“BERBAGI KEBAHAGIAAN DENGAN SALMAH-LADAWA”
Festival Layang-layang (detik.com) |
Pagi itu mentari telah menerobos
masuk ke dalam kamar masing-masing yang berjejer di Puri Gading, di Bale
Bengong samping kolam sudah terlihat duduk berdua dengan Salmah, maklum mereka
tamu disana. Mereka menghormati besan dan menantunya untuk bermalam pada malam
yang membahagiakan itu. Maklum acara tadi malam membuat merka harus pulang
bersama. Mereka mengumumkan kepada keluarga besar Cokde dan Keluarga Besar Ladawa
yang sengaja diundang untuk datang di salah satu Hotel di kawasam Pecatu, kaki
Pulau Bali di dekat Pantai Dream Land.
Malam itu acara syukuran HUT
kedua putra kembar Rani, sebagai nazar Ladawa setalah Rani melahirkan anak
kembar laki-laki, sehingga Rani telah mempunyai tiga anak laki. Anak kembar ini
mereka , anak yang lahir pertama mereka berikan nama Cok Raka Anyer dan yang
lahir kedua mereka kasih nama Cok Rai Gading. Kanjeng Mami sangat setuju untuk
memberikan Rai Gading untuk diasuh oleh Salmah dan Ladawa. Ladawa memanmerupakan anak tunggal yang hanya
satu puti yaitu Rani. Ladawa akan
menunjuk Rai Gading kelak sebagai penerus dan pewaris usahanya.
Malam itu Ladawa mengumumkan
bahwa sebagian besar warisannya dilimpahkan kepada cucunya Rai Gading, yang
telah disyahkan Notaris, untuk didaftarkan di pengadilan sehingga mempunyai
kekuatan hukum. Ladawa tidak mau cucunya kehilangan sosok orang tuanya sehingga
meminta ijin secara berkala akan mempertemukannya dengan orang tua mereka,
karena dia merasakan betapa seunyinya sebagai anak tunggal yang terpisah dengan
orang tuanya.
Ladawa memang anak tunggal
keturunan seorang bangsawan Lombok, yang migran ke Lombok sudah beberapa ratus
tahun lalu. Dia merupakan generasi ke empat disana. Hanya saja secara historic keluarga
Ladawa merupakan keluarga yang tidak mempunyai banyak keturunan. Demikian pula
di kampong aslinya di Karangasem, sampai saat ini tidak banyak keluarganya.
Ladawa sering berkelakar, bahwa keluarga besarnya walau tidak dihimbau telah
melaksanakan program Keluarga Berencana.
Sebagian lagi warisan Ladawa akan
di gunakan untuk meneruskan kegiatan Suster Saalmah selama ini, untuk
mengembangkan Panti Asuhan yang sudah mulai dirintisnya di Lombok, dan kampong asal
Ladawa. Rai Gading akan meneruskan mengelola Ladawa Group sebuah perusahan yang
bergerak dalam bidang Properties, kontraktor pembangunan jalan, Hotel-Villas,
tempat destinasi wisata serta mengelola cabang Klinik Water Born di kota
Mataram yang akan diresmikan dalam waktu yang tidak lama lagi.
Keluarga Cokde, terutama Kanjeng
Mami sangat memahami maksud Ladwa dan Salmah, walau sebenarnya Cokde dan Rani
agak berat menyerahkan pengasuhan putra mereka kepada Mama Salmah. Kanjeng Mami
meyakinkan Rani bahwa Rai akan di urus dengan baik oleh Suster Salmah, karena Raid
an kedua saudaranya juga merupakan cucu mereka juga. Walau adat di kampong kira
masih menganut garis keturunan ayah.
Kanjerng Mami meyakinkan Cokde
dan Rani, bahwa Rai tidak akan kehilangan apapun terkait dengan Puri Anyer,
hanya saja mereka akan ditambahi tugas untuk lebih berbakti pada Ladawa Salmah,
dibandingkan dengan kedua saudara lainnya. Toh Salmah sudah merawat Raka dan
rai, demikian juga kakaknya Cokde Junior, Kanjeng Mami melihat betapa tulusnya
Salmah menyayangi mereka bertiga, sehingga tidak ada alas an untuk menghalangi
mereka untuk mengadopsi menjadikan cucu keturunan dalam.
Sambil menikmati suara degung
Bali kelihatan Ladwa dan Salma bercengkerema menikmati pagi ttu. Salmah membantu
Meyan menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Ia membawakan Ladawa sepoci teh
dengan gula baru, serta beberapa potong lempog telo, yaitu semacam getuk lindri
bali, hanya menggunakan gula merah dan parutan kelapa.
Teh poci gula batu merupakan
minuman kesenangan Ladawa sejak muda, yang tidak pernah dilupakan Salmah pada
setiap menikmati waktu luangnya Ladawa. Meraka masih ingat saat-saat mereka
pacaran di Surabaya saat Ladawa masih menempun pendidikan di Fakultas Teknik
sebuah perguruan tinggi negeri terkjenal di kota buaya itu.
Sejak muda memang Ladawa sudah
sangat suka berbisnis. Sambil kuliah, sisa uang kiriman orang tuanya yang
seorang jurahan beras di Mataram, digunakan untuk membeli becak, sehingga
sampai tamat Ladawa sempat memiliki 380 buah becak. Dari langganan becak inilah
sebenarnya Salmah dan Ladawa dipertemukan. Dan menikah setelah Ladawa lulus dan
menunggu saat diwisuda.
Salmah meninggalkan Ladawa
menikmati pagi itu dengan melihat – lihat alunan air kolam, beberapa burung liar
menumpang mandi di sana, sungguh suasana yang mendamaikan hati. Dia
memperhatikan Salmah. Betapa sayangnya Salmah kepada ketiga cucunya sehingga
setiap ia ke Puri Gading, ketiga cucunya minta Oma Salmah memandikannya, dan
Meyan dapat istirahat sementara.
Kata Kanjeng Mami, memang cucunya
sangat beruntung dipertemukan dengan neneknya kembali, sehingga dapat menikmati
kebahagiaan lebih. Kelebihan kebahagiaan itu di bawa oleh Salmah, sebagai
penyegar atmosfer puri. Dia sangat pintar membawakan diri, walau merupakan cucu
kandung ketiga anak Rani, dia sangat hormat dan tidak mau menynggung perasaan
Kanjeng mami. Mingkin karena keduanya masih merupakan keturunan dekat dari keratin.
Keduanya menikah keluar tidak
direstui orang tua mereka, walau belakangan hubungan mereka sudah baik, bahkan
kakek Rani sudah beberapa kali berkunjung ke puri bersama Salmah Ladawa,
menengok cicitnya. Kebahagiaan Ladawa rupanya tak mau diusik oleh keluarga
Cokde. Meraka membiarkan Ladawa
menikmati paginya sampai siang di Bale Bengong.
Kanjeng Mami, Oma Salmah, Cokde
dan Rani telah menyelesaikan sarapan mereka. Ladawa pun ketiduran dalam alunan
Degung Bali, dihibur beberapa burung ‘becica’ yang asyik mandi di kolam yang
mengalun diembus angina pagi itu. Sampai Salmah membangunkan bersam ketiga
cucunya datang ke tepian kolam.
Ladawa terbangun dan buru-buru
mengusap usap matanya, sambil mengulurkan tangan agar cucunya mau dipanmgku,
ketiganya berebitan. Cokde Junior yang sudah pasti menang. Raka dan Rai di pangkuan
Salmah. Ladawa menceritakan baru saja bermimpi terbawa memori saat dia masih di
Surabaya. Dia sering ngobrold dengan para tukang necak bawahannya. Seseorang
yang mereka sangat ingat yaitu Cak Gandar.
Cak Gandar seorang tukang becak
yang sangat ceria, dan sangat menyayangi keluarganya, sehingga setiap pagi dia
minta ijin untuk mengantarkan keliling akak-anaknya berkeliling alun-alun.
Sambil mengayuh becak dia akan bercerita atau mendongeng pada anak-anaknya yang
dipangku dan disuapi oleh ibunya. Sekitar sejam dia membawa keliling anaknya
sampai tertidur dam diajak pulang istrinya. Dia pulang sambil menikmati sarapan
yang disiapkan minum tej tubruk gula batu penambah stamina narik bea seharian.
Nah teh poci yang Oma Salmah siapkan
tadi rupanya membangkitkan memori Kakek sehingga kakek ingat dengan teman kakek
yang tukan becak, Cokde Junior pun bertanya apda ladawa “Becak itu apa kek”.
Itu alat angkutan yang berroda tiga di kayuh tukang becak seperti sepeda, dan
penumpangnya duduk di depan.
“Salmah, he Oma Salmah aku lupa,
aku ingin mendongeng nanti kepada cucu-cucuku, aku harus siapkan dengan baik
dulu bahasanya, dan merefresh kembali memoriku tentang dongeng Cak Gandar yang
dulu banyak deceritakannya kepadaku. Mudah-mudahan ada keluarganya yang masih kenal
aku. Ingin rasaya aku menemui mereka, berbagi kebahagiaan” ucap Ladawa.
Rani sudah terdengar memanggil
ketiga putranya, untuk bersiap pergi ke perlombaan laying-layang yang diadakan
di pantai Sanur. Mengingatkan Oma dan Opa Ladawa untuk bersiap berangkat,
kendaraan telah siap. Meraka berangkat menuju tempat Festival Layang-layang
Internasional yang mengundang par ape laying-layang manca negara disamping dari
dalam negeri, rupanya ada yang databng dari Hongkong, Guangzu, Kyoto, Osaka,
Taiwan, Singapura, New Delhi maupun dari Kuala Lumpur.
Meraka berangkat dua mobil,
sampai di tujuan laying-layang sudah mulai mengudara. Betapa riuhnya para
pengiring dan sporter laying laying itu. Ada yang diiringi tetabuhab, ada yang
diiringi pakai sorakan dan berbagai suprot lainnya. Ketiga cucu Ladawa ikut
berlarian kesana kemari melihat laying laying yang yang sedang diadu.
Cokde
dan Rani sibuk mendokumentasikan festival dan keceriaan anak-anaknya serta
kemanjaan anak-anaknya bercengkrema dengan Kanjeng Mami, Oma Salmah dan Ladawa.
Sungguh suasana masa anak-anak yang sangat menyenangkan.
Puri Gading, September 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar