobrol. Bermain maupun dibantu dalam pekerjaan
rumah sekolahnya. Akh Reno memang sangat cepat akrab dengan ponakanku.
Ku minta Reno meninggalkan aku di
rumah, sementara ia ku minta datang ke kampus untuk menemui mahasiswanya yang
sedang mempersiapkan acara Dies Natalis, siapa tahu advis Reno ditungu tunggu
mereka.
Kuceritakan ke Ibuku, bahwa dalam kehamilanku yang sudah memasuku bulan ke enam ini aku masih mengalami muntah-muntah. Padahal ibu saat mengandung semua anaknya tidak mengalami gejala serupa. Mungkin aku mengalami hal yang sama dialami oleh mama – ibu mertuaku-, pada setiap kehamilannya mengalami muntah-muntah yang sangat lama, bahkan sebulan sebelum kelahiran beliau masih mengalami gejala itu. Mungkin juga karena reaksi rahimku yang baru pertama hamil,
Tiba-tiba, sayup sayup aku dengar
lagu Cinta Durjana, berarti ayah sudah siap akan berangkat kerja. Memang kata
ibu belakangan beliau berangkat kerja siang-siang. Beliau jarang mengikuti
sidang kalau dilakukan pagi hari. Cukup staf akhlinya saja yang mewakili. Ayah
memelukku dari belakng, sambil memujiku. “Luna kau cantik sekali dalam
kehamilan ini, coba tanya ibumu benar nggak begitu?” “ Benar yah, Luna tampak
lebih cantik selama kehamilannya ini” sahut ibuku. Pasangan yang masih selalu kompak, gumanku,
Ayah langsung membuka kembali
kemejanya, diganti dengan kaos T-Shirt saja. Dengan kepulanganku beliau
membatalkan pergi ke kantor. Beliau ingin mendengarkan cerita kehamilanku, dan perlakuan mama
kepadaku. Kuceritakan apa adanya. Aku selama kehamilan sedikit tersiksa yah,
hampir sepanjang hari aku mengalami muntah, untuk aku disamping memiliki Ibu
dan ayah yang sangat menyayangi aku, mama –mertuaku- sangat prosetktif padaku,
dia juga sangat menyayangi aku.
Lebih banyak dia tinggal
bersamaku, beliau takut aku akan mengalami hal-hal yang menyulitkan, karena
pengalaman beliau setiap hamil mengalami hal yang sama. Beliau juga merasa
harus melayani aku, karena Mama Lasteri dalam hidupnya sangat menyayanginya
walau hanya saudara tiri.
“Bu, kita rayakan kepulangan Luna
dengan makan-makan masakan ibu”. Oh ya tadi ibu membuat pisang rai hijau,
mungkin kau kepingin mencicipinya Luna. “Oh iya Bu aku memang sudah lama
kepingin pisang rai hijau. Pasang rai adalah pisang dibalut adonan tepung encer
di rebus dalam air mendidih, ditiridkan sesudah mateang. Lalu disajikan untuk
dimakan bersama parutan kelapa dan gula juruh.
Ini namanya pucuk dicinta ulam
tiba. Gayung bersambut. Aku menikmati bertiga dengan Ibu dan ayah. Keponakanku
kelihatannya masuk ke kamar masing-masing untuk bermain game. Meraka main
bersama hanya saja masing-masing ada dikamarnya. Mainya secara on-line.
Mendengar cerita Luna yang sangat disayang mama nya, Sobarpun sangat senag, dan
dia tidak sadar telah berulang kali memutar Cinta Durjana nya Reinold
Panggabena.
Merana, merana aku merana, merana
karena cinta durjana. Tersiksa batinku karena cinta karena kau cinta durjana.
Iru sepenggal syairnya yang kuingat. Aku menjadi kasihan sama ayah. Sejak
perabuan jenasah Lasteri, ayah kelihatannya semakin religius. Dia lebih rajin
beribadah, dan selalu mengingatkan teman-temannya di DPRD tetap berpedoman pada
ajaran agama dalam bertindak, walau atas nama rakyat yang mereka wakili.
Ayah rupanya masih ingat saja
kesenangan putri tunggalnya ini. Dia balik ke kamarnya mengajakku masuk, untuk
menunjukkan satu tas daster untuk orang hamil. Tapi aku heran ayah kok tahu ya
kesenangan aku warna pink, dari beberapa yang ayah belikan rupanya didominasi
warna pink. Daster yang dibelikaannyapun daster masa kini, daster yang bermotif
kembang-kembang seperti mukena Bali yang lagi ngetrend masa kini.
Aku mencobanya, dan ku pakai
keluar kutunjukkan ke ibu........ Aduh Luna kau bertambah anggun menggunakan
daster itu. Ibu yakin kalau daster itu tak lama lagi akan ngetrend kalau kau pakai
ke kampus, atau ke kantor biromu, Akh ibu bisa saja....... “terima kasih ibu” kataku. “lho
kenapa tidak berterima kasih sama ayahmu” jawab ibu. Sama ayah sudah tadi, tapi
aku melihat model dan seleraku pas dengan potongan, model dan motif dasterku,
aku tahu pasti ibu yang mendesignya.
Hahahahahahaha.......... ketahuan
juga daster made in sobar mam... teriak ayahku. Memang selera anak dan ibunua
kompak. Tak terasa kami berpelukan bertiga, ibu, ayah dan aku. Ibu dan aku
meneteskan air mata, dan ayah hanya terpana melihatnya..... Memang kompak.
Pondok Betung, 4 September 2014.
Makin menarik..setelah lama tidak membaca kelanjutan cerita ini......
BalasHapus