“SELERA MAMASELERA WINDA”
Rupanya mama sudah bangun duluan,
karena aku terbangun beliau sudah sempat menyetel Home Teater. Aku sangat ingat
dan tahu lagu yang beliau stel saat itu, penggalan syairnya yang masih kuingat:
Pertama kali bertemu/kulangsung jatuh cinta/walau kutahu kau sdah ada
pemiliknya/ku tak mampu menahan gejolak cinta ini……….Maka ijinkanlah aku
mencintaimu/atau hanya sekedar aku sayang padamu.. Itu lagunya Chrisye yang
ada into lagu jawanya.
Sambil menikmati alunan lagu-lagu
Chrisye aku masuk ke kamar mandi mama. Memang dua hari ini aku nginep di rumah
mama, karena aku memang ingin sama-sama curhat. Biasa curhatnya perempuan. Aku
sering berdebat seru dengan mama, ketika aku membandingkan kecantikanku dengan
mama. AKu bilang kok postur tubuhku beda dengan mama, aku lebih seksi, lebih
jenjang karena pinggangku panjang, demikian juga leherku lebih kokoh dan
panjang, demikian juha aku lebih tinggi sekitar 15 cm dibandingkan mama.
Parasku memang mirip mama. Kalau
soal postur mama selalu bilang itu postur dari postur ayah, yang sampai saat
ini aku belum tahu secara pasti. Aku tak mau mendesak mama untuk
menceritakannya. Beliau berjanji akan menceriterakan ke kami hal yang
sebenarnya. Hanya saja mamaku selalu bilang bahwa beliau tidak pernah bercerai
dengan papaku.
Mama bilang dirinya sangat egois,
meninggalkan papaku sekitar 22 tahun yang lalu, saat aku berumur tiga tahunan.
Beliau tak tahu kenapa emosinya saat itu begitu liar mengajaknya pergi dari
kediaman ayahku di Pulau Dewata. Yang ku tahu mama bilang papa ku seorang
Arsitek, yang juga menekuni seni lukis sejak beliau masih sekolah menangah dulu
di kotanya. Itu karena sekolah beliau memang sekolah SMA terkenal di Bali,
dengan ciri khasnya selalu melahirkan pelukis, seperti Nyoam Nuarta, itu lho
perupa yang sangat terkenal yang membangun ratusan patung di Indonesia, dari
Arjuna Wijaya di dekat Air Mancur Jakarta, patung Garuda Wisnu Kencana dan
ratusan lainnya yang menghiasi perkotaan dan pemukiman di Nusantara. Aku dengar
juga tamatan sekolah itu. Pada periode 1970 an sekolah itu dipimpin oleh
seorang seniman.
Kata mama beliau masih
berhubungan baik, saling menafkahi walau saling berpisah tempat tinggal.
Demikian juga aku dan kakakku, dua-duanya tidak hidup dengan orang tua yang
lengkap. Kakakku yang hanya ku kenal lewat fotonya, bersama papa. Kata mama dia
menjadi seorang dokter spesialis
kandungan, yang sangat banyak pasiennya. Maklum dia dokter masih muda usia dan
tampan lagi. Kata mamaku, pantes saja para ibu-ibu pingin diperikasa olehnya.
Namun kudengar karena kakakku bertangan dingin, lebih banyak pasien merasa
nyaman dan aman ditangani beliau.
Aku sangat merindukan untuk
berbincang dengannya. Kata mama dia berpostur mirip dengan aku. Jadi dekat
dengan postur papa, tinggi, kekar tapi dia agak sering tak tahan dengan stress
pekerjaan. Sifatnya lebih banyak mengambil sifat mamaku.
Kakakku sudah hampir menjelang
kepala tiga belum juga menikah. Kakak menurut mama sangat pendiam dan cenderung
pasif dengan wanita, walau selalu ada pacarya. Dia tipe pria setia. Tidak
seperti aku. Aku sudah beberapa kami punya pacar, walau berlangung cukup lama
dengan pacar-pacarku tapi lebih banyak putus, itu mungkin karena emosiku yang
tidak stabil, yang sering merajok untuk segera diputus kalau ada masalah. Pria
mana yang tahan kalau selalu ditekan untuk memutuskan cinta, apalagi kalau
terus ditekan saat dia lagi ada masalah juga.
Demikian juga mama, aku yakin
banyak pria yang mendekatinya kalau tidak tahu bila mama dengan papa masih
belum berpisah resmi, hanya berpisah rumah saja. Mama sangat bertanggung jawab
dengan putra putri beliau, apalagi papa. Beliau kata mama tipikal pria yang
sangat romantic, setia dan pekerja keras serta tanggung jawab ke keluarga
sangat besar.
Beberapa kali mama di jemput
untuk di ajak pulang kumpul kembali untuk keluarga, mama masih belum
menerimanya, karena egois dan rasa malunya kepada keluarga besar papa. Terhadap
keluarga besar mama di Karanganyar, Solo. Kelihatan mama masih gencatan
senjata. Seakan mama di buang dari keluarga, karena mama menolak dijodohkan
Eyang dengan seorang pamong praja yang masih kerabat.
Mama baru berani pulang kampong saat
dijemput Pak Lik disaat Eyang kakung kritis, sebelum mangkatnya. Beliau telah
merestui pernikahan mama dengan papa. Kudengat papa dan kakakku pun hadir saat
pemakaman Eyang di Solo. Aku tak sempat memperhatikannnya karena mama sangat
memprotek agar aku tidak mengetahui papa dan kakakku sebelum saatnya beliau
memberitahu.
Mama dalam kesendiriannya,
menurut cerita beliau semalam sangat sering ditaksir sesame rekan seprofesinya
baik sesame dosen, sesame dokter maupun oleh mahasiswanya. Memang aku dengan
mama kalau pergi bareng sering disangka orang kakak adik. Sungguh senang punya
mama awet muda.
Nah kembali ke lagu tadi
jangan-jangan mama pernah jatuh cinta atau ditaksir oleh orang yang sama sama
sudah punya keluarga, akh aku tak peduli. Mama juga tidak pernah mau tahu
hubunganku dengan siapa saja. Dengan pacarku yang sebaya, dengan pacarku yang
beda status, dengan pacarku yang beda keyakinan sampai dengan pacarku yang beda
usia denganku. Beliau sebagai pengamat dan wasit yang baik, selalu mengingatkan
menjaga nama keluarga. Menjaga kesetiaan kepada pasangan.
Nah itu yang banyak kupelajari
dari mama, sehingga aku seperti murid yang mengidolakan dosennya, bila mama
dosenku. Sangat sering aku meniru mama, baik dalam dandanan, model rambut,
warna lipstick, warna bedak sampai pada
mode pakaian. Padahal kami tidak pernah bersama saat membelinya. Mungkin ada
gen yang sama terkait dengan selera mode tersebut.
Mamaku memang egois, kalau aku
masih lebih toleran dan bisa demokratis dalam hubungan. Aku sangat menghormati
pasanganku, demikian juga aku mau dihormati oleh mereka. Aku senang di manja,
dan disanjung. Kalau mama sangat pede dengan kecantikannya. Memang putri Solo
sangat percaya diri, kata beliau.
Tak terasa aku sudah hampir sejan
di kamar mandi mama, kuperhatikan semua perlengkapan kamar mandi mama kok sama
ya dengan aku, aku mau protes mama yang mengikuti seleraku. Sabun body shop
jenis dan parfum pilihan mama sama persis denganku, sabun, maupun warna dan
motif kamar mandinya kok sama ya. Cuman kamar mandi mama lebih terasa kurang
pribadi kebanding kamar mandiku.
Yayaya, memang karena mama belum
pernah bercerai dengan papa. Meraka berdua katanya masih tetap saling
menafkahi, berarti papa mungkin sering nginap disini, sehingga mama selalu
menjaga privasinya. Demikian juga aku sejak berkiprah di ibukota kembali, aku
mohon diijinkan mama untuk tinggal di rumah lain sendiri. Beliau tidak
berkeratan asal beliau punya akses untuk mengawasiku. Lupa aku mama masih tetap
menagwasiku, sehingga selera tetap terjaga kesamaannya.
Winda, winda….. apa kamu tidur di
kamar mandi Win?. Panggilan mama kepada ku dengan lembut di depan pintu kamar
mandi, sebentar ma, aku lagi beresin ini pakaian bekas. Ku masukkan kekeranjang
pakaian bekas, aku perhatikan kok sudah ada pakaianku padahal aku belum
memasukkannya kekeranjang. Ternyata
seleraku sama dalam pilihan merk dan warna pakaian dalam. Mama memang
mengajariku untuk memilih pakaian dalam yang baik, walau lebih mahal akan
tetapi enak dipakai dan tidak kelihatan kusut, apa lagi kalau ngecap keluar.
Beliau punya selera yang tinggi. Bayangkan sejak SMA aku sudah bisasa beliau
belikan merk yang terkenal yang kupakai sampai saat ini.
Aku sudah rapi, menghampiri mama.
Mama bercerita habis jalan-jalan mengeliling komplek. Mama bertemu kawan
lamanya saat di daerah Ibu Ongko, itu istrinya Dokter Yahya, sama sama pernah
dinas di Papua. Sambil bernostalgia keduanya bercengkerema di taman, yang masih
dihiasi oleh kembang-kembang yang hanya mekar di bulan Desember. Menyaksikan
tukang sapu menyapunya, membangkitkan kenangan lama, sata keduanya duduk
bersama di halaman komplek rumah sakit Dok II, di taburi rontoknya kembang
Desember, sambil memandang lautan Pasifik di bawah komplek, serta di sinari
mentari pagi, sebelum menjumpai pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan
yang terkadang sangat banyak jumlahnya.
“Bu Ongko, memuji kecantikan mama
yang masih tetap seperti saat muda”. Memangnya mama sudah tua gumannya, kan
anaknya baru dua. Hehehe mama jangan ngelantur ma, eling ma. Mama sudah punya
anak yang cukup dewasa, dan sudah waktunya punya cucu ma. Mama harus segera
berkumpul dengan papa, kita bangun keluarga baru dengan semangat baru, semangat
rekonsiliasi. “Apanya rekonsiliasi Winda, mama tak pernah meninggalkan papamu,
kakakmu. Hanya karena keegoisan mama yang saat ini sudah mulai tergerus, ada
restu Eyang kalian, mama mau tata kembali.
Mama tidak pernah menyia nyiakan
kalian, papamu, keluarga mama maupun keluarga papa. Papa mu adalah cinta sejati
mama, demikian juga mama cinta sejatinya papa kamu. Sebentar lagi akan mama
ajak kamu, kakak dan papa bertemu untuk merencanakan masa depan kita. Mama
sudah menyiapkan itu semuanya, demikian pula kelihatannya papa. Dasar mama ku
orang sangat egois.
Puri Gading, Wagen Galungan
Pebruari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar