DUA LELAKI
Yang kuingat Cokde, tuanku
berpesan agar aku mengemudikan kendaraan
jangan terlalu cepat. Beliau menyetel VCD, lagunya Ekajaya yang sedikit ngebit,
dan menyetel tempat duduknya, lalu tidur. Sebelum memulai tidur masih sempat
mengingatkanku akan sarapan di Pesinggahan. Tidak sepatah katapun keluar
sebagai obrolan beliau sepanjang perjalanan kami , dari Puri Gading , By Pass
Ngurah Rai –By Pass Prof Mantra- sampai Kusamba. Sudah setengah jam aku parkir
disebelah Warung Pesinggahan, asap ikan bakar sudah mulai mewarnai pagi itu.
Menurut Kanjeng Mami lagu yang
disetel itu, menunjukkan suara hati Tuanku lagi berbunga-bunga. Fikirku apa ini
karena Jeng Rani yang sekarang melengkapi Puri, yang ku tahu beliau sedang
berusaha mencari kesempatan menempuh pendidikan lanjutak di Universitas
Udayana. Beberapa hari lalu sempat ku anter ke kampus, juga ke Rumah Sakit
Sanglah.
Tak pernah kusaksikan beliau
tidur seperti ini diperjalanan, akupun tak berani bertanya, hanya menunggu
beliau terbangun dari tidur, sambil mengingat-ingat teori dan penelitianku yang
sudah disetujui pembimbing untuk diajukan untuk sidang kolokium terbuka.
Tinggal menunggu satu lagi penguji luar yang merupakan parktisi dalam
perdagangan ekport.
Sudah dua minggu aku belum ke
kampus, dan petugas sekretariatpun belum memberikan kabar apakah sudah ada
dosen atau praktisi luar sebagai penguji, dan akupun buta dalam hal itu, siapa
yang akan mengujiku nanti selain penguji dalam dari Fakultas. Sudah empat
tahun, aku mengambil kuliah bisnis internasional, seperti yang tuanku sarankan,
di Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati. Dan enam bulan terakhir aku
focus dengan skripsiku. Aku mengambil data skripsiku di sebuah perusahan garmen
ternama ‘Mama Lain’ sesuai dengan saran tuanku agar belajar di perusahaan orang
lain, tidak di perusahaan beliau. Ku tak tahu apa maksudnya, yang penting
targetku cepat selesai dan segera bekerja.
Tuanku masih tertidur pulas,
walau mobil kuparkir sedikit jauh dari Warung Pesinggahan, di bawah pohon
menghadap ke laut, sehingga suara mesin mobil kalah dengan suara ombak yang
mengalun, terkadang bergemuruh menyambut kehadiran kami. Bibir air laut
menjilat pantai, sampai sekitar 25 meter dihadapanku. Para nehayan Kusamba
kulihat sudah mulai ada yang mendarat di jemput para pedagang, pengepul ikan
segar untuk mereka jual lagi di pasar, atau di bawa ke café yang menghidangkan
masakan ikan bakar. Sorak sorai mereka menarik perahu ke darat sangat jelas
kudengar. Suara kebebasan, keikhlasan saling membantu. Itulah orang desa.
Memang pagi yang sangat cerah,
rona merah masih menyembul di langit walau sudah hampir jam delapan pagi,
karena langit sedikit berawan Cb, yang menjulang ke atas seperti bunga kol. Bau
air laut mengingatkan aku kalau pulang ke kampung ibuku, yang juga kampong
nelayan di Desa Kelating, sebuah kawasan
pantai yang mulai di bangun villa-villa oleh bule Swiss, dan Jerman, di ujung
selatan Tabanan. Banyak kerabat ibu, mata pencahariannya membuat garam,
sehingga mereka memiliki kulit yang eksotik, coklat mengkilap, karena selalu
dibalur hawa udara bergaram.
Sudah sampai Yan, suara itu
mengagetkanku. Rupanya tuanku sudah terbangun dari tidurnya. Maaf aku
ketiduran, sampai-sampai kamu tak ada teman ngobrol di perjalanan. Kan ada
Ekajaya tuan, jawabku hehehe.
Apa sudah lama sampai?.
Sudah lumayan tuan.
Lantas beliau turun membasuh
muka, tangan di air laut di tepian
ombak, seperti yang biasa beliau lakukan, serta menghampiriku kembali. Aku
telah memarkir mobil dekat warung, aku takut barang-barang bawaan di mobil di
ambil orang, siapa tahu maling sudah mulai mencongkel mobil sampai kawasan ini.
Ayo Yan duduk disini sebelahku.
Kata beliau. Aku duduk mendekat.
Maaf Yan, tadi aku ketiduran.
Ya tuan kelihatannya sangat
pulas.
Ya semalam sampai jam empat, aku
menyelesaikan makalah yang harus aku kirim paling lambat hari ini, karena
panitia seminar internasional Sakit
Bipolar meminta ku untuk menjadi pembicara, sebagai pandangan orang di laur
spesialisasinya. Dead linenya hari ini, Aku tak mau mengecewakan mereka.
Aku dapat tidaur hanya sejam,
sebelum Meyan membangunkaku.
Jadi lama kamu menunggu tadi di
parkiran, menemaniku tidurku.
Dengan senyum kecil aku
mengangguk sambil berujar tidak terlalu lama tuan, sekitar setengah jam an.
Hahaha setengah jam kalau naik pesawat sudah sampai Surabaya Yan! Kata tuankua
sambil menepuk bahuku.
Bu warung telah menyiapkan
hidangan ikan kakap merah bakar bumbu pelapah. Sop kepala ikan kakap merah
dengan plecing kangkung, sambel matah, sepiring kecil kacang goreng serta
sambel kecap yang dengan irisan cabai rawit merupakan pesanan khusus tuanku. Nasi
putih dan potongan roti Prancis juga dihidangkan. Seakan Bu warung tahu persis
kesukaan tuanku. Itu ku tahu karena beberapa kali aku menyertai beliau singgah
disini hidangannya sama saja. Dua gelas the tawar mendahului hidangan tiu
datang menyambut kami.
Tidak terlalu lama, hidangan
sarapan yang cukup berat menurutku ludes kami nikmati berdua. Masakan warung
ini memang special, kakap merah bakar bumbu pelapah, sop kepala ikan yang rada
asam pedas menggugah selera, plecing kangkung hamper tak tersisa. Tinggal kacang
gorieng ku sruput sebagai penghilang
rasa pedas pelan-pelan.
Sementara piring-piring di
bereskan, kopi susu pun keluar, dengan pisang gorang. Pisang raja special manis
dari Nusa penida.
Bagaimana Yan, kenapa tidak nyoba
roti Prancis nya tadi?
Akh tuan, saya belum merasa makan
kalau belum pakai nasi. Maklum perut kampong Tuan.
Hahaha memang begitu, kamu masih
muda harus makan nasi Yan.
Tuan juga masih muda, masak sudah
tua tuan.
Oh iya, tapi aku tetap lebih tua
dari kamu Yan.
Ayo belajar ngopi. Biar kamu tak
ngantuk di jalan Yan. Oh ya, dari kemarin aku mau tanya, bagaimana studi kamu
Yan, cepatlah selesai pekerjaan sudah menunggu.
Itu tuan, skripsiku sudah di
setujui pembimbing, dan sudah antre untuk ujian.
Kami kesulitan mencari penguji
luar.
Bagaima persyaratan penguji luar
itu Yan.
Menurut informasi dari sekretariat,
harus seorang praktisi bisnis internasional. Biasanya dari Kadin daerah Tuan,
katanya.
Nah kenapa tidak kamu matur
kepada Kanjeng Mami saja, minta beliau sebagai penguji, kan selama ini beliau
sering di undang sebagai penguji. Aku tidak berani Tuan, nanti mengganggu
acaranya Kanjeng Mami. Tak apa-apa Yan , kamu harus matur ke beliau, seakan
kamu lapor bahwa kamu sudah selesai skripsinya. Kalau beliau tidak punya waktu
biar nanti aku yang mengujinya. Kamu harus lapor beliau ya!. Ya tuan akan aku
laksanakan,
Langsung ku pengang tangan beliau
menghaturkan terima kasih, karena aku akan segera ujian. Matur suksema Tuan.
Ayo siapkan mobil aku mau menyelesaikan bayar makanan ini ke Bu warung, kita
menuju Sibetan, ke pabrik.
Terima kasih Bu.
Sarapan yang istimewa,
Tak lupa merekapun pemilik dan
pelayan warung, kuliaht bergantian bersalaman sambil mencium tangan tuanku.
Bukan main. Kalau jadi orang baik pasti di hormati dimana mana, gumanku dalam
hati.
Mobilpun meluncur sepanjang
pinggiran pantai Kusamba, menuju ke pabrik Wine Salak, dan pengalengan Salak.
Yande, apa kamu punya ide, siapa yang cocok untuk mengawasi pabrik wine ini,
karena produksinya cukup signifikan peningkatannya, permintaan dari Jepang,
Rusia dan Eropah Barat terus meningkat. Salak kalengan juga mendapat pasar yang
bagus di Singapura, China dan Taiwan. Ini sebagai salah satu diversifikasi
usaha yang menjanjikan.
Aduh maaf tuan, aku tidak tahu tuan.
Nah itu calon sarjana tak boleh
begitu. Kamu harus biasa mengemukakan pendapat, termasuk kalau berdiskusi
dengan aku, dengan Kanjeng Mami. Ajukan pendapat dan siap dengan
argumentasinya. Karena tidak jawing ide brilian hadir dari diskusi sederhana,
speri menu di warung tadi. Meraka cukup maju dengan warung yang sederhana.
Ya Tuan, kami akan mencoba
belajar.
Akh payah kamu Yan, kalau belajar
jangan coba-coba, belajar gitu saja.
Mulai sekarang kamu jangan
memanggilku Tuan, kamu harus mengangilku Boss
Maksudanya Tuan?
Ya kamu lakukan saja, terlebih
kalau di pabrik, di kantor kamu harus lakukan, kalau di rumah masih menyebut
Tuan tak apa2, tapi lebih bagus di mana-mana sebut boss. Nanti kamu menjadi
asistemku, pegang iPad, tulis yang penting-penting sebagai bahan diskusi.
Membiasakan diri sebagai pekerja, dan persiapan ujian kalau aku menjadi
pengujimu,
Tak lama aku di Pabrik Wine dan
pengalengan salak, melakukan pengecekan semua unit pabrik. Tuan menerima
laporan semua unit di ruang rapat. Aku kaget melihat, hampir semua pegawai
disini sekarang anak muda, menurut Tuanku, hehehe boss ku itu diambil dari
anggota Karang Taruna di sekitar pabrik. Margin perusahan dilaporkan meningkat
cukup tinggi, produksi sudah hampir tidak sanggup melayani permintaan, bahan
baku stabil, bahkan berlebih karena musim kemarau tahun ini sangat
menguntungkan dan mendukung produksi salak.
Di pertemuan itu, aku diperkenalkan
sebagai asisten beliau, aku menjadi tidak enak hati. Pertemuan diakhiri dengan
acara makan bersama, kami ikut megibung, terus pamit kembali ke Denpasar. Tak
terasa rupanya sudah pkl 15 00. Dengan sepeti oleh oleh salak kalengan.
Melintasi kembali Pantai Kusamba,
aku dikejutkan oleh suara Tuanku.
Yan apa yang kamu dapat laporkan
sebagai asistenku, dari kunjungan pabrik tadi, dalam satu kalimat saja, boleh
satu alinea.
Siap boss! Kataku terkaget.
Nah itu bagus! Sebutanmu sudah
spontan dengan boss.
“Suasana kerja sangat bagus,
dengan budaya kerja, komitmen karyawan yang sangat bagus kepada perusahan.
Produksi sudah hampr tak dapat mengejar, memenuhi permintaan, produksi laku di pasaran, perlu
upaya Manajemen melakukan ekspansi. Perluasan pabrik misalnya”.
Bagus, itu sudah merupakan ujian
pertama untuk skripsimu.
Masalah perusahan, masalah
skripsi kita stop dulu.
Aku mau tanya, apa kamu masih
ingat Yan, apa acara kita sore ini?.
Siap Boss, ingat. Boss ingin tahu
pacar saya, maafkan saya boss karena belum lapor selama ini, baik ke boss
maupun ke Kanjeng Mami. Sebenarnya kami – saya dan Meyan- malu kalau
menyampaikan hal itu, mengingat boss kan belum em em……. Suaraku tertahan
Belum punya pacar maksudmu
Yan, akh kamu tak perlu takut semuanya
normal-normal saja Yan.
Masih ingatkan desak bossku.
Masih boss, kami sudah janjian,
saya perkenalkan sore ini.
Tapi boss jangan meledek aku
kalau dianya tak cakep boss.
Tak perlu malu, semua orang itu
memiliki keunikan masing masing, setiap orang itu memiliki auranya masing
masing Yan.
Yang jelas dibandingkan Jeng
Rani, pacarku tak ada apa-apanya boss.
Dokter Rani maksudmu Yan.
Hahahahaa kami tertawa berderai
bersama.
Suasana perjalanan yang sangat
menyenangkan.
Tiba-tiba Yande masuk suatu
pertokoan di Sanur, ku tanya mau kemana Yan.
Tuan minum dulu, istirahat
sejenak di Starbuck Sanur tuan. Hehehe maaf boss.
Kami janjian disini,
mudah-mudahan dia sudah sampai.
Aku basa-basi saja, aku yakin dia
sudah sampai, karena kulihat motornya sudah terparkir di seretan parker
motor-motor karyawan.
Kamipun masuk berdua, saya
mengikuti boss memilih meja tempat kami ngopi.
Yak lama berselang seorang
pramusaji menghampiri meja kami.
Boss memesan coffee latte, aku
minta capucino dengan dua roti craissan.
Nggak lama berselang pesenan kami
diantar, dan peramusaji ikut duduk bergabung di meja kami.
Boss terkaget, lho rasanya saya
kenal dengan mbak ini Yan.
Iya boss, perkenalkan ini
pacarku.
Beri hormat ke boss kata ku.
Om Suatiastu, katanya
Om Suastiastu, jawab kami
berbarengan.
Kemaren saya melayani meja Bapak
waktu mampir di gerai Bandara, nama saya
Nitami
Ya nama yang bagus seperti nama
Jepang kata bossku.
Aku menjadi malu hati, karena
waktu di starbuck bandara sempat ke perhatikan, wajahnya yang eksotik, ternyata
dia Nitami, ya Nyoman Nitami, pacarnya Yande.
Yande kamu ajak Nitami mampir ke
Puri Gading, nanti kita ngobrol di sana. Kamipun saling bersalaman dan
mengakhiri sore itu menuju Puri Gading, Ku puji Yande pintar memilih pacar.
Bisa saja boss memuji, kan sudah
ku bilang dia jauh dibadingkan dengan Jeng Rani.
Tak boleh membandingkan orang
Yan, kata boss ku.
Setiap orang itu unik, kita harus
bangga pada diri kita dan pilihan kita. Kuharaf boss setuju dengan pilihanku,
semoga……………..
Bukit Jimbaran, medio Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar