“ MAMA INGIN SEGERA PULANG”
Candi Prambanan dan Kekuatan Cinta (google.com) |
Secangkir kopi capucino dan
sepiring pisang goreng kipas menemaniku merajut sore itu, setelah seharian aku
berkeliling Jogya. Mama merekomendasikan aku untuk pergi ke Candi Prambanan,
Candi Hindu Ciwa, yang megah itu tempat pementasan sendratari Ramayana di kala
bulan purnama. Sangar romantic kubayangkan, dan aku ingin hadiah pernikahanku
kelak salah satu diisi dengan pentas sendratari disana.
Seperti kata orang waktu di Jogya
terasa sangat lambam merambatnya. Setelah mengantar mama ke tempat seminar –kudengar
kebiasaan mama tidak mau nginap satu hotel dengan tempat acara- aku meluncur ke
Candi Prambanan di temani sopir sewa Pak Novek yang sangat sok akrab dengan
kami, tapi dia sangat lincah mengemudi, aku sering tertidur sebentar dibawanya,
dia hafal dengan tujuan yang kucari dan sangat humoris.
Lamat-lamat di sistem radio hotel
kudengat alunan rindik, dengan lagu-lahu nusantara. Lagu manuk dadali, walang
kekek, sampai lagu bali Putri Cening Ayu. Kubayangkan betapa setianya lelaki zaman dulu,
kalau dikaitkan dengan cerita Novek tentang pembangunan Candi Prambanan. Dalam
anganku betapa bahagianya wanita yang mendapatkan lelaki seperti Bandung
Bondowoso, yang bersedia membangunkan candi untuk kekasihnya. Walau sebenarnya
itu hanya sekedar cara halus untuk menolak cintanya. Betapa polosnya pikiran
lelaki zaman dulu ya. Hahahaha ….. dalam batinku kok begitu mudah ya memperdaya
lak-laki.
Sambil nyeruput kopi aku meandang
jauh kea rah utara dari teras hotelku, terlihat jelas sosok Gunung Merapi yang
melumat tubuh kokoh Marijan saat letusan terakhirnya. Marijan sosok Bandung
Bondowoso. Marijan sangat cinta dengan pekerjaannya dan sangat setia dengan
masyarakat lereng Merapi, sama dengan kecintaannya dalam membuat tetenger
prilaku Merapi. Sebagai abdi dalam dia setia memantau secara visual, membuat
upacar terkait dengan prilaku Merapi.
Siang tadi aku sempat sejenak
melihat sisa sisa letusannya. Betapa besarnya kekuasaan dan kekuatan Tuhan yang
dikeluarkanNya melalui kemampuan mengatur alam ini agar terus bermanfaat bagi
umat manusia. Walau sebenarnya diberikannya dalam bentuk bencana. Bukankah
ditengah sebuah bencana selalu terselip berkah yang terkadang kita baru tahu
jauh setelahnya. Akh kita nikmati saja keindahan alam Merapi. Batu-batu masih
berserakan, belukar sudah mulai tumbuh. Ribuan kubik pasir diangkut hasil
muntahannya di sungai yang dilalui lahar, tiap hari oleh ratusan truk keluar
Merapi.
Yah aku melihat betapa besar
kekuasaan dan kekuatan Tuhan ada disana, beliau dibuatka stana indah seperti
Candi Prambanan, menginspirasiku tentang kesetiaan dan kekuatan dari cinta.
Cinta manusia terhadap Tuhannya, juga cinta antara pria dengan wanita, ataupun
cinta manusia dengan alamnya yang ditunjukkan Marijan.
Lamunan itu membawaku sampai
tertidur di teras hotel. Aku sangat menikmati perjalananku sight seeing di
Jogya. Terbawa dalam mimpiku rasa nikmat ‘mawut ikan’ yang kunikmati dengan pak
sopir di Bantul. Aku sangat senang bila membayangkan senyum pelayannya yang
sangat ikhlas, menjelaskan proses pembuatan mawut, yang membius lidah dan
pikiranku siang tadi. Kami beruntung , kami masih kebagian mawut walau datangs
edikit terlambat karena keasyikan menikmati Merapi.
Aku tak melihat mamaku pulang,
beliau rupanya ikut nimbrung di teras duduk disebelah aku tertidur. Seperti
kebiasaan beliau yang tidak akan membangunkan aku yang sedang menikmati tidur,
beliau setia duduk disebelahku sambil melafalkan sebuah sebuah kalimat. Lamat
lamat aku dengar Tuhan Aku ingin pulang, jemputlah aku…… Tuhan aku ingin pulang
jemputlah aku……………. Itu diucapkannya berulang kali.
Sambil mengusap ngsap mataku, aku
bilang “Sudah lama ma”. Kupeluk mamaku, kulihat bulir air deras mengalir dari
ujung matanya. Kutanga beliau “Mau pulang kemana ma?”. Akh tidak itu hanya lafal
sebuah lagi elaknya.
AKu tahu dari status FB maupun
status display BB mama selalu menulis Aku ingin pulang, Jemputlah aku Tuhan
atau Tuhan aku ingin pulang. Aku sangat yakin itu merupakan sebuah kerinduan
mama. Sebuah pencarian yangs salami ini beliau cari yang sebanarnya lamat-lamat
aku tahu, senuah pencarian sesuatu yang telah lama hilang. Entah itu suasana
apa, entah itu siapa. Akh aku tidak mau berspekulasi, lebih baik ke tunggu mama
menceritakannya.
Setelah mama tenang dan menyeka
air matanya dipipinya, aku membantu mama membersihkan air mata itu dengan tisu,
walau pipiku juga ikut basah oleh air mata mama yang kurasakan hangat membasahi
pipiku saat berpelukan tadi. “Mama kenapa mama menangis, apa mama meras sedih
dengan keadaan kita” tanyaku. Beliau menjawab : “ justru sebaliknya anakku,
mama sudah sangat lama tidak merasakan pelukanmu, pelukan itu….. Pelukanmu
Winda dengan lengamu yang jauh lebih panjang dari mama, mama rasakan pelukan
itu adalah pelukan papamu. Kehangatan bandanmu mengingatkan mama dengan
kehangatan papamu. Aku sangat merindukannya… aku ingin segera pulang anakku.
Ternyata mama yang demikian tegar
sangat merindukan kehangatan. Kehangatan papaku. Apakah dia papa yang
bertanggung jawab sampai meninggalkan mamaku kesepian seperti kesepian Merapi.
Apakah dia perlu meletus dengan kemarahannya. Kulihat mama tidak demikian,
beliau sangat bisa mengontrol emosinya, beliau sangat menghormati papaku walau
selama ini aku tak tahu. Apakah ini yang menjadi alasan kenapa beliau tidak mau
bersama serumah denganku agar beliau menikmati kesendiriannya.
Akh kutak biarkan pikiran liarku
menebak-nebak. Aku pamit manti ke mama. Tapi beliau ingin menceritakan sesuatu
dulu. “Ayu Winda kau duduk dulu disini, mama ingin curhat, kamu dengarkan saja”.
Winda, mama sangat ingin pulang.
Mama bersalahs selama ini karena memisahkan kamu dengan papa dan kakakmu. “Lho
dengan kakakku juga ma” selaku. Ayo jangan menyela kau dengarkan saja biar mama
meneruskan cerita mama. Kamu mempunyai seorang kakak leki-laki. Dia bersama
papa mu di seberang sana, menekuni karir seperti mama, tapi spesialisnya
kebidanan dan penyakit kandungan. Perawakannya lebih kecil dari kamu. Dia lebih
banyak mewariskan sifat mama, lebih ringkih darimu dia tidak segesit kamu
Winda.
Mama salah, mama egois, mama
belum bisa beradaptasi saat itu, karena jiwa muda mama. Saat kamu berumur
balita mama membawa kamu pergi dari rumah papamu. Aku pamit pergi ingin
menunjukkan bahwa aku mampu membesarkanmu, dan papamu aku minta membesarkan
kakakmu. Aku tak tahu Winda, setan mana yang mempengaruhi mama ingin
meninggalkan keluarga papamu, yang mama sangat tahu sangat menyayangi mama.
Mama sangat egois Winda. Kulihat bulir-bulir halus deras mengalir lagi dari
ujung mata mama.
Mama meninggalkan papa dengan
kakakmu, dan memutuskan hubungan dengan pergi jauh. Rupanya papamu dengan
caranya selalu mengutus orang untuk membuntutiku. Keluarga papamu keluarga yang
dihormati sekali dikampungnya, sehingga banyak orang yang dengan sukarela mau
mengikuti mama atas perintah keluarga, terutama mengawasi kesehatan dan
pertumbuhanmu. Papamupun tidak pernah meninggalkan mama.
Mama egois, mama seakan
membencinya, walau dalam hati mama sangat merindukannya. Papa dengan setia
datang menengok mama, walau hal itu tetap kurahasiakan kepadamu, demikian juga
mama diajak papamu secara rutin melihat kakakmu terutama perkembangan sekolah
dan kesehatannya. Jadi mama sangat egois dalam hal ini. Mama terhimpit situasi,
mama di tinggalkan keluarga mama di Solo karena mama menolak keinginan Eyangmu
untuk menikahkan mama dengan kerabatnya. Yang belakangan mama tahu bahwa dia
lelaki yang kurang baik, jadi filing mama dalam hal ini cukup baik.
Mama khawatir tidak bisa mengabdi
sebagai istri yang baik, karena masyarakat di kampong lingkungan keluarga papa
yang demikian sibuk dengan kegiatan social. Ternyata mama lupa, seharusnya mama
bisa lebih berperan dengan kemampuan intelektual mama, dengan profesi mama
untuk mengabdi disana. Mama selama ini sering menjadi tamu dalam kegiatan social
di kampong papa, dengan posisi sebagai taumu. Padahal mama rindau akan hal itu,
rindu melihat kakakmu, juga sebagai pembelajaran mama akan masuk ke dalam
situasi itu.
Mama memang sangat egois, dan
saatnya mama ingin pulang. Papamu walau digandrungi banyak wanita, mama menilai
cintanya sangat tulus ke mama, beliau sejatinyab tidak pernah meninggalkan
mama. Nafkah kahir batin sampai umur mama seperti ini sekarang, masih beliau
berikan… kapanpun mama minta. Hahaha Kapanpun ma? Tanyaku kepad mama.
Hahahahaha mamapun mengikuti derai tawaku.
Ia, tentunga tidak bisa serta
merta, ada selang waktu, karena papamu punya pekerjaan dan berjarak tinggal
dengan mama. Pantesan mama kelihatannya tidak pernah kesepian. Pantesan mama
mengajarkan aku untuk mandiri sejak kerja dan tidak tinggal bersama. Pantesan
mama selalu punya apartemen dekat kerjanya…………………. Hahahaha terlalu banyak
pantesannya.
Pokoknya mama ingin segera
pulang, ingin mempertemukan kamu dengan keluarga besarmu keluarga besar papa.
Mama ingin mendampingi papamu untuk menikmati masa tuanya. Mama sudah
mengajukan pension dini atau pindah kerja ke kota dimana papamu tinggal atau
dekat kampong papa. Mama ining mendorong kakakmu segera menikah, karena ia
mensyaratkan akan menikah bila mama kembali kerumah. Maafkanlah mama Win……………………….
Mama sangat egois…………………
Mama kurang pergaulan saat mama muda. Makanya kau
Winda mama berikan kebebbasan. Mama tahu semua kisah cintamu, dengan siapa
dimana dan seterusnya. Karena mama dan papamu mengikutimu dengan orang
kepercayaan keluarga.
Kamu tidak mengerti bahwa kamu
pernah jatuh cinta dan bercinta cukup lama dengan orang yang mama dan papamu
sangat kenal. Tapi mama tahu kamu seorang anak yang dapat mama percayai, karena
tetap tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, keluarga maupun komunitasnya.
Kau sangat pintar Winda dalam hal itu. Mamapun iri kepadamu.
Kamu Winda perpaduan yang serasi
antara kecantikan mama, postur papamu, serta keromantisan kamu dalam bercinta.
Tapi mama ingin mengajakmu pulang dalam waktu yang tidak terlalu lala, mama
ingin mengenalkan lebih jauh, walau sebenarnya kamu telah kenal papamu, kakakmu
baru kita pulang. Mama sih pinginya ke kota dimana papa berkarya, atau di kampong
papa yang sangat romantic itu. Mama ingin menkmati masa masa yang hilang tercecer selama mama mengikuti kehendak hati
mama.
Maafkan mama Winda, maafkan mama.
Begitu juga ma Winda minta maaf ternyata mama terus memantau Winda. Winda jadi
malu ma, masak semua pacar Winda mama tahu…… Winda malu ma, Winda ketahuan………
Puri Gading, akhir Pebruari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar