“PENAMPILAN MODERN TAPI KONTENS TRADISONAL”
Add caption |
Saya telah kembali menyambangi
kampus, mencoba untuk membiasakan diri memulai aktipitas setalah buah hati kami
lahir tiga bulan yang lalu. Kebetulan dikampus tidak mendapatkan jam mengajar
karena administrasi akademik memahami kelahiran anak pertamaku. Anakku pertama
perempuan, cucu perempuan pertama di keluarga Reno, maupun di keluargaku.
Kegiatanku tidak banyak di kampus, hanya melepas rindu dengan teman-teman
dengan teman sekerja akan kerinduan setelah lam cuti.
Biro konsultasi sudah tidak
terlalu masalah lagi setalah aku mengikuti saran suamilku, dengan skype aku
bisa melakukan konsultasi jarak jauh. Tapi aku tetap memerlukan asisten untuk
bertatap langsung, dan aku mengintip dari monitor di rumah. Untuk diagnose aku
memberikan advis atau keputusan, dengan dialog jarak jauh bersama asistenku.
Teknologi membuat kita menjadi lebih mudah.
Benar saja apa yang dikatakan
ibuku, dasrer motip kembang warna pink menjadi trending topik dan trending mode
dikalangan ibu-ibu hamil. Kulihat di kamous maupun yang konsultasi kepadaku
sangat banyak yang menggunakannya,
selera ibuku sangat modis, dan aku telah menjadi model promosi yang
bagus. Padahal kalau kuhitung tak kurang dari enam bulan lalu mulai kugunakan
daster itu setelah pemberian bapak.
Aku tak perlu khawatir bila
meninggalkan putriku, mama sangat protektif seperti biasa yang lebih banyak
merawatku, dan aku cukup memberinya asi, baik langsung maupun dari stok yang
aku lakukan. Aku sangat beruntung air susuku sangat melimpah sehingga stok
menjadi sangat melimpah. Yang kaya pabrik susu saja, ibu-ibu zaman sekarang.
Lagi-lagi teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan pada ibu-ibu
yang memiliki bayi dan berkarier.
Siang itu aku coba mampir ke
Kantor Biro, aku menyempatkan diri berkeliling melihat-lihat ruangan kantor,
ruang tunggu, ruang istirahat . Eh ternyata sudah berubah total dekorasinya.
Lagi=lagi aku dibuat tersanjung suamiku. Dia telah melakukan semua yang membuat
hatiku senang. Dan selalu berfikiran mendahului keinginanku. Memang suami
idaman, pantes saja Ibu Marlina menjadi kesengsem sama suamiku... atau bahkan
mungkin dia kesengsem duluan dari aku. Terima kasih Reno telah membahagiakan
aku kuucapkan sendiri. Padahal dihadapannya aku sangat pelit memujinya. Dia
yang lebih banyak memujiku. Ini bertentangan dengan teori psikologi perkawinan,
yang dianjurkan untuk selalu memuji pasangan. Hahahaha lain teori lain praktek
kataku.
Aku mencoba somai yang menjadi
langgananku sebelum hamil, mangkal tidak jauh dari kantor biroku. Dengan sangat
berhati-hati dan terkontrol asupan makanan ke perutku, kupilih somai yang
kira-kira tak membuat kualitas susuku memberikan hentakan kepada putriku. Jadi
yang tawar-tawar saja, tidak banyak bumbu dan sedikit pedas. Aku ingatkan lebih
awal tukang somaynya.
Tak lama sehabis menyantap sepiring
somay, Reno datang. Diapun telah memesan somay juga. Kulihat dia seikit lelah,
itu dapat kulihat dari raut muka dan rambutnya yang agak awut awutan. Aku duduk
disebelhnya, ku keluarkan sisir dari tas ku, kusisiri rambutnya, agar lebih
rapi. Kataku kepada Reno, walau sudah punya anak penampilan tidak boleh
berubah. Kelihatannya diasangat bahagia dan mengecup keningku.
Kulihat dia makan somay sangat
lahap, itu berarti dia ada problem di kampusnya. “Ada apa pa, kok kelihatannya
ada masalah?” tanyaku. “Tak apa-apa. Hanya sedikit itu mahasiswaku sudah
diarahkan berkali-kali kok tak bisa menerjemahkan ideku dengan baik dalam
prakteknya!” Ya sudah tak usah terlalu dimasukin hati, biasa mahasiswa mungkin
juga dia banyak persoalan. “Ok kita tidak membahas masalah mahasiswa” “Fokus
dulu nikmati somay nya” kubilang sambil menyuapinya. Diapun tak sadar kalau aku
suapi. Dia menghabiskan pesanannya dengan cepat. Hehehe Luna kau—kau---lupa,
kenapa menyuapi ku. Kan aku tak mau disuapi selama kita nikah heheheh... “Nggak apa-apa, disuapi juga kan oleh istri
tercinta” kataku.
Jalan menuju pulang Reno mengajak
aku mampir ke sebuah Restoran yang menjadi langganan para ibu-ibu yang habis
melahirkan. Disini disipakna aneka jenis masakan yang dapat segera merangsang
peningkatan stamina, maupun merangsang air susu ibu. Merupakan masakan sehat
untuk ibu-ibu yang habis melahirkan. Itu bisa kubaca dari daftar menu, dan
katalog masalan yang tersedia pada setiap meja. Reno tahu saja ada restoran
seperti ini.
Dalam kasyikan aku menyantap sup
kepala ikan, daun katuk. Suara yang sangat kukenal menyapaku. Ku toleh, e
ternyata Marina, berdir dibelakangku lagi disalami oleh waittress, mereka
sangat akrab sekali. Mungkin dia salah satu pelanggan disana. “Selamat Siang
Luna, selamat datang di restoran kami” “Lho restoran baru ne Bu Marlina”.
Iya memang restoran ini milik
Marilna, dia mempermodern Rumah Makan Padang dengan konsep resto, dan memadukannya dengan menu khusus,
terait dengan kesehatan. Ada menu untuk keperluan ibu hamil, keperluan untuk
ibu menyusui, untuk penderita diabet, untuk penerita kolesteraol dan lain sebagainya. Restoran padang Konsef cafe dengan menu masakan pelanggan
berkebutuhan khusus.
Dengan nikmatnya aku menyantap
sop kepala ikan, rasanya enak, gurih dan menyegarkan dibuat khusus dengan
tambahan daun katuk sehingga merengasang produksi air susu, dan rendang ikannya
yang sedikir crispi membuat nafsu makan siangku lumayang meningkat. Demikian
pula dengan minumannya adalah ‘tuak bambu, walau sedikit anyep diyakini akan
sangat baik sebagai perangsang air susu” itu warisan tradisional setempat.
Pikirku Marlinda memang brillian dia pintar di kampus, juga pinter melihat
peluang, masuk kesegmen pasar yang masih kosong.
Marlina berbicara panjang lebat
dengan restorannya, dia juga menceriterakan anak lelakinya yang sudah
lari-larian, kelihatan sekali putranya lincah dan cerdas ketika kuampiri. Dia
indo tapi kelihatannya sangat kental tradisi nya. Perpaduan yang serasi antara
budaya Perancis dan Indonesia. Kata Bu Lina Rapayu, mengendaki satu anak lagi ,
tapi rupanya Marlina takut karena sudah cukup umur. Dia menyampaikan niatnya
untuk datang ke Biro untuk mengkonsultasikan masalah itu.
Rapayu, kerjanya lima-dua, dia
sedang menginstalasi Laboratorium Mekanik di Politeknik Negeri Banyuwangi,
bantuan pemerintah Perancis. Lima minggu kerja dua minggu libur, atau lima hari
kerja dua hari libur. Terserah dia mengambilnya, apalagi Banyuawangi Denpasar tak
begitu jauh, kudengar dari Marlina dia sering bolak baik setiap minggu.
Terkadang Marlina mengunjunginya kesana dengan mengajak buah hati mereka.
Hampr satu jam lebih kami
menyantap hidangan yang kami pesan, sambil ditemani Marlina yang kebetulan katanya
belum makan, Renopun menghilang sehingga kami bebas berbincang maslaah
perempua. Marlina seorang rpofesional, dia sangat menghargai saranku karena dia
minta walau, dia Dosen senior, yang sangat dihormati koleganya sesama dosen,
dan disegani serta takuti mahasiswanya. Tapi masalah psikologi banyak
berkonsultasi padaku. Dia menyadari ada gap psikolgi antara dia dengan
suaminya, karena perbedaan budaya, perbedaan usia dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Selama ini dia mengapresiasi semua sarakku, dan mengatakannya berhasil
seperti harapannya.
Dia juga seorang klayen yang
sangat cerdas sering memberi aku masukan. Intinya kami sudah bisas berbagi
ilmu. Kusarankan agar diperbanyak promo restorannya, biar lebih dikenal
masyarakat. Malah dia lebih memilih memanfaatkan promo tradisional lewat
ibu-ibu pengajian maupun ibu-ibu arisan.
Renopun telah kembali. Mereka
permisi kepadaku untuk berbincang. Rupanya Reno menghilang berkeliling melihat
lingkungan restoran. Reno memberikan beberapa masukan ke Bu Marlina, karena menurut
nya Reno lebih spesialis dalam deko, dan selera seninya lebih kekinian
kebanding Bu Marlina.
Kudengar Reno menyarankan
mengganti beberapa lukisan dekorasi yang ada. Bahkan dia menjanjikan beberapa
lukisannya dapat di pakai. Reno menyarankan agar menyediakan tenpat bermain
anak – anak di sebidang tanah samping kiri restoran, dipilih permainan massal
yang menjadikan anak-anak dapat berinteraksi sesami anak-anak terutama balita
sampai sepuluh tahunan.
Pencahayaan di puji Reno, memang
Bu Marlina sangat menatanya dengan apik. Hanya saja peralatan makan untuk
menghidnagkan makanan mungkin akan lebih baik bila disesuaikan dengan zamannya,
tidak kaku dalam patron kondep tradisional. Reno akan mengajak seorang
mahasiswanya yang jagi IT untuk mendesign sebuah laman yang dapat mempromosikan
Restoran ini. Dan yang tak kulupa juga saran Reno kepada Bu Marlina, agar
menganekaragamkan ruang-ruang makan privat, dengan berbagai ukuran karena
segmen yang disasar Restoran ini adalah keluarga.
Demikkian pula dengan billboard
neon di pintu masuk, agar lebih mencolok lagi
dan lebih berani menonjolkan keunikan restoran ini. Menjelaskan bahwa
restoran ini Restoran Keluarga, Sehat, perpaduan tradisi dan modern. Jadi
sasaran bidik restoran ini jelas adalah keluarga, menghidangkan masakan tidak
saja enak tapi lebih utama sehat, dengan menu tradisonal yang ditampilkan
modern.
Marlina menerina usulan Reno,
dengan beberapa cacatan yang mereka janjikan akan dilanjutkan diskusinya di
kampus, bia perlu melibatkan mahasiswa yang akan mendesign wedsite untuk promo
daring restoran tersebut.
Tak terasakan haripun, sudah
mulai menuju senja. Kami menyusuri jalan, dan teringat masa-masa pacaran kami
bersama Reno, bagaimana dia merayuku kala itu, walau aku agak kaku, karena
memang aku tidak pengalaman pacaran. Dengan pengalaman menata emosi aku dapat
mengimbanginya. Mentari jingga telah miring kebarat mau kembali keperaduannya.
Mobil dikendarai Reno dengan kecepatan menengah. Masih jelas aku dengar lagu
yang dia stel di audio mobilku. Lagu Cinta Durjana, kesenangan bapak rupanya
dia stell, mendayulah lagu tersebut sepanjang perjalanan,
Aku hampir tertidur mendengarkan
lagu-lagunya Tarantula, namun kutahan karena aku tak mau membuat Reno kecewa
yang telah mengajak aku menikmati makanan sehat, sedap di Restoran Keluarganya
Marlina. Dia menceritakan bahwa ide mendirikan restoran itu datang dari kesulitan Marlina mendapatkan makanan yang dia inginkan selama hamil maupun melahirkan. Akhirnya dia ketemu temannya Pak De, yang menekuni tanaman herbal, yang memberikan masukan kepada Marlina tentang makanan sehat, dari tanaman sekitar, sehingga keinginan makanan seperti serombot, botok dan lain sebagainya selama kehamilan serta selama menyusui dapat dia ciptakan dengan mudah dengan konsultan Pak De tadi.
Sebelum empat lagu habis, aku sudah sampai di rumah. Kulihat ma,a dan
Ibuku sedang bercengkerema di teras, entah apa yang dibicarakannya, bapak
kulihatb asyik bermain badminton dengan keponakanku di seamping rumah. Suatu
pemandangan yang sangat membahagiakan. Ternyata bayiku baru saja tidur,
sehingga nenek-nenek mereka . Reno memarkir kendaraannya di garasi, aku
bersalaman dengan mama dan ibuku, serta menghampiri bapak seperti biasa bapak
berhenti sejenak kusalami dan kucium tangannya.
“Ayo kek”, kata ponakanku. Kudekatid
an kuusap kepalanya setalah mencium tanganku. Akupun berlalu ke kamar menengok
bayiku yang sedang tertidur pulas. Hari ini kulewati dengan tenang dan nyaman,
sehingga kekhawatiranku untuk meninggalkan bayiku kerja tidak beralasan lagi.
Seiring dengan datangnya magrib, sandikala, semua akhirnya berkumpul di beranda
menikmati teh sore. Suatu kebahagiaan tersendiri.
Pondok Betung, 16 Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar