“BULAN MADU MARATON PASANGAN MARLINA-RA PAYOU”
Keagungan Taj Mahal |
Siang itu sekitar pukul 13 15
Marlina sudah sampai di ruang kerja Prof Suraya, di Rumah Sakit Cinta Keluarga,
agak terlambat sebenarnya dari waktu yang telah telah mereka sepakat. Marlina
sempat ngirim pesan ‘ bbm’ ke beliau akan sampai agak terlambat, karena kondisi
jalanan sebagai buntut liburan ini menjadikan jalanan sedikit macet. Dimana
mana parkir meluber kejalanan, karena aku pergi pas waktu makan siang. Seorang
suster mempersilahkan Marlina untuk menunggu di dalam ruangan, karena Prof
Suraya ada pasien citto yang harus operasi Caesar dalam kelahiran bayinya.
Memang sudah cukup lama Marlina
tidak ketemu Prof Suraya. Kalau tidak salah dia ketemu untuk konsultasi saat
haid Marlina terganggu siklusnya, pada awal-wal menstruasi waktu remaja hingga menghadapi
penyelesaian tugas akhirnya mengambil Insinyurnya. Seingat Marlina sekitar
lebih dari lima belas tahun yang lalu. Apakah Prof Suraya masih ingat ya…. Fikir
Marlina sambil memperhatikan sebuah artikel pada Majalah Ibu dan Anak yang
membahas sebuah kehamilan pada ibu usia
lanjurt.
Secangkir the manis dengan tiga
potong kue Secangkir teh manis dan tiga potong kue ‘sumping; diantarkan suster yang menjemput Marilna tadi ke meja
tunggu Marlina. Silahkan Bu. Susterpun basa-basi ngobrol, dan bertanya
sana-sini untuk memecah kesunyian. Dia katakana bahwa Prof Suraya telah
menjadwalkan konsultasi Marlina pk 13 15, namun sekitar lima belas menit
sebelumnya ada panggilan citto tersebut.
Langkah Prof Suraya, terdengar
jelas mendekati ruangan. Tiba-tiba “Selamat Siang Marlina” sebuah salam sangat
familier datang terucap bersamaan dengan grit pintu ruangan di buka tutup. Marlina
berdiri menjulurkan tangannya untuk salaman dengan Prof Surya “Selamat Siang
Prof”. “Aku kira akau telah terlambat dari janjiku, aduh macet jalanan dari
rumah kesini” Kata Marina.
“Akh rasanya sudah lama ya tidak bertemu sama Prof Suraya”
“Benar, kulihat file Marlina tadi sekitar tiga beles tahun
lma bulanan”
“Wah-wah benar sekali, sebuah pengarsipan pasien report yang sangat baik Prof”
“Wah-wah benar sekali, sebuah pengarsipan pasien report yang sangat baik Prof”
“Itu Berkat kerja Suster Marini yang mengenteri ulang semua
file pasenku”
Marlina tidak merasa telah
teriring kepertanyaan esensial seorang dokter kandungan kepasiennya. Marlina
menceritakan bagaimana perasaan hatinya setelah menikah dengan Ra Payau,
disebuah masjid Agung Kota Casablanka di Afrika Utara, dimana nenek moyang
suaminya berasal, walau dia berkewarganegaraan Prancis. Marlina kelihatannya
sangat bahagia, hanya saja ada perasaan lain belakangan ini yang menghantui
dirinya.
Prof, aku nerasajan suasana yang berbeda dengan saat aku
masih lajang. Hehe maaf mungkin sindrom usia kali ya Prof, mengingat umurku
yang sudah begini baru menkah. “Akh baru empat pulhan Marlina, sebulan yang
lalu aku mempunyai pasien umur empat puluh enam, melahirkan anaknya yang
pertama, dengan selamat. Hanya saja melalui operasi Caesar.
Iya Prof perasaan itu adalah perasaan males, aku sangat
males untuk berdandan, apa mungkin terbawa oleh kebiasaan suamiku yang super
cuek dengan pakaiannya kalau sedang bekerja. Dia hanya rapi kalau ada
acara-acara formal saja, dengan tetap ridak pernah merapikan rambutnya. “Hehehe
janga-jangan” . “Jangan jangan apa Prof, bikin aku takut saja”. “Jangan-jangan
kau hamil Mar, Tapi kita tunggu sebentar hasil labnya untuk memastikannya”
Marlina kelihatannya terkejut,
tapi diwajahnya ada kebahagiaan. Wajah cantiknya terlihat jelas dia seorang
piyayi yang sangat menjaga kecantikannya, walau dia sebagai wanita karier, dan
disegani di faultasnya. “Ku dengarn Guru Besar kalian sudah keluar, Marlina,
saat mampir di Rektorat aku dengar dari Pembantu Rektor Satu. Selamat ya untuk
keduanya. Kau akan segera menjadi seorang ibu bagi anakmu, dan tak lama lagi
akan dikukuhkan sebaai Guru Besar Konstruksi Beton di Teknik Sipil, almamater
kita.
Sambil melihat opsion kedua hasil
analisis darah yang akan menguatkan hasil laboratorium dari hasil analisa urine,
Prof Suraya memberikan aku resep, tambahan suplemen untuk memperkuat posisi
ikat janin di kandunganku, yang menurutku sudah cukup tua untuk memiliki anak. Namun
mendengarkan penjelasan Prof Suraya tentang pasien-pasiennya sebenarnya masih
banyak pasiennya yang jauh lebih tua dari aku. Mudah-mudahan semuanya lancar.
Kata mahasiswiku Vinata, seorang
putri dari Banda kabar baik harus segera disebarkan. Maka dengan segera kabar
ini aku kabarkan ke suamiku bahwa aku telah hamil, dia akan segera menjadi
seorang ayah dari anaknya. Dia sangat gembira saat aku kabari, dan mengatakan
akan segera pulang setekah pekerjaannya selesai menginstalasi alat-alat
laboratorium di Politeknik Banyuwangi. Mungkin dua tiga hari ini bisa rampung,
karena ada temanku Paulus yang ikut membantunya disana. Dia merupakan tenaga
teknisi yang handal yang biasa kerja dengan orang asing.
Sore itu, sambil menikmati
kegembiraanku, aku memutar kembali video selama aku melakukan nikah tamasya.
Kuawali perjalananku dengan menjelajahi India. Bagaimana keindahan Taj Mahal di
kota Agra, bagaimana ramainya orang menikmati sore di Veranasi, benares semua
terasa sangat romantic. Mungkin suasana romantic dari suamiku yang orang
perancis kelewat romantis kali. Dia memanjakanku, sebelum pernikahan resmi
kami, palimg-paling dia memberikan kecupan dan pelukan saying padaku. Dia
seorang yang sangat menjaga privasi pasangannya. Selama belum menikah dia tetap
tidak mau nginap sekamar denganku. Itu prinsip dia, dia sangat menghormati aku.
Apa karena dia lebih muda ya, jauh lebih muda kali, karena perbedaan umurku
tiga belas tahun. AKh peduli amat dengan umur aku harus menikmati kehidupanku.
Lalu lalang pengunjung berperahu,
dikayuh oleh Mister Takur kataku kepada pemilik perahu di Benares,s sangat
romatik. Ra Payaou mengabadikannya sangat detail, dia mengambil gambar dengan
bantuan Mister Takur. Kami sangat menikmati makan malam ala India disana
berbaur dengan pengunjung yangdatang dari segala penjuru dunia, memohon berkah
dari Sungai Gangga. Mungkin salah satunya adalah kehamilanku yang sangat cepat
ini sebuah berkah dari sana. Hahahahaahaaaaaaaa.
Neni datang sore itu ke rumahku,
menemani menyaksikan video perjalananku. Dia datang persis sedang kuputar saat
kami akad nikah di LAjazair, disebuah masjid tua, dekat pemukinan keluarga
kami, di kota Abijan. Disaksikan petugas dari kedutaan kami melakukan akad
nikah dengan hikmat, walau kelihatan sangat sederhana ditengah keluarga besar
Ra Payaou. Adik sepupuku Rahmawati yang menikah dengan seorang Bule Italia,
Alesandro datang dari Napoli ikut menyaksikan perikahan kami. Dialah menjadi
asrot kamera saat akad nikah tersebut.
“Wah sangat berkesan, Bu kata
Neni, sambil mempersilahkan aku mencicipi kue klepon yang ia bawakan aku, dari
pasar Sukawati, saat diperjalanan ke rumahku bersama Parta” Mereka kelihatan
sangat bahagia, keluarga Parta kudengar sangat memanjakan Neni, terlebih saat
dokter menyatakan bahwa hasil USG menunjukkan janian di rubuh neni laki-laki.
Dialah penerus generasi Parta yang anak tunggal di keluarganya.
Kuusap perutnya Neni, dia sangat
bahagia, dan memelukku menangis. Aku merasakan sekarang pas, kalau neni
memanggilku Ibu, karena sebentar lagi akupun akan menjadi seorang ibu, sama
dengan Neni. Dia sudah kuanggap sebagai saudaraku, dan demikian pula
sebaliknya. Dia penyambung tali persudaraan kami dengan keluarga Parta yang
batal karena sudah kelamaan berpacaran denganku.
Kami berdua sambil menikmati kue
klepon dan the poci dengan gulabatu, melanjutkan menonton Vvideo saat kami
berbulan madu di Paris. Orang tua Ra Payaou tinggal di kota Neic, di selatan
Prancis, namun dia masih memiliki sebuah Residence, mirip apartemen di tepian
kota Paris, kujelaskan gambar apartemennya. Aku berjalan menyusuri Sungai Sein,
sangat romantic. Kami ada disana pas punak musim panas aakhir Juni, sehingga sangat ramai
orang yang memadu kasih atau sekedar berjemur ditepiannya. Sungguh pemandangan
yang sangat indah dan romatis, seromatis kapal para pesiar yang melintasi
beningnya sungai itu.
Menara Eifel terlihat sangat
kokoh, melatar belakanginya. Dia menjulang diantara benitu banyaknya bangunan
yang ada sekitar Trokadero dimana menara itu berada. Kami berdua berfose
memegang sebuah karikayur gambar kami berdua yang dilukis oleh pelukis jalanan
di halaman Gereja Kathedral kota Paris. Sungguh pemadangan yang luar biasa,
tapi dasar perut yang sudah hamper sebulanan belum kena nasi, kamipun naik
metro dari Trocadero menuju Paris 13, sebuah provinsi yang dipenuhi oleh etnis
Indo China, Vietnam dan Kamboja. Aku dengar walikotanya seorang imigran Kamboja
yang turun kedunia politik.
Dikawasan peciban kata suamiku
ini, aku menikmati nasi. Masakan Vietnam, yang nyaris tidak begitu berbeda
dengan masalak China di Pecenongan. Hanya saja sebagian besar kurasakan dominan
rasa jahenya. Nasinya berkualitas sangat bagus, nama-nama makanannya lebih banyak
aku tak tahu. Untung bawa penterjemah, suamiku. Aku menanyakan apakah ada masakan
yang medekati sayur lodeh, aku sudah sangat kepingin ne. Kata Rapayaou orang
Prancis tidak senang makanan bersantan. Mereka memang pemakan kelas berat,
tetapi tidak obesitas. Semuanya terkontrol.
Saat rehat menonton, Neni
kutanyai perasaan dia saat ini. Dia mengatakannya sangat berbahagia,d an berterimakasih
kepadaku telah dipilihkan suami yang sangat sabar dan penyayang. “Bahkan
mandipun Neni sering di madiin Bli Parta” Katanya. Wah-wah sangat romantic Parta
ya, padahal beberapa tahun pacaran denganku dia sangat sopan, tidak berani
ngapa2 in. Beruntunglah kami Neni, mendapatkan Parta. “Semoga Ibu mendapatkan
kebahagiaan yang lebih dari Neni, Tuan Ra Payou Neni lihat juga sangat romantic
dengan Ibu. Semoga kebahagian Ibu melebihi kebahagiaan Neni” katanya sambil
meneteskan air mata.
Neni dan Parta memang sering
menemani aku, selama suamiku pergi. Dia keluargaku yang sangat setia
mendampingi, berbagi kebahagiaan denganku. Neni lebih dulu merasakan
kebahagiaan itu. Kebahagiaan Neni Parta adalah kebahagianku. Keluarga Parta
tetap menganggap aku sebagai bagian dari keluarga mereka.
Sambil meneruskan menyaksikan
video petualangan kami di Mali, atau sering disebutkan sebagai Maladewa atau
Maldives, sebuah pulau kecil di tengah Samudera India, sekitar arah barat daya
India. Suasananya mirip dengan suasana di sebuah Pulau di Maluku, pulau dengan
banyak pohon kelapa, banyak gubuk sederhana dengan hamparan pantai yang
menggelora. Pantesan banyak wisatawan Indonesia terutama para artis melewatkan
bulan madu mereka disini, suatu pulau yang romantic seperti terlihat dalam
sebuah foto yang pernah ramai beredar disosial media, kebersamaan penguasa yang
politisi Aburizal bakri dengan artis Zalianti.
Kaldera Gunung Taal |
Kami melatkan bulan madu kami di
negara pulau ini hanya tiga malam, sebelum melanjutkannya ke Philipina. Sambil
menikmati santap malam kami bertiga, aku, Parta dan Neni, tak terasa masakan
Bibi Lan, ludes kami makan. Nggak tahu mungkin bawaan orang hamil kali ya aku
dan Neni sama sama rakus makannya. Ayam bakar yang dihidangkan bersama sayur
lodeh yang aku sudah diamkan dari sejak di Paris baru kebayar. Hahahahaa …
Saat ke Philipina aku menyusuri
negeri Nyonya Acuino ha,pr seminggu. Kami sempat menginap semalam di puncak
Gunung Taal, sebuah gunung yang di puncaknya terdapat danau yang sangat luas,
serta di tengah danaunya terdapat Psebuah pulau yang sangat indah. Sebuah pulau
di puncak gunung. Nyali ku diuji disini. Sebelum mendaki aku sempat menikmati
kuliner, yang mereka sebut Bulalo. Masakan dari daging kernau, kulihat hamper mirip
dengan masalak padang kesukaanku. Aku paling menikmati Bulalo yang mirip
tunjang di Rumah Makan padang. Akh satu piring kulahap………… tuntas.
Kami mendaki sekitar satu jam
sampai bagian datar kaldera sebelum menyeberang dengan perahu ke Pulau, semua
itu terabadikan dalam video dokumentasi perjalanan kami. Kelihatan orang barat
itu lebih senang mendokumentasikan perjalanannya dengan baik dibandingkan
dengan kita ini. Akh memuji suami sendiri kan ngak apa-apa to.
Di pulau kami disambut tarian
tradisonal Mindanao, hamper mirip Hawaian, hamper semalam suntuk kami menikmatinya
bersama minuman khas, San Mieguel itu lho birnya Philipina, sama dengan
Bintang, Bienya Indonesia yang digemari para toris di klub klub di Legian Kuta.
Kami menikmati steak kambing muda, malam itu. Malam itu kami sangat kami
nikmati berdua, sama dengan para pasangan pasangan yang bertujuan sama untuk
berbulan madu, atau merefresh hubungan mereka walau sudah punya beberapa anak.
Aku
terlihat di film, sangat lusuh bangun kesiangan di villa sederhana yang
terhampar di pulau kaldera Gunung Taal. Lengkaplah romantika penganten baru
kualami, dari ke Agungan Cinta, Taj Mahal, romantisme sungai Gangga dengan
berbagai permohonan dan harapan. Tradisi Arab-Algere yang teralkulturasi oleh
Budaya Prancis, Romantisnya Paris yang angkuh dengan Menara Eifel dengan Sungai
Seine yang membelah keramaian kota, serta Indian Ocean Paradise di Mali dengan
aroma laut dan lambaian kelapa. Neni walau menyatakan ikut senang dengan apa
yang kualami, namun ada keingingan diwajahnya. Kuanjurkan mereka untuk merencanakan
kelahiran berikutnya setelah kelahiran anak pertama nantinya. Meraka harus
merencanakan perjalanan, bisa perjalanan rohani atau perjalanan bulan madu
kedua…… Meraka sangat setuju terutama Parta, nahkan menyatakan siap, saat ini
pula bila Neni mau. Heheheeh itu perut apa kuat diajak jalan-jalan. Akh kuat
saja, bila perlu kuajak serta Dokter kandunganku, kan mereka penganten baru….
Baru sekitar sebulan lalu menikah. Mungkin bisa kita diskusikan dik Neni saat
kunjungan control berikutnya. Selamat ya Parta.
Puri Gading, awal Agustus 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar