“REINKARNASI AYAH DE-KARMA”
Betutu Tiktok Rasanya Mantap |
Mereka datang bertiga, dengan sesajen satu bakul dan satu
kendaraan De Karma, Meida dan Mang Adi sekitaran pk 09 00, mereka sudah sampai
di rumah yang di tuju. Letaknya di lereng bukit, di depannya berhadapan dengan
hamparan sawah, namum ombak bergulung gulung dipantai masih terlihat jelas dari
teras Jro Balean , Kampung itu Bukit Tumpeng, sekitaran satu setengah jam
mengendarai mobil dari rumah De Karma.
Meraka terdiam bertiga setelah
disuguhi kopi hitam, khas Bukit Tumpeng katanya hasil kebun sendiri dan
diproses secara tradisional untuk di konsumsi sendiri atau diuguhkan kepada
para tamu yang hlir mudik datang kesana. Sepiring pisang goreng, tepatnya
pisang kepok goreng menemani. Sebagai tamu untuk menghormati tuan rumah mereka
menyantapnya bersama.
De Karma kebingungan, kok sepi
sekali biasanya jam begini tetamu sudah ramai, minimal dapat nomor 5 biasanya.
Namun kali ini kok sendirian dan pertama kali lagi. Walau gelisah mereka tetap
mtak mau berburuk sangka. Tak lama kemudian, seorang anak remaja sekitaran 12
tahunan dtaang menghampiri. Kelihatannya dia baru habis sembahyang. Bapak dan
Ibu bertiga, kami mohon maaf kalau Bapak dan Ibu Jro Balian lagi pergi ke Surabaya, ke rumah
kakak saya, mereka lagi meresmikan tempat persembahyangan keluarga disana, karena
kakak kami beserta istrinya setamat sekolah dia menjadi dosen disana.
Anak gadis itupun bertanya,
dengan maksud kedatangan De Karma, sebagai basa basi. Maida menyampaikan maksud
kedatangan mereka untuk bertanya kepada Jro Balean, tentang kelahiran cucunya. Tiba-tiba anak gadis itu tertawa
terbahak-bahak. Hahahahahaahahaha............ , tapi kok ketawanya seperti
ketawa lelaki yang mereka kenal. Meida, De Karma dan Mang Adi, diminta
mengikuti Anak Gadis tersebut yang sambil terus ketawa menuju sebuah pangkon,
sebuah dipan paten di rumah itu, dimana di atasnya terdapat sangat banyak
sesajen dan peralatan sembahyang.
Anak gadis itu duduk bersila.
“Sini Idaaaa.......”
“Lho siapa in, yang datang i”
tanya Meida
“Aku Ida suamimu...... apa kau
tak ingat dengan ketawaku”
“Hemmmm masih masih aku ingat
sekali dengan ketawamu. Ini aku datang dengan anak kita De-Karma dan Mang Adi”
“Ya....... aku tahu, kau akan
menanyakan kelahiran cucu kalian kan....... hahahahaha itu aku Meida”
“Pantesan..... setiap aku memangkunya,
kau kencingi aku ,,,, hehehehehe”
“Apa kau keberatan Meid........”
“ Tidak akh ini kan pengamdianku kepada cucuku.... hehehe suamiku”
“ Tidak akh ini kan pengamdianku kepada cucuku.... hehehe suamiku”
De Karma dan Mang Adi
menyela percakapan ibunya, Hehehe Bu bagaimana ini kok ngobrol melulu, apa kita
tidak jadi nanyakan kelahirannya si Gde.... tanya Mang adi dan De Kar,a secara
bersamaan.
“Hahahaahahaha............., : meida bersamaan dengan Jro
Balean Alit tertawa bersama-sama.
Sebenarnya ini kau telah mulai dan yang reinkarnasi anakmu
sudah turun. Ini Ibumu sedang bedialog dengan orang yang reinkarnasi. Suara Balean
Alit – untuk menyebut anak gadis outrinya Jro Balian- berubah kembali seperti
suara lelaki, yang seakan suara itu sudah lama Mang Adi dan De Karma kenal.
“Oh iya, Bapak ini yang turun ya “ Kata Mang Adi,
“Iya aku bapakmu yang tuun ini, kenapa kamu De Karma diam
saja tidak menyepaku dari tadi?”
“De Karma tetap saja diam, dia teringat, akan apa pesan
Bapaknya beberapa hari menjelang meninggal saat keduanya bertemu di Jogya.
Bapak hanya mengatakan bahwa ia sangat ingin melihat aku berkeluarga, mempunyai
anak dan berbahagia debfab keluarga, dengan ibu, istri, saudara dan
anak-anakku.
De Karma sampai mengeluarkan airmata dan suaranya tertahan
di tenggorokannya sejnak setelah mendengar ucapan Balean Alit. Bapaknya....
hehehe yang menjelma menjadi anaknya De Karma dengan Souchi, memang sipit
sebelah matanya sama seperti mata De Karma dan Sama dengan mata mendiang
ayahnya. Mereka ingat bahwa keturunan keluarga De Karma memang sipit sebelh,
dan akan tak begitu kentara setelah menginjak remaja.
Bapak hanya minta kau ingat pesan terakhir bapak, kau
sebisanya jangan sampai berbohong dan menipu klien kamu. Bapak tahu usaha kamu
sedang baik-baiknya. Pandai pandailah kau menabung. “Bapak hanya minta
disediakan seperangkat pakaian pemdeta saat nanti di ruwat, serta seekor betutu
bebek putih..... Itu merupaan janji Bapak agar bapak dapat reinkarnasi menjadi
anak kamu De Karma.
Setelah mengatakan itu, dan mohon pamitan, Balean Alit
kembali prilakunya seperti remaja bisas. Mengambil sesajen yang di bawa
keluarga de Karma, mengajak seluruhnya memanjatkan doa demi keselamatan bersama
serta lancarnya peaksanaan upacara tigabulanan, bayi Gde anak dari De Karma,
cucu Meida.
Mereka secara khusuk berdoa bersama, setelah diperciki air
suci sehabis sembahyang, seperti layaknya orang yang baru kembali dari Balean,
mereka langsung menuju kerumah tanpa mampir kemana mana.
Ketiganya sekitar jam 14 00 sudah sampai di rumah, Gde
menangis di gendomgan Neni, karena Souchi masih melakukan persembahyangan rutin
di Pura. Meida, langsung menyambangi neni, meminta Neni untuk menggantikannya
menggendong Gde. Gde pun langsung diam, dsusui kosong – dipangkuan Meida. Dia langsung diam dan
terlelap di pangkuan neneknya.
Sementara Mang Adi, De Karma menyusul Souchi untuk bergabung
sembahyang dan melantunkan Gayatri Mantram, bersama, Mereka belum sempat saling
berbicara, Mereka bertiga sangat khusuk sembahyangnya. Itu memang suatu
kebiasaan Mang Adi kalau sama sama di rumah dengan kakaknya De Karma. Ia sangat
nurut dan hormat kepada kakaknya. Mereka jarang terlibat keributan, terlebih
setelah Bapak mereka tidak ada.
Hanyaaa saja Meida
yang sering cerewet menginatkan Mang Adi, dan menasehati De Karma untuk tidak
terus memanjakan adiknya karena dia sudah membangun keluarga sendiri. Itu akan
tidak mendidik kata Meida. Namun namanya juga keluarga apalagi sekandung,
mereka tetap saja seperti saat mereka bersama di rumag. Tak ada rasa malu
antara kakak dan adik. Mang Adi sangat di manja De Karma. Tapi Neni sering
mengingatkan Meida untuk membiarkan saja kakak mereka De Karma dan mang Adi –
Neni membahasakan De Karma dan Mang Adi sebagai kakak- karena memang umur Neni
terpaut hanya terpaut tiga tahunan lebih muda dari Mang Adi.
Neni memang kelihatan lebih dewasa dari mang Adi, dia sering
menjadi tempat curhatannya Mang Adi. Neni sangat disiplin dengan buku neraca
keuangan De Karma, tapi Mang Adi tidak bisa disiplin dengan masalah keuangan.
Untung saja dia mendapatkan suami sebagai putra tunggal orang kaya. Langsung
punya perusahaan pengeboran minyak dan bermukim di Dili Timor Leste.
Setalah sembahyang mereka berkumpul bersama untuk menikmati
makan siang yang agak terlambat, hampir pk 15 00 di Bale bengong. Neni sudah
mempersiapkan Lawar dan Betutu Tiktokm yaitu hasil persilangan Itik dan mentog.
Memang rasanya sangat nikmat. Rupanya Neni dan Souchi sekepergian mereka
bertiga ke Jro Balean, sempat memasak tikto itu.
Kebetulan....... bukan memasak, tadi ada yang datang bawa
brosur untuk masalakn ini, Ku cuba teepon katanya langsung bisa dan dikirim
kesini, Itupun baru jam 14 00 an tadi sampai, terus disimpan dalam penghangat
makanan. Mereka berlima sangat menikmati Betutu dan Lawar Tikto itu. Masakannya
sudah modifikasi, sehingga rasa bumbu genep Balinya masih terasa, tapi tidak
nyegrak di tenggorokan.
Sambil makan siang Meida menjelaskan kepada Souchi dan neni
sambil tetap memangku Gde siapa yang reinkarnasi terlahir sebagai Gde. <eida
menjelaskan kepada Souchi bahwa anaknya itu merupakan reinkarnasi almarhum
mertuanya, suami Meida dan Ayah De Karma serta Mang Adi, Souchi sangat
beruntung dapat mengabdi kepada mertuanya walau secara nyata dia menikah tidak
punya mertua leki laki.
Meida menjelaskan pula, bahwa yang menyembunyikan pasport
Souchi saat gempa Fukushima, adalah arwah mertua nya, karena Bapak sangat ingin
dan setuju De Karma menikahi Souchi, Di alam sana Bapak mendoakan kamu agar
dapat delay di Tokyo untuk beberapa hari tidak langsung pulang ke Fukushima,
menjelang gempabumi besar melanda daerah tersebut.
Souchi meneteskan air mata mendengarkan cerita Meida. Meida
sekali lagi mengingatkan bahwa itu apa yang tadi dia dengar dari jro Balean
Alit. Souchi boleh percaya, boleh juga tidak kata Meida. Namun Souchi sudah
lama mempelajari budaya Bali dan Jwa termasuk mempelajari kepercayaan mereka
yang mirip dengan apa yang ia percayai di Jepang, sehingga tak ada alasan dia
untuk tidak mempercayainya.
Meida juga menceritakan, bahwa mereka sangat beruntung bahwa
bapak bisa ‘turun’ melalui Jro Balian
Alit, merupakan Balian baru yang sangat jarang mau melayanii kliennya, terlebih
kalau orang tua mereka ada. Meida mengatakan bahwa perjalanannya tadi sangat
beruntung, dapat berbicara lama, tak perlu antre. Apa yang didengar sangat
gamblang.
Beberapa oran rombongan yang datang belakangan di tolak oleh
Balean Alit, karena beliau harus sekolah siang,dia masih remaja baru kelas dua
esempe katanya. Perbicangan bubar setelah Meida kekencingan kembali oleh
cucunya yang pules tidur di pangkaunnya. Meida sebenarnya sudah membaca firasat
bahwa cucunya itu adalah reinkarnasi suaminya.... Hehehehe dia tetap dapat
mengabdi pada suaminya...... demikian pula masa tua Meida diharapkan dapat
diperhatikan nanti oleh cucu-cucunya disamping anak-anak dan meanntunya.
Pondok Betung, 8 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar