"KEGALAUAN HATI SOBAR AKAN CUCU WANITANYA"
Waterboom Kesenangan Ganis (google.go.id) |
Merana Merana aku merana
Merana karena Cinta Durjana
Tersiksa batinku kerena cinta
Dab seterusbya berulang ulang
terdengar sampai ke kamar Luna yang sedang asyik tidur. Ia ditinggalkan putri
tunggalnya untuk bercengkerema dengan neneknya di taman. Ia bermain bulu
tangkis dengan sepupunya, namun dia Ganis –tepatnya Ganisnita- satu satunya
wanita cucu Sobar. Cucu Sobar dari mantu bulenya semuanya lelaki.
Luna memahami bahwa hati bapaknya
lagi gundah, kalau menyetel kembali lagu nostalgianya itu. Diapun tak mau
segera mengusik keasyikan meraka yang membaca Koran, yang bermain bulu tangkis.
Dia berkemas perlahan walau sudah agak lama terbangun dari tidurnya. Dia sudah
bisa menyesuaikan tidurnya dengan waktu setempat. Seperti diketahui dalam satu
setengah tahun terakhir Luna mendampingi suaminya berada di Kyoto, mendampingi
Reno menyelesaikan program Doktor Dalam Struktur Bangunan Tahan Gempabumi.
Luna pulang kampong, karena ada
presentasi untuk melaporkan hasil penelitian yang dia gawangi, tentang
kesetaraan gender dalam budaya psikologis Nusatntara. Luna mendapatkan Dana
Riset dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sekaranf Kementerian Riset
Teknologi dan Pendikan Tinggi. Dia merencanakan agak lama liburan, kebetulan
Reno harus pergi ke San Fransico untuk mendiskusikan hasil penelitannya dengan
seorang Profesor Seismologi disana.
Luna sangat mengerti perasaan
Bapaknya, dikala menyetel lagu Cinta Durjana itu, demikian juga tidak tahu kok
Luna juga merasakan salah kala mendengar lagu itu. Kayanya ada ikatan emosional
antara Luna-Sobar dan lagu itu. Dengan dua cangkir kopi di tangan Luna ikut
duduk dekat Bapaknya di teras, setelah cipika cipiki dengan Bapaknya.
“Akh kamu sama seperti saat kamu
sebelum menikah saja, masih cipika cipiki Luna”. Goda Sobar.
“Gak apa apa kan Pa. Kan hubungan
Bapak Anak tak akan pernah putus pak” sahut Luna.
Ha ha ha ha ha….. mereka tergelak
tertawa bersama, sampai sampai dari kejauhan Bu Sobar ikut tersenyum.
“Pa, apa yang membuat hati Bapak
gundah atau galau kalau anak muda sekarang menyebutkannya, kok lagu itu diputar”
“Akh nggak aoa-apa Bapak Cuma ingin mendengarkan saja”.
“Jangan begitu, Luna faham benar dengan hati Bapak, masak
baru ditinggal satu setengah tahunan saja sudah berubah”.
Ya benar hati Sobar gundah karena
khawatir Luna akan membawa buah hatinya ikut ke Jepang, memisahkan dengan kakek
neneknya, yang sudah begitu menyayangi mereka. Ganis merupakan hiburan mereka
berempat. Oh berempat> Ya memang karena dari pihak Reno Ganis merupakan cucu
dalam nya pertama. Ganis menjadi pengikat betapa bahagia dan kompaknya dua
keluarhga itu, sehingga tidak jarang kedua pasangan besan itu sangat sering
saling mengundang atau pergi menginap di rumah satu sama lainnya. Suatu
kebahagiaan yang susah didapat, sekalipun dengan banyak uang.
Luna tahu kegalauan bapaknya, karena secara sepintas Bu Sobar telah pernah menyampaikannya hal itu ke Luna. Dan Luna memang kepulangannya ini tidak bermaksud untuk menjemput Ganis, tetapi lebih kepada urusan pekerjaan, sekalian digunakan untuk pengoabt rindu dengan keluarga yang ditinggalkan, baik kedua orang tuanya maupun dengan keluarga mertua mereka. Luna menjelaskan dengan sangat hati-hati ke Sobar agar Sobar tidak tersinggung.
“Pa, jangan khawatir Ganis akan
kubawa ke Jepang pa, dia kami bisarkan menjadi bagian kebahagiaan keluarga kami
di sini, terlebih lagi sejak beberapa bulan yang lalu, Luna mendapatkan project
penelitian psikologi pasca bencana, sebagai projek Posdoctral dari salah satu
Lembaga di Universitas Kyoto. Kami sedikit sibuk pa.
Sobar berdiri dan berlalu sambil
mematikan Lagu Cinta Durjana itu. “Apa , Apa Bapak tak salah dengar Luna”.
Tidak Bapak tak salah dengar. Biarlah Ganis menjadi kebahagiaan keluarga kita
disini, kami biarkan opa dan oma nya mendidik bersama, dia tidak kekurangan
kasih sayang, karena itu juga merupakan kebahagian kami pa. Demikian Luna
menjelaskannya.
Sobar merapikan korannya, serta
melanjutkan menikmati kopi pagi bersama jajanan pasar yang tersuguh di meja
teras. Sungguh bahagia hati Sobar. Tiba-tiba Bu Sobar ikut bergabung obrolanpun
menjadi lebih ramai. Tapi seperti biasa Bu Sobar jarang angkat bicara.
“Pa ada lagi kebahagiaan yang
Bapak dan Ibu belum ketahui” sambung Luna.
“Ayo apa lagi, kamu tak bawa
Ganis ke jepang saja itu merupakan kebahagian kami Luna”
Lunapun menceritakan bahwa ia
sudah mengandung kembali cucu Sobar yang ke dua, kandungannya kata dokter cukup
aman, sehingga dia berani pulang menumpang pesawat senirian tidak didampingi
Reno.
“Wah-wah ini berita baik, yang
segera harus kita sampaikan ke Mertua kamu Luna” kata Sobar
“Apa mertua kamu sudah
mengetahuinya, dari Reno barang kali?” Tanya Sobar.
“Belum pa, kami masih
merahasiakannya”
Sobar menyuruh istrinya untuk
segera berkemas siang itu untuk pergi ke rumah besannya, akan menyampaikan
berita itu agar kedua keluarga bertambah bahagia. Bu Sobar segera engingatkan
Sobar agar bersabar, karena hari ini mereka telah janjian, bahwa mertua Luna
akan datang ke rumah Sobar sore hari, merayakan bersama kepulangan Luna.
Bu Sobar sebenarnya telah
menyiapkan acara pertemuan tiu, akan tetapi bukan acara untuk menyampaikan
berita kehamilan Luna, akan tetapi hanya makan bersama merayakan kedatangan
Luna. Dengan adanya berita bahagia dari Luna maka acara akan dilanjutkan dengan
acara berdoa syukur bersama dengan mengundang pendeta untuk datang ke rumah
Sobar.
Sobar kelihatannya sibuk
mengontak pendeta, mengingatkan kedua besannya akan pertemuan sorenya. Rupanya
meraka sudah mempersiapkannya, bahkan ingin menginap bersama di kediaman Sobar.
Besok mereka mau mengajak Ganis pergi bersama cucu-cucu yang lain ke Waterboom.
Kebahagiaan
keluarga ini bukan main… Puji Tuhanb, Astungkara. Sangat melimpah semoga
kehidupan selalu mendatangkan kebahagiaan dari segala penjuru, kata Sobar, dan
dia Astungkara in oleh anak dan sitrinya.
Puri Gading, Minggu Pagi, 12
April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar