Yang Suka Boleh baca “Senyumpun
Tak Dilarang”
Beberapa hal aneh saya alami dalam hidup ini yang mungkin
susah dilupakan dan terkadang menjadikan geli bila mengingatnya, diantaranya
saat baru menjadi: murid sma, menjadi
mahaisiswa, kerja sebagai PNS, dan kerja di beberpa tempat. Diantaranya akan
ditulis sebagai bahan share semoga dapat mengundang senyuman atau kah menggugah
kemarahan karena mengganggu emosi pembacanya. Itu harapan penulisnya tentu.
1.
Saat
SMA
Kami masuk sekolah SMA, sangat jadul.
Punya celana panjang hanya satu, kalau memakainya juga naik ke atas tempat
tidur karena takut koior dan lecek. Saat itu kami menjadi anak kos. Umur segitu
masih banyak geng di kota termasuk kota dima sekolah kami berada. Singkat
cerita kami sering nongkrong di Jl Gajahmada setiap malam, karena suntuk belajar
dan listrik juga masih belum terang. Di saat pulang kampong kami di siding orang
tua, yang mendapay laporan seorang guru smp yang ngajar di kota yang sama. Kami
di ceramahi orang tua panjang lebar. Kami hanya menenangkannya, dengan sebuah
janji Kalau Kami bertanggung jawab dengan hasil maksimal dan ijazah tepat
waktu. Akhirnya orang tua tenang dan
tidak mau percaya denga berita sejenis.
2. Saat Kuliah merantau lebih jauh lagi.
Kami merupakan orang kampong kami
yang mendobrak tradisi. Walau ada kebiasaan di kampong kami orang sekolah
merantau pasti jual sawah atau tanah tegalan. Kami yang taka da warisan,
memberanikan diri kuliah merantau ke ibu kota> Tentu kedua orang tua dan
adik-adik merindukan kalau kami sesekali pulang. Suatu saat liburan saya pulang
kampong. Biasa selepas sandikala (magrib) biasaah anak muda nongkrong di
warung, ya neranilah karena uang TID –Tunjangan Ikatan Dinas- masih ada. Saat
itu banyak sekali anak dara dab bujang yang nongkrong. Orangtua ku, tepatnya
ayah melihat dan ikut masuk kewarung. Neliau langsung memanggil aku. Dengan
pesan, tolong kamu pulang, nggak tahu tadi ibu mencari kamu. Cuma itu pesan
kemarahan beliau, akupun pulang dan ngobrol sama ibuku. Kutanyakan apa benar
beliau mencariku. Dia hanya ketawa. Nah itulah ayahmu, kalau anaknya tak pulang
dirindukan agar pulang, sudah pulang dia pusing sendiri dan berharap cepat
kembali ke rantauan, katanya. Betul saja tak lama ayahku menyusul pulang dan
menyuruhku besok mencari tiket untuk segera kembali ke ibukota, dan melarangku
lama lama libur di kampong. Alah makkkkk
3. Saat Mulai Jadi PNS
Aku beruntung mengikuti pendidikan
ikatan dinas, lulus hnaya dalam lima semester, karena ada program nasional
diklat perhubungan, sehingga aku ikit widusa bulan Pebruari, padahal harusnya
bulan Agustus. Kami langsung di angkat menjadi CPNS. Tapi untung tidak
selamanya bisa di raih, karena pergeseran pejabat pengangkatanku terbengkalai
sampai 1 Januari tahun berikutnya, sehingga jadi ‘pengangguran’ hampir setahun.
Namun pengangur total rupanya tidak terjadi padaku, aku dikontrak kerja di
Unesco selama empat bulan, dan tetap menjadi guru sma.
Hal lucu yang ku alami adalah saat
libur ke kampong. Ibuku saat aku buka baju beliau bertanya apadaku. Apa kamu
sudah kerja nak. Sudah kataku. Lho orang kerja kok tidak memakai baju kaos
dalam. Hahahaha rupanya beliau memperhatikan kebiasaanku yang tak suka memakai
kaos dalam. Beliau hanya berpesan : Kalau sudah kerja, pakialah pakaian dalam
yang lengkap. Kalau bisa belilah satu potong pakian secara rutin, walau hanya
itu celana atau kaos dalam. Ingat badan mu itu adalah assetmu yang paling berharga. Itu pesan sederhana selalu
teringat di benakku.
4. Apakah aku merubah nasib orang?.
Saya ingat sekali suatu saat ketemu
dengan stafku di salah satu subgidang di kantorku di Jakarta. Kami ngobrol santai habis makan makanan
kecil. Di ruangan memang sudah rada sepi karena kami pulang belakangan, ada
yang masih di ketik setafku ini, dan aku menunggunya. Tiba-tiba ia berkata :
Pak, coba kalau DP3 saya baik saja terus, saya sudah menjadi pegawai Departemen
Keuangan pak, katanya. Ku jawab kenapa mas. Dulu tahun sekian, kan DP saya
sempat tidak baik pak. Coba bapak paksakan untuk baik kan nasib saya tidak
begini. Kira-kira itu ucapannya. AKu ternyuh, terus ku ingat, benar saja dia
pernah beberapa lama meninggalkan pekerjaan tanpa ketahuan alasannya. Karena
kakaknya sobatku, kupanggillah dia melalaui kakaknya. Dia datang aku suruh
kerja seperti biasa. Saat membuat penilaian prestasi kerja kusuruh dia membuat
sendiri sesuai apa yang pernah dia lakukan. Disitulah dia menulis salah satu
unsur tidak baik. Kuingat itu. Lalu ku katakana, itu bukan saya yang membuat
penilaiannya, kan kamu sendiri menilai dirimu sendiri kataku. Terus iya
menjawab, coba bapak paksakan saya ngsisi baik semua mungkin saya sudah menjadi
pegawai Departemen keuangan, karena saaat itu banyak pegawai ditempat kami
menggunakan tawaran yang di berikan untuk pegawai instansi lain bergabung ke
Departemen keuangan. Benar juga ya coba ku paksakan beri nilai baik, dia mungki
merubah nasibnya di Deparemen Keuangan. Tapi ya sudahlah, itu karena ulahnya
sendiri.
5.
Sangat Sportif
Kejadian lucu saat aku menjadi
instruktur di Balai Diklat Penerbangan Jayapura. Seperti biasa ku acak dari
siswa untuk maju menyelesaikan masalah. Pada suatu saat aku suruh siswa bernama
sebut saja “Mote”. Kuminta dia menyelesaikan soal matematika sma yang sederhana
hanya mencari penjumlahan matriks (2x3), dia belum juga menyelesaikan
pekerjaannya padahal banyak temannya yang sudah melewatkan kerjaannya. Tiba-tiba
dia mendekatiku. Bapak katanya, aku tak bisa mengerjakan soal itu pak. Hukumlah
aku katanya. AKu terkaget, dan spontan bertanya. Hukuman apa? Yanyaku. Jawabnya
: lari keliling lapangan 10 kali, atau push up 30 kali. Akhirnya kubilang tak
usah, sudah kau duduk saja, nanti belajar lagi bapak kasih tahu.
Nah segitu dulu sharingnya ……………..
semoga berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar