“KERINDUAN SOBAR UNTUK BEBAS”
|
Taman Bunga (google,com) |
Pagi itu rintik hujan masih saja
satu dua menitik membasahi bumi, burung ‘becica’ yang di Jawa disebut dengan
kacer sangat rebut di lingkungan rumah Sobar. Suaranya saling bersahutan dengan
ocehannya burung punglor atau anis. Lincahnya becica, dibarengi dengan genitnya
ulah punglor membuat hati yang menyaksikan terbawa kea lam yang lain, siapaun
akan terbawa ocehannya. Hati merekapun dibawa menjadi terhibur.
Demikian pula hati Sobar pagi
itu, sambil lamat-lamat dia menyetel lagu Cinta Durjananya dari Reynold
Panggabean diiringi Orkes Dangdut Tarantula, mengalun lembut membawa lamunan
Sobar jauh ke era tujuh puluhan saat dia sedang memadu kasih dengan Lasteri. Dia
sampai hamper tertidur di kala anak bungsunya Luna datang mengendong cucu Sobar
yang masih belum genap setahun bersama
Reno. Bu Sobar langsung mengambil cucunya dibawa mendekat ke kekeknya. Tiga
insan cucu , kakek dan nenek langsung bercengkerema, mereka mendekat kandang
burung, karena memang ‘Lasteri” panggilan saying Sobar kepada cucu wanita
pertamanya ini, sangat senang bermain menggoda burung burung tersebut.
Burung-burungpun kedenagarannya
semakin ramai, pasangan muda itu Reno dan Luna ikut bergabung setalah
meletakkan bawaan mereka di kamar, kamar Luna saat masih sendiri yang masih terawatt
dan kosong hanya dipakai kalau Luna dan Reno pulang ke rumah Sobar. Reno
berguman bahwa Mertuanya Sobar memang sangat menyayangi bund Lasteri, sama
dengan cintanya kepada Bu Sobar.
Meraka terus bergabung di Bale
Bengong yang menghadap taman yang bunganya mulai berkembang terutama Bunga
Desembernya, warna merah, jingga dan putih membuat taman menjadi ramai
didatangi kupu-kupu. Pohon manga Lalijiwo kelihatan masih menyisakan buahnya
satu dua, tapi harum manis mini masih banyak buahnya, yang menurut rencana
nanti siang kami petik untuyk rujakan.
Di Bale Bengong rupanya sudah
tersedia minibar yang sudah siap menyediakan mesin minuman panas, kopi, the,
coklat panas, atau soft drink dingin. Pagi itu hidangan yang disiapkan olhe Bu
Sobar semuanya berbahan alami dan masih segar, kulihat ada : talas rebus,
singkong rebus, lempog singkong, pisang tanduk rebus. Lunapun berguman pada Pak
Sobar. “Pak ini rupanya sudah melaksanakan himbauan Pak Menteri PAN RB ya pak
pertemuannya memakai produk petani dalam negeri?” . “IYa-iya, itu ibumu kemaren
dapat kiriman dari anak yang Bapak sekolahkan menjadi Insenyur Pertanian itu
dulu. Kemaren mereka datang membawa isteri dan anak-anaknya.
Setelah semuanya duduk dengan
baik Sobarpun mulai mengungkapkan keinginannya akan mundur dari anggota dewan.
Menyusul ramainya penolakan masyarakat terhadap rencana reklamasi Teluk Banua. “Lho
kenapa Bapak mesti mundur karena alasan itu pa, kan fraksi Bapak tidak setuju
dengan rencana tersebut, apa tidak mengurangi ketajaman perjuangan fraksi, Pa?”
sela luna. Luna kelihatannya tidak setuju kalau itu menjadi alasan Sobar
mengundurkan diri. Kalau Bapak mengundurkan diri karena ingin focus terhadap
masalah kerokhanian, focus ingin menikmati masa tua Bapak ya Luna setuju.
Sebenarnya itu alasan Bapak yang
sebenarnya, namun hati kecil Bapak sebagai seorang yang berlatar pendidikan
Teknik Sipil, Bapak dalam hati kecil sangat mendukung reklamasi, namun karena
hal-hal yang terkait dengan proses perijinan dan gejolak yang berkembang
dimasyarakat memicu keinginan Bapak untuk lebih cepat mengajukan pengunduran
diri.
Bila melihat latar belakang dan
tjuan reklamasi sebenarnya, Pulau Kecil ini sangat membutuhkan reklamasi,
terlebih pantainya lebih banyak berhadapan langsung dengan Samudera Hindia,
dinama banyak bersarang gempabumi besar sebagai pembangkit tenaga tsunami. Para
seismologis juga mnyebutkan daerah ini sebagai daerah tsunamigenic.
Areal laut yang sudah mulai
tercemar sampah plastic dan limbah pembuangan domestic dari sungai yang
melewati kota menjadikannya semakin memperihatinkan, sehingga reklamasi salah
satu cara untuk mengembalikan kelestariannya. Demikian juga dengan sulitnya
lahan para klaum urban, mereka sangat tidak malu-malu membangun dengan liar di
bantaran hutan bakau yang semakin lama semakin dangkal akibat pencemaran. Itu
juga kalau dibiarkan malah merupakan ‘reklamasi’ liar. Kan lebih baik kalau
reklamasi dilakukan dengan terencana.
Reklamasi akan menjadi benteng
pantai dari terjangan ombak pantai selatan, maupun dari terjangan tsunami bila
terjadi tsunami. Hanya saja dampak negative reklamasi itu perlu kita rencanakan
dengan baik-, dengan hati jernih, dan bukan dengan bargaining politik yang
terkadang merupakan bargaining yang menguntungkan para negosiator dalam sesaat,
tidak memikirkan dalam jangka panjang. Ini yang mengusik keteguhan hati Bapak.
Reklamasi akan semakin
menggerogoti persediaan air bersih di kota kita, namun dia membuka lapangan
kerja yang sangat luas, dari yukang saat membangun sampai insinyur seperti kamu
Reno, menyediakan lapangan kerja bagi perhoelan danlain lainnya. Tapi apa yang
kita lihat sekarang ini, berapa persen sih tenaga kerja local kita yang ada
dikota ini, mereka kalah bersaing. Yang informal banyak datang dari timur, dan
yang berpendidikan banyak datang dari Barat, dan manca negara. Belum kalau kita
lihat pemilik modal itu.
Mereka lebih banyak datang dari
luar, bahkan banyak yang berkedok kawin ekonomi, mereka kawan dengan perempuan local
agara dapat membuka usaha, membeli property, dan memutar modalnya di sini,
keuntungan semuanya masuk kenegerinya. Tamu akan memesan hotel dinegaranya
sehingga pajak susah kita telusuri. Mereka banting harga membunuh para
pengusaha local secara pelan pelan.
“Pak kalau kegelisahan Bapak
karena masalah itu membuat bapak mengundurkan diri sebagai wakil rakyat, apa
itu tindakan yang benar?, menurut aku justru bapak kalau mau memenangkan
pertandingan lebih baik tetap menjadi pemain, daripada bapak menjadi penonton”
Luna mengingatkan Bapaknya. Renopun meminta Bapak mertuanya untuk
mempertimbangkan kembali renca pengunduran dirinya. Tapi Reno tidak memaksakan
keinginan itu, karena Reno tahu Pak Sobar sudah lama ingin mundur mau memasuki
tahapan keyiga dalam hidup, yaitu wnaprasta, dengan mengundurkan diri dari
hiruk pikuk duniawi, dunia politik, dunia bisnis, dengan lebih memusatkan
perhatian ke masalah yang lebih soft, yaitu masalah spiritual.
“Ya memang pendapat kalian itu
semuanya benat” kata sobar sambil menyantap lempog dengan gula merah
kesenangannya. Tapi Bapak sudah bulat dengan rencana Bapak, bahkan untuk
mengurusi bisnis Bapak ingin kuserahkan kepada kalian berdua. Bisnis KOnstruksi
kurasa Reno masih mampu menjalankannya, garmen dan perhotelan kuserahkan kepada
anak-anak lelaki Bapak, nanti kita bicarakan dengan mereka walau harapannya
tipis karena mereka sedah pada mapan dengan usaha mereka.
Dari rumah utama terdengar semakin
jelas lagu Cinta Durjana, rupanya Ibu sambil mengambilkan Bapak tissue basah
memutar kembali lagu itu. Itu pertanda ibu mengingatkan Sobar untuk berhenti
dulu berdebat, jam makan siang sudah lewat. Bu Sobar keligatan sedang asyik
bercanda dengan cucu wanitanya, ditemanai cucu mereka yang lain.
Ponakan Buleku datang menghampiti
kami, mengingatkan bahwa Time for lunch katanya. Kamipun mengikuti Bapak untuk
bersantao siang bersama. Kutahu saat bersantap bersama merupakan kebahagiaan
tersendiri bagi beliau. Kamipun bersantap siang, dengan makanan siang kesukaan
Bapak, dengan suasana Jawa Baratan.
Kulihat ada Sambal oncom, ada
ikan emas dan mujair bakar, ditemani denga lalapan mentimun potong, lencai,
rebusan gondo, dan sambel terasi. Sebagai penutup ibu membuat pudding nangka,
dan pisang raja.
Kulihat Bapak sangat bersemangat
makan bersama putri kami, kami menikmati sekali makan siang kali ini. Pnakan
bule kami, Reno . sangat menikmatinya. Kebetuylan beberapa minggu ini kami
tidak sempat menikmati menu serupa, Mamanya Reno lebih banyak memasak masakag
khas Jawa Tengahan, bacem, lodeh yang umumnya masih terkesan manis. Kuliaht
putriku sangat senang disuapi oleh Ibuku bersama Bapak, sampai-sampai Bapak
makannya tidak jelas.
Kulihat jelas kebahagiaan di raut
muka Bapak sambil memangku putiku, ditemani ibu menyuapi mereka berdua. Ibu
sangat telaten menyuapi Bapak dan anakku. Mereka masih terlihat mesra. Ibu
tidak pernah merasa cemburu kepada bapak, walau beliau masih mencintai
almarhumah Lasteri, walau sempat membencinya sebelum tahu keadaan sebenarnya.
Ibu membuat masalak itupun kutahu pasti untuk membangkitkan nostalgia dan
kenangan masalalunya, sehingga bapak tetap bersemangat. Ibu seakan tak pernah
mencemburui Bapak.
Saat kutanya ibu menjawabnya
selalu dengan jawaban yang sama. “Bapakmua memberikan seluruh cintanya kepada
Ibu, semenjak beliau memutuskan menikah dengan Ibu yang kala itu belum kenal
beliau. Dan itu tidak pernah berubah sampai saat ini. Hal-hal lain itu
merupakan masa lalu Bapak, Ibu bahkan bapakmu pun tidak akan kuasa merubahnya”
selalu begitu jawaban ibu. Memang sungguh mulia cinta mereka berdua, semoga
Tuhan Memnerikan Orang Tua kami umur yang panjang. Itulah doa Luna selalau
untuk kedua orang tua mereka.
Sobarpun kelihatan masih asyik bercengkerema
di ruang makan dengan cucunya. Ibu meminta Luna membuatkan bapak kopi, karena
kopi merupakan hidangan pamungkas kalau beliau sedang makan. Walau aku tahu Ibu
yang selalu membuatkan kopi untuk bapak. Kali ini aku membautkannya.
Kuhantarkan ke Bapak, dan kupersilahkan meminumnya. “Silahkan Pak, ini istimewa
Luna yang buatkan”.
Sruppppppp Sobar menyeruput kopi
itu, Akh kamu sudah pintar membuatkan bapak kopi Luna, persis seperti buatan
inumu. Akupun senang dipuji Bapak, Mungkin salah satu sifat wanita yang selalu
senang dipuji,w alau itu terkadang pura-pura. Hahahahahaha…….. Terima kasih Pa,
yapi kan tidak seenak kopi ibu.
Sobarpun memending keinginannya
untuk sementara waktu untuk mengundurkan diri dari anggota dewan. Tapi Sobar
meminta ada waktu yang lebih banyak untuknya dapat berkumpul dengan
cucu-cucunya, yang mengharuskan Luna dan Reno lebih sering pulang. Mulai
mengundurkan diri dari urusan bisnis, perusahaan akan diserahkan kepada Reno
dan Luna untuk Biro konstruksi, sehingga Reno dan Luna harus membagi waktunya
lebih rapi lagi.
Pasangan Kakek Nenek itupun
kemudian masuk ke kamar tidur mereka bersama sang cucu, karena putri kami
kelihatan sudah mengantuk. Setengah jam kemudian kutidak mendengarkan candaan
mereka, Aku lihat Bapak, Ibu Sobar dan putriku sudah tidur pulas saling
berpelukan bertiga. Aduh …. Mungkin kebahagiaan itu yang diimpikan Bapak
sehingga mau mundur dari anggota Dewan. Kami biarkan saja keputusan itu menjadi
keputusan Bapak, kami tidak ingin lagi untuk menundanya.
Kamipun
seperti pacaran kembali dengan Reno, duduk berdua di Bale Bengong melanjutkan
menikmati bunga dan ramainya kupu-kupu serta suara burung yang masih ramai
siang itu.
Puri Gading, 13-12-2014