Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Jumat, 21 November 2014

de Karma -1 : de Karma, Tuyul dalam Pasungan



“DEKARMA, TUYUL DALAM PASUNGAN”

Kampung Menuju Rumah de Karma
Pagi itu cerah sekali. Burung ‘cerucuk’ sangat ramai, mereka girang bercanda satu sama lainnya. Sinar mentari menerobos dedaunan yang tumbuh rindang  di halaman dan taman rumah De Karma, sebuah pemandangan dan suasana alami yang dia nikmati setiap pagi. Sangat asri taman-taman yang menjadi sekat satu bangunan dengan bangunan lainnya, yang berkonsep villa, Disana setiap hari De Karma mengasingkan diri, sehingga banyak omongan yang negatif dan miring ditujukan kepada nya. 

Seperti pagi itu di pasar Maida, ibnda De Karma, sampai malu dan pulang dengan belanjaan sedapatnya, karena mendengar omongan langsung dari orang-orang dipasar. Mereka mengatakan keluarga Maida memelihara tuyullah, mereka mengatakan Maida memelihara Brerong lah, sehingga dia bisa hidup dengan lebih ‘mewah’ d\kebanding dengan orang-orang sekitarnya. Padahal Maida seorang janda yang sudah lama di tinggal Danu almarhum. Danu almarhum suami Maida meninggalkannya mati dengan dua anak De Karma dan Mangadi. Sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sukses sekolahnya.

PENGANTAR CERBUNG BARU

Pengantar :
Selanjutnya seteah selesainya cerita Rani, penulis akan mencoba menyajikan cerbung de Karma, sebuah pemuda  yang memilih bekerja sendiri di rumah sambil menjaga ibunya yang sudah sendiri. Dia ciptakan keluarhga sederhana tetapi  modern memanfaatkan teknologi informatika modern, sehingga ibunya tidak merasa jauh dengan adaik de Karma yang tinggal di Timor Leste. Kenapa wanita Na Omi mencari seorang pemuda yang dia kenal saat menjadi relawan pada gempa Jogya, seperti kehilangan kontak dengan pemuda idamannya. Semua dokumen nya hilang bersama keluarganya oleh Gempa Fukushima, jadilah dia sebatang kara. Apakah dia jodohnya de Karma? Ikutilah ceritanya dalam cerbung de Karma. Tetaplah klik http://itik-bali.blogspot.com

Salam
Penulis

Rabu, 15 Oktober 2014

Sobar - 15 : Berawal dari Kesulitan Marlina Menemukan ....

“PENAMPILAN MODERN TAPI KONTENS TRADISONAL”

Add caption
Saya telah kembali menyambangi kampus, mencoba untuk membiasakan diri memulai aktipitas setalah buah hati kami lahir tiga bulan yang lalu. Kebetulan dikampus tidak mendapatkan jam mengajar karena administrasi akademik memahami kelahiran anak pertamaku. Anakku pertama perempuan, cucu perempuan pertama di keluarga Reno, maupun di keluargaku. Kegiatanku tidak banyak di kampus, hanya melepas rindu dengan teman-teman dengan teman sekerja akan kerinduan setelah lam cuti.

Biro konsultasi sudah tidak terlalu masalah lagi setalah aku mengikuti saran suamilku, dengan skype aku bisa melakukan konsultasi jarak jauh. Tapi aku tetap memerlukan asisten untuk bertatap langsung, dan aku mengintip dari monitor di rumah. Untuk diagnose aku memberikan advis atau keputusan, dengan dialog jarak jauh bersama asistenku. Teknologi membuat kita menjadi lebih mudah.

Benar saja apa yang dikatakan ibuku, dasrer motip kembang warna pink menjadi trending topik dan trending mode dikalangan ibu-ibu hamil. Kulihat di kamous maupun yang konsultasi kepadaku sangat banyak yang menggunakannya,  selera ibuku sangat modis, dan aku telah menjadi model promosi yang bagus. Padahal kalau kuhitung tak kurang dari enam bulan lalu mulai kugunakan daster itu setelah pemberian bapak.

Aku tak perlu khawatir bila meninggalkan putriku, mama sangat protektif seperti biasa yang lebih banyak merawatku, dan aku cukup memberinya asi, baik langsung maupun dari stok yang aku lakukan. Aku sangat beruntung air susuku sangat melimpah sehingga stok menjadi sangat melimpah. Yang kaya pabrik susu saja, ibu-ibu zaman sekarang. Lagi-lagi teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan pada ibu-ibu yang  memiliki bayi dan berkarier.

Siang itu aku coba mampir ke Kantor Biro, aku menyempatkan diri berkeliling melihat-lihat ruangan kantor, ruang tunggu, ruang istirahat . Eh ternyata sudah berubah total dekorasinya. Lagi=lagi aku dibuat tersanjung suamiku. Dia telah melakukan semua yang membuat hatiku senang. Dan selalu berfikiran mendahului keinginanku. Memang suami idaman, pantes saja Ibu Marlina menjadi kesengsem sama suamiku... atau bahkan mungkin dia kesengsem duluan dari aku. Terima kasih Reno telah membahagiakan aku kuucapkan sendiri. Padahal dihadapannya aku sangat pelit memujinya. Dia yang lebih banyak memujiku. Ini bertentangan dengan teori psikologi perkawinan, yang dianjurkan untuk selalu memuji pasangan. Hahahaha lain teori lain praktek kataku.

Aku mencoba somai yang menjadi langgananku sebelum hamil, mangkal tidak jauh dari kantor biroku. Dengan sangat berhati-hati dan terkontrol asupan makanan ke perutku, kupilih somai yang kira-kira tak membuat kualitas susuku memberikan hentakan kepada putriku. Jadi yang tawar-tawar saja, tidak banyak bumbu dan sedikit pedas. Aku ingatkan lebih awal tukang somaynya.

Tak lama sehabis menyantap sepiring somay, Reno datang. Diapun telah memesan somay juga. Kulihat dia seikit lelah, itu dapat kulihat dari raut muka dan rambutnya yang agak awut awutan. Aku duduk disebelhnya, ku keluarkan sisir dari tas ku, kusisiri rambutnya, agar lebih rapi. Kataku kepada Reno, walau sudah punya anak penampilan tidak boleh berubah. Kelihatannya diasangat bahagia dan mengecup keningku.

Kulihat dia makan somay sangat lahap, itu berarti dia ada problem di kampusnya. “Ada apa pa, kok kelihatannya ada masalah?” tanyaku. “Tak apa-apa. Hanya sedikit itu mahasiswaku sudah diarahkan berkali-kali kok tak bisa menerjemahkan ideku dengan baik dalam prakteknya!” Ya sudah tak usah terlalu dimasukin hati, biasa mahasiswa mungkin juga dia banyak persoalan. “Ok kita tidak membahas masalah mahasiswa” “Fokus dulu nikmati somay nya” kubilang sambil menyuapinya. Diapun tak sadar kalau aku suapi. Dia menghabiskan pesanannya dengan cepat. Hehehe Luna kau—kau---lupa, kenapa menyuapi ku. Kan aku tak mau disuapi selama kita nikah heheheh...  “Nggak apa-apa, disuapi juga kan oleh istri tercinta” kataku.

Jalan menuju pulang Reno mengajak aku mampir ke sebuah Restoran yang menjadi langganan para ibu-ibu yang habis melahirkan. Disini disipakna aneka jenis masakan yang dapat segera merangsang peningkatan stamina, maupun merangsang air susu ibu. Merupakan masakan sehat untuk ibu-ibu yang habis melahirkan. Itu bisa kubaca dari daftar menu, dan katalog masalan yang tersedia pada setiap meja. Reno tahu saja ada restoran seperti ini.

Dalam kasyikan aku menyantap sup kepala ikan, daun katuk. Suara yang sangat kukenal menyapaku. Ku toleh, e ternyata Marina, berdir dibelakangku lagi disalami oleh waittress, mereka sangat akrab sekali. Mungkin dia salah satu pelanggan disana. “Selamat Siang Luna, selamat datang di restoran kami” “Lho restoran baru ne Bu Marlina”.

Iya memang restoran ini milik Marilna, dia mempermodern Rumah Makan Padang dengan konsep  resto, dan memadukannya dengan menu khusus, terait dengan kesehatan. Ada menu untuk keperluan ibu hamil, keperluan untuk ibu menyusui, untuk penderita diabet, untuk penerita kolesteraol dan lain sebagainya. Restoran padang Konsef cafe dengan menu masakan pelanggan berkebutuhan khusus.

Dengan nikmatnya aku menyantap sop kepala ikan, rasanya enak, gurih dan menyegarkan dibuat khusus dengan tambahan daun katuk sehingga merengasang produksi air susu, dan rendang ikannya yang sedikir crispi membuat nafsu makan siangku lumayang meningkat. Demikian pula dengan minumannya adalah ‘tuak bambu, walau sedikit anyep diyakini akan sangat baik sebagai perangsang air susu” itu warisan tradisional setempat. Pikirku Marlinda memang brillian dia pintar di kampus, juga pinter melihat peluang, masuk kesegmen pasar yang masih kosong.

Marlina berbicara panjang lebat dengan restorannya, dia juga menceriterakan anak lelakinya yang sudah lari-larian, kelihatan sekali putranya lincah dan cerdas ketika kuampiri. Dia indo tapi kelihatannya sangat kental tradisi nya. Perpaduan yang serasi antara budaya Perancis dan Indonesia. Kata Bu Lina Rapayu, mengendaki satu anak lagi , tapi rupanya Marlina takut karena sudah cukup umur. Dia menyampaikan niatnya untuk datang ke Biro untuk mengkonsultasikan masalah itu.

Rapayu, kerjanya lima-dua, dia sedang menginstalasi Laboratorium Mekanik di Politeknik Negeri Banyuwangi, bantuan pemerintah Perancis. Lima minggu kerja dua minggu libur, atau lima hari kerja dua hari libur. Terserah dia mengambilnya, apalagi Banyuawangi Denpasar tak begitu jauh, kudengar dari Marlina dia sering bolak baik setiap minggu. Terkadang Marlina mengunjunginya kesana dengan mengajak buah hati mereka.

Hampr satu jam lebih kami menyantap hidangan yang kami pesan, sambil ditemani Marlina yang kebetulan katanya belum makan, Renopun menghilang sehingga kami bebas berbincang maslaah perempua. Marlina seorang rpofesional, dia sangat menghargai saranku karena dia minta walau, dia Dosen senior, yang sangat dihormati koleganya sesama dosen, dan disegani serta takuti mahasiswanya. Tapi masalah psikologi banyak berkonsultasi padaku. Dia menyadari ada gap psikolgi antara dia dengan suaminya, karena perbedaan budaya, perbedaan usia dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama ini dia mengapresiasi semua sarakku, dan mengatakannya berhasil seperti harapannya.

Dia juga seorang klayen yang sangat cerdas sering memberi aku masukan. Intinya kami sudah bisas berbagi ilmu. Kusarankan agar diperbanyak promo restorannya, biar lebih dikenal masyarakat. Malah dia lebih memilih memanfaatkan promo tradisional lewat ibu-ibu pengajian maupun ibu-ibu arisan.
Renopun telah kembali. Mereka permisi kepadaku untuk berbincang. Rupanya Reno menghilang berkeliling melihat lingkungan restoran. Reno memberikan beberapa masukan ke Bu Marlina, karena menurut nya Reno lebih spesialis dalam deko, dan selera seninya lebih kekinian kebanding Bu Marlina.

Kudengar Reno menyarankan mengganti beberapa lukisan dekorasi yang ada. Bahkan dia menjanjikan beberapa lukisannya dapat di pakai. Reno menyarankan agar menyediakan tenpat bermain anak – anak di sebidang tanah samping kiri restoran, dipilih permainan massal yang menjadikan anak-anak dapat berinteraksi sesami anak-anak terutama balita sampai sepuluh tahunan.
Pencahayaan di puji Reno, memang Bu Marlina sangat menatanya dengan apik. Hanya saja peralatan makan untuk menghidnagkan makanan mungkin akan lebih baik bila disesuaikan dengan zamannya, tidak kaku dalam patron kondep tradisional. Reno akan mengajak seorang mahasiswanya yang jagi IT untuk mendesign sebuah laman yang dapat mempromosikan Restoran ini. Dan yang tak kulupa juga saran Reno kepada Bu Marlina, agar menganekaragamkan ruang-ruang makan privat, dengan berbagai ukuran karena segmen yang disasar Restoran ini adalah keluarga.

Demikkian pula dengan billboard neon di pintu masuk, agar lebih mencolok lagi  dan lebih berani menonjolkan keunikan restoran ini. Menjelaskan bahwa restoran ini Restoran Keluarga, Sehat, perpaduan tradisi dan modern. Jadi sasaran bidik restoran ini jelas adalah keluarga, menghidangkan masakan tidak saja enak tapi lebih utama sehat, dengan menu tradisonal yang ditampilkan modern.
Marlina menerina usulan Reno, dengan beberapa cacatan yang mereka janjikan akan dilanjutkan diskusinya di kampus, bia perlu melibatkan mahasiswa yang akan mendesign wedsite untuk promo daring restoran tersebut.

Tak terasakan haripun, sudah mulai menuju senja. Kami menyusuri jalan, dan teringat masa-masa pacaran kami bersama Reno, bagaimana dia merayuku kala itu, walau aku agak kaku, karena memang aku tidak pengalaman pacaran. Dengan pengalaman menata emosi aku dapat mengimbanginya. Mentari jingga telah miring kebarat mau kembali keperaduannya. Mobil dikendarai Reno dengan kecepatan menengah. Masih jelas aku dengar lagu yang dia stel di audio mobilku. Lagu Cinta Durjana, kesenangan bapak rupanya dia stell, mendayulah lagu tersebut sepanjang perjalanan,

Aku hampir tertidur mendengarkan lagu-lagunya Tarantula, namun kutahan karena aku tak mau membuat Reno kecewa yang telah mengajak aku menikmati makanan sehat, sedap di Restoran Keluarganya Marlina. Dia menceritakan bahwa ide mendirikan restoran itu datang dari kesulitan Marlina mendapatkan makanan yang dia inginkan selama hamil maupun melahirkan. Akhirnya dia ketemu temannya Pak De, yang menekuni tanaman herbal, yang memberikan masukan kepada Marlina tentang makanan sehat, dari tanaman sekitar, sehingga keinginan makanan seperti serombot, botok dan lain sebagainya selama kehamilan serta selama menyusui dapat dia ciptakan dengan mudah dengan konsultan Pak De tadi. 

Sebelum empat lagu habis, aku sudah sampai di rumah. Kulihat ma,a dan Ibuku sedang bercengkerema di teras, entah apa yang dibicarakannya, bapak kulihatb asyik bermain badminton dengan keponakanku di seamping rumah. Suatu pemandangan yang sangat membahagiakan. Ternyata bayiku baru saja tidur, sehingga nenek-nenek mereka . Reno memarkir kendaraannya di garasi, aku bersalaman dengan mama dan ibuku, serta menghampiri bapak seperti biasa bapak berhenti sejenak kusalami dan kucium tangannya.

“Ayo kek”, kata ponakanku. Kudekatid an kuusap kepalanya setalah mencium tanganku. Akupun berlalu ke kamar menengok bayiku yang sedang tertidur pulas. Hari ini kulewati dengan tenang dan nyaman, sehingga kekhawatiranku untuk meninggalkan bayiku kerja tidak beralasan lagi. Seiring dengan datangnya magrib, sandikala, semua akhirnya berkumpul di beranda menikmati teh sore. Suatu kebahagiaan tersendiri.

Pondok Betung, 16 Oktober 2014.




Jumat, 10 Oktober 2014

Rani-24 : Ingin Menikah Muda



“PERMOHONAN KAWIN MUDA GENERASI PURI ANYER”


Bandara Ngurah Rai
Ladawa menikmati hembusaN angin laut pagi itu. Matahari telah menjilat tubuhnya yang masih kelihatan kekar dalam usianya sekarang. Ia menIkmati riangnya burung laut yang mengintai ikan yang naik kepermukaan lalu menyambarnya untuk dimakan dan diperebutkan di udara bersama temannya, suatu pemandangan yang sangat mengasikkan. Ladawa tak menghiraukan bule yang lalu lalang dihadapannya, yang juga menikmati pantai Senggigi. Pesawat ampibi yang mengantarkan tourist dari Bali sudah mendarat kedua kalinya, dia masih belum beranjak dari tempat bermalas-malasannya di antara kolam ranang dan  tepian pantai, Selat Lombok. Seperti biasa dia akan menikmati paginya di akhir peckan dengan pakaian kebesarannya, sarung dan t T Shirt putih merk Swan Brand.

Ladawa sangat menikmati hari tuanya, cucunya Cok Rai sudah mulai beranjak dewasa, kelihatan mengikuti gayanya, walau masa itu telah hampir empat tahun silam. Berambut gondrong, suka dengan celana kanvas serta baju kemeja lengan panjang yang selalu dilipat. Akh like grandpa like grand son katanya. Cok Rai pun tak mau mengikuti kemauan Ladawa yang ingin menyekolahkannya pada sekolah bisnis, di Jakarta.  Dia tetap memilih tetap bersekolah di Mataram, dia mengambil kuliah di Teknik Sipil. Tapi ia berjanji kepada kakek-neneknya kelak akan menekuni sekolah bisnis saat  pendidikan pasca sarjana nanti. Salmah kelihatannya masih asyik menyiapkan hidangan santai di dapur Villa Salmah bersama  chep in charge, kesukaan Ladawa, Lempog Singkong gula merah , dengan Kolak pisang raja campur kolang kaling. Sangat sederhana sebenarnya. Salmah memang agak lambat menyediakannya pagi ini karena ia melakukan spa dulu, biasa agar tetap segar. Salmah sangat menikmati kebahagiaan yang pernah lama ditinggalkannya, karena mengikuti kata hatinya, penyesalan akibat ulah keluarganya masa lalu. Itu sudah dilupakannya. Keluarganya semua sudah bersatu menyadari kekeliruannya.

Kamis, 02 Oktober 2014

Kuantar Kau Ke Gerbang Cita-Citamu

KUANTAR KAU KE GERBANG CITA-CITAMU

Pagi itu mentaripun enggan muncul
Kumasuki gerbang itu lagi
Rasa itu masih terasa sama
Walau sudah berlalu hampir empat puluh tahun
Mengejar cita-cita menjadi undagi
Kutinggalkan gerbang itu untuk cita-cita yang lain
Anakku

Aku kembali ke gerbang ini untuk mengantarmu
Masih terasa auranya
Dia masih angker
Namun dia terlihat kelelahan
Terlalu banyak beban yang ia pikul
Dan anginpun terasa sudah susah lewat

Terlalu banyak gedung telah berdiri berimpitan
Terlalu banyak orang menyandarkan cita-citanya disini
Terlalu banyak pencari nafkah disini
Dan ruang parkirpun sudah susah kucari
Sesusah aku temukan sepeda gayung
Kendaraannku mengejar cita cita ku saat itu

Anakku, kejarlah terus cita-cita mu
Perjuangkan cita-cita ayahmu yang kandas
Tertindas cita-cita yang lain
Akibat kemiskinan yang mendera
Bukan karena aku menyerah
Kaupun tak boleh menyerah
Majulah kuantar kau sampai gerbang cita-citamu

Anakku, kehidupan memang keras
Sekeras batu karang di  bukit
Bukit yang kita lewati tadi
Dikiri kanan jalan berliku yang kita lewati
Seberliku perjuanganmu menempuh cita-citamu
Kau harus pandai memanfaatkan jalan yang berliku ini
Jalan ini untuk kita bersama
Berhati hatilah

Anakku zaman telah berubah
Zamanku beda
Zamanmu juga demikian
Berjuanglah sendiri
Spiritku , spririt keluargamu semua akan mendorongmu
Mempercepat laju perjuanganmu

Perjuangan itu suatu proses perjalanan anakku
Nikmatilah perjalanan itu
Kau petik pengalaman indah disana
Cerialah terus dalam perjuangan
Kau harus menang
Kau harus kembali dari gerbang itu membawa cita-citamu
Kunanti kau bebapa tahun lagi
Di gerbang ini anakku

Selamat berjuang anakku.

Minggu, 28 September 2014

Rani 23 : Kebahagiaan Ladawa.



“BERBAGI KEBAHAGIAAN DENGAN SALMAH-LADAWA”

Festival Layang-layang (detik.com)
Pagi itu mentari telah menerobos masuk ke dalam kamar masing-masing yang berjejer di Puri Gading, di Bale Bengong samping kolam sudah terlihat duduk berdua dengan Salmah, maklum mereka tamu disana. Mereka menghormati besan dan menantunya untuk bermalam pada malam yang membahagiakan itu. Maklum acara tadi malam membuat merka harus pulang bersama. Mereka mengumumkan kepada keluarga besar Cokde dan Keluarga Besar Ladawa yang sengaja diundang untuk datang di salah satu Hotel di kawasam Pecatu, kaki Pulau Bali di dekat Pantai Dream Land.

Malam itu acara syukuran HUT kedua putra kembar Rani, sebagai nazar Ladawa setalah Rani melahirkan anak kembar laki-laki, sehingga Rani telah mempunyai tiga anak laki. Anak kembar ini mereka , anak yang lahir pertama mereka berikan nama Cok Raka Anyer dan yang lahir kedua mereka kasih nama Cok Rai Gading. Kanjeng Mami sangat setuju untuk memberikan Rai Gading untuk diasuh oleh Salmah dan Ladawa.  Ladawa memanmerupakan anak tunggal yang hanya satu puti yaitu Rani.  Ladawa akan menunjuk Rai Gading kelak sebagai penerus dan pewaris usahanya.

Malam itu Ladawa mengumumkan bahwa sebagian besar warisannya dilimpahkan kepada cucunya Rai Gading, yang telah disyahkan Notaris, untuk didaftarkan di pengadilan sehingga mempunyai kekuatan hukum. Ladawa tidak mau cucunya kehilangan sosok orang tuanya sehingga meminta ijin secara berkala akan mempertemukannya dengan orang tua mereka, karena dia merasakan betapa seunyinya sebagai anak tunggal yang terpisah dengan orang tuanya.

Ladawa memang anak tunggal keturunan seorang bangsawan Lombok, yang migran ke Lombok sudah beberapa ratus tahun lalu. Dia merupakan generasi ke empat disana. Hanya saja secara historic keluarga Ladawa merupakan keluarga yang tidak mempunyai banyak keturunan. Demikian pula di kampong aslinya di Karangasem, sampai saat ini tidak banyak keluarganya. Ladawa sering berkelakar, bahwa keluarga besarnya walau tidak dihimbau telah melaksanakan program Keluarga Berencana.

Sebagian lagi warisan Ladawa akan di gunakan untuk meneruskan kegiatan Suster Saalmah selama ini, untuk mengembangkan Panti Asuhan yang sudah mulai dirintisnya di Lombok, dan kampong asal Ladawa. Rai Gading akan meneruskan mengelola Ladawa Group sebuah perusahan yang bergerak dalam bidang Properties, kontraktor pembangunan jalan, Hotel-Villas, tempat destinasi wisata serta mengelola cabang Klinik Water Born di kota Mataram yang akan diresmikan dalam waktu yang tidak lama lagi.
Keluarga Cokde, terutama Kanjeng Mami sangat memahami maksud Ladwa dan Salmah, walau sebenarnya Cokde dan Rani agak berat menyerahkan pengasuhan putra mereka kepada Mama Salmah. Kanjeng Mami meyakinkan Rani bahwa Rai akan di urus dengan baik oleh Suster Salmah, karena Raid an kedua saudaranya juga merupakan cucu mereka juga. Walau adat di kampong kira masih menganut garis keturunan ayah.
Kanjerng Mami meyakinkan Cokde dan Rani, bahwa Rai tidak akan kehilangan apapun terkait dengan Puri Anyer, hanya saja mereka akan ditambahi tugas untuk lebih berbakti pada Ladawa Salmah, dibandingkan dengan kedua saudara lainnya. Toh Salmah sudah merawat Raka dan rai, demikian juga kakaknya Cokde Junior, Kanjeng Mami melihat betapa tulusnya Salmah menyayangi mereka bertiga, sehingga tidak ada alas an untuk menghalangi mereka untuk mengadopsi menjadikan cucu keturunan dalam.

Sambil menikmati suara degung Bali kelihatan Ladwa dan Salma bercengkerema menikmati pagi ttu. Salmah membantu Meyan menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Ia membawakan Ladawa sepoci teh dengan gula baru, serta beberapa potong lempog telo, yaitu semacam getuk lindri bali, hanya menggunakan gula merah dan parutan kelapa.

Teh poci gula batu merupakan minuman kesenangan Ladawa sejak muda, yang tidak pernah dilupakan Salmah pada setiap menikmati waktu luangnya Ladawa. Meraka masih ingat saat-saat mereka pacaran di Surabaya saat Ladawa masih menempun pendidikan di Fakultas Teknik sebuah perguruan tinggi negeri terkjenal di kota buaya itu.

Sejak muda memang Ladawa sudah sangat suka berbisnis. Sambil kuliah, sisa uang kiriman orang tuanya yang seorang jurahan beras di Mataram, digunakan untuk membeli becak, sehingga sampai tamat Ladawa sempat memiliki 380 buah becak. Dari langganan becak inilah sebenarnya Salmah dan Ladawa dipertemukan. Dan menikah setelah Ladawa lulus dan menunggu saat diwisuda.

Salmah meninggalkan Ladawa menikmati pagi itu dengan melihat – lihat alunan air kolam, beberapa burung liar menumpang mandi di sana, sungguh suasana yang mendamaikan hati. Dia memperhatikan Salmah. Betapa sayangnya Salmah kepada ketiga cucunya sehingga setiap ia ke Puri Gading, ketiga cucunya minta Oma Salmah memandikannya, dan Meyan dapat istirahat sementara.

Kata Kanjeng Mami, memang cucunya sangat beruntung dipertemukan dengan neneknya kembali, sehingga dapat menikmati kebahagiaan lebih. Kelebihan kebahagiaan itu di bawa oleh Salmah, sebagai penyegar atmosfer puri. Dia sangat pintar membawakan diri, walau merupakan cucu kandung ketiga anak Rani, dia sangat hormat dan tidak mau menynggung perasaan Kanjeng mami. Mingkin karena keduanya masih merupakan keturunan dekat dari keratin.

Keduanya menikah keluar tidak direstui orang tua mereka, walau belakangan hubungan mereka sudah baik, bahkan kakek Rani sudah beberapa kali berkunjung ke puri bersama Salmah Ladawa, menengok cicitnya. Kebahagiaan Ladawa rupanya tak mau diusik oleh keluarga Cokde.  Meraka membiarkan Ladawa menikmati paginya sampai siang di Bale Bengong.

Kanjeng Mami, Oma Salmah, Cokde dan Rani telah menyelesaikan sarapan mereka. Ladawa pun ketiduran dalam alunan Degung Bali, dihibur beberapa burung ‘becica’ yang asyik mandi di kolam yang mengalun diembus angina pagi itu. Sampai Salmah membangunkan bersam ketiga cucunya datang ke tepian kolam.

Ladawa terbangun dan buru-buru mengusap usap matanya, sambil mengulurkan tangan agar cucunya mau dipanmgku, ketiganya berebitan. Cokde Junior yang sudah pasti menang. Raka dan Rai di pangkuan Salmah. Ladawa menceritakan baru saja bermimpi terbawa memori saat dia masih di Surabaya. Dia sering ngobrold dengan para tukang necak bawahannya. Seseorang yang mereka sangat ingat yaitu Cak Gandar.
Cak Gandar seorang tukang becak yang sangat ceria, dan sangat menyayangi keluarganya, sehingga setiap pagi dia minta ijin untuk mengantarkan keliling akak-anaknya berkeliling alun-alun. Sambil mengayuh becak dia akan bercerita atau mendongeng pada anak-anaknya yang dipangku dan disuapi oleh ibunya. Sekitar sejam dia membawa keliling anaknya sampai tertidur dam diajak pulang istrinya. Dia pulang sambil menikmati sarapan yang disiapkan minum tej tubruk gula batu penambah stamina narik bea seharian.

Nah teh poci yang Oma Salmah siapkan tadi rupanya membangkitkan memori Kakek sehingga kakek ingat dengan teman kakek yang tukan becak, Cokde Junior pun bertanya apda ladawa “Becak itu apa kek”. Itu alat angkutan yang berroda tiga di kayuh tukang becak seperti sepeda, dan penumpangnya duduk di depan.

“Salmah, he Oma Salmah aku lupa, aku ingin mendongeng nanti kepada cucu-cucuku, aku harus siapkan dengan baik dulu bahasanya, dan merefresh kembali memoriku tentang dongeng Cak Gandar yang dulu banyak deceritakannya kepadaku. Mudah-mudahan ada keluarganya yang masih kenal aku. Ingin rasaya aku menemui mereka, berbagi kebahagiaan” ucap Ladawa.

Rani sudah terdengar memanggil ketiga putranya, untuk bersiap pergi ke perlombaan laying-layang yang diadakan di pantai Sanur. Mengingatkan Oma dan Opa Ladawa untuk bersiap berangkat, kendaraan telah siap. Meraka berangkat menuju tempat Festival Layang-layang Internasional yang mengundang par ape laying-layang manca negara disamping dari dalam negeri, rupanya ada yang databng dari Hongkong, Guangzu, Kyoto, Osaka, Taiwan, Singapura, New Delhi maupun dari Kuala Lumpur.

Meraka berangkat dua mobil, sampai di tujuan laying-layang sudah mulai mengudara. Betapa riuhnya para pengiring dan sporter laying laying itu. Ada yang diiringi tetabuhab, ada yang diiringi pakai sorakan dan berbagai suprot lainnya. Ketiga cucu Ladawa ikut berlarian kesana kemari melihat laying laying yang yang sedang diadu. 

Cokde dan Rani sibuk mendokumentasikan festival dan keceriaan anak-anaknya serta kemanjaan anak-anaknya bercengkrema dengan Kanjeng Mami, Oma Salmah dan Ladawa. Sungguh suasana masa anak-anak yang sangat menyenangkan.

Puri Gading, September 2014.

Rabu, 03 September 2014

Sobar : 14 Daster Pink Motif Kembang, Luna

“DASTER PINK MOTIF KEMBANG LUNA”


Add caption
Kurasakan pagi ini tidak begitu cerah,  hampir sudah jam sembilan, matahari kelihatannya enggan menampakkan dirinya, anginpun sepoi membuat kulit ini dingin merinding. Padahal sebentar-sebantar aku harus uwek-uwek mencari wastafel. Sarapan pagi yang selalu ada bubur Manadonya membuat aku agak enek. Tapi kata mama –mertuaku- bubur Manado baik untuk wanita yang sedang mengalami sindrome mual dan muntah-muntah pada kehamilannya, Jadi untuk menghormati beliau akupun tetap harus melahapnya.

Mama terlihat super protektif terhadapku, maklum karena aku mantu pertama dan janin yang ada dikandunganku adalah calon cucunya yang pertama. Tapi pernah kudengar mama cerita dia akan memperhatikanku, karena ia yakin bahwa aku adalah reinkarnasi mama Lasteri, kakak tiri mamaku. Mama Lasteri dikala hidupnya sangat sayang kepada mama, sehingga ia tidak mau kualat bila tidak memperhatikanku.

Aku kasihan suamiku Reno, mungkin sudah seminggu tidak pergi ke kampus. Dia disuruh mama menemani aku dirumah, katanya takut kalau terjadi apa-apa. Sementara kanegnku untuk menengok rumah Ibu –ibu kandungku Bu Sobar- sudah tak bisa kubendung. Reno nampaknya masih tidur dikamar, aku tak mau membangunkannya. Aku tahu dia masih dihormati oleh mahasiswa nya dan dimintai pendapat kalau ada kegiatan di kampus, walau dia tergolong dosen muda. Sebentar lagi Dies Natalis Universitas tempat kami bekerja. Tentu Reno ikut memberikan masukan. Biasanya untuk design pameran, atau design panggung saaat pentas terkait Dies Natalis tersebut. Apalagi untuk tahun ini bersamaan dengan limapuluh tahun Universitas akan diadakan secara lebih meriah, dan melibatkan seluruh stake holder.

Tiba tiba mama mendekati aku. Bagaimana Luna, “Kau kelihatannya lebih segar pagi ini, apa sudah mereda mualnya” . “Biasa ma, terkadang masih datang sekali-sekali” jawabku. Aku lihat diwajahmu ada kerinduan. Mungkin kau ingin menginap untuk beberapa lama di rumah Ibu. Dia mungkin juga sudah kangen dengan kamu. Pulanglah nanti siang rencananya Mama juga akan ke rumah Ibu, rembugkan sama Reno. Kamu boleh kok tinggal disana, mama tak keberatan, nanti secara berkala mama akan datang kesana.

Rupanya Reno sudah membicarakan masalah ini dengan mama, padahal aku hanya kangen dengan masakan ibuku saja, kangen dengan celotehan ayahku. Aku ingin mendengarkan alunan Cinta Durjananya Reinold Panggabean, dengan Orkes Melayu Tarantulanya. Kenapa kangenku begitu berat.

Seperti kebiasaannya selama ini suamiku tidak pernah menceriterakan pekerjaan bersamaku, dia sangat profesional, termasuk saat hari pernikahanku. Sampai dua hari menjelang Hari H Reno masih sibuk dengan advis mahasiswa yang meminta masukannya sebagai senior dalam Masa Orientasi, dimana Fakutas Teknik seperti biasa mempunyai tradisi yang unik. Biasanya dengan seragam hitam-hitam, jamnyapun sangat beda dengan Fakultas Lain. Nah Reno menjadi salah satus esepuh mereka, dan kebetulan sekarang mengabdi menjadi dosen di almamaternya.

Dia bisa bekerja dengan jarak jauh memberikan instruksi secara online, teman-temannya yang merealisasikan ide masalah dekorasi resepsi pernikahan kami, kalau yang terkait dengan upacara keagamaan menjadi tanggung jawab orang tua kami. Walau begitu toh perkawinan kami berlangsung sangat meriah dan sangat unik. Hampir seluruh gedung ditandai oleh panitia berpakaian hitam-hitam, tak lain adalah mahasiswa teknik, maupun alumninya yang mempunyai tradisi, akan hadir walau tdiak diundang.

Aku masih ingat akan hal itu. Jadi masalah Dies Natalis menurut aku masalah yang tidak terlalu merepotkannya walau sudah seminggu tak ke kampus. Kan ada media sosial, ada skype. Akh memang aku masih jadul dalam masalah ini. Reno menyarankan untuk mengakali kendala jarak dalam diskusi atau konsultasi klienku bisa digunakan skype dan dia akan menginstalasinya di kantorku. Sampai saat ini aku belum mengiyakannya, aku masih ingin melihat roman muka, mikik dan sikap klienkua pada saat konsultasi. Karena menurutku itu akan sangat membantu aku membuat kepputusan yang tepat dalam mendiagnose masalah klienku, sertamemberikan tindak lanjut solusinya.

Reno rupanya sudah rapi, ternyata mama kelihatannya telah mambangunkan Reno melalui sms ke HP nya. Sehingga kulihat ia bergegas sarapan dan menghampiriku, dengan sebuah tas yang cukup besar. “Untuk apa tas besar itu Ren?” tanyaku. “Lho katanya mau nginap di rumah Ibu”. Hahaha cepat amat tindak lanjutnya.

Sebelum berangkat aku pamitan ke mama, dan seperti biasa aku mencium tangannya, sama seperti yang dilakukan Reno ke mama. Ku ingat pesan mama jaga diri baik-baik, rumah ibumu juga rumah mama, rumah mama juga rumahmu. Aduh bahagianya hatiku mendengar apa yang diucapkan mama. Dan akupun pergi kerumah ibu.

Ibuku terkejut melihat kedatangan kami, beliau masih bercengkerema dengan keponakanku, ponakan buleku semuanya berhamburan menyalami aku dan Reno. Mereka memang sangat dekat dengan Reno karena mereka sering diajak ngobrol. Bermain maupun dibantu dalam pekerjaan rumah sekolahnya. Akh Reno memang sangat cepat akrab dengan ponakanku.

Ku minta Reno meninggalkan aku di rumah, sementara ia ku minta datang ke kampus untuk menemui mahasiswanya yang sedang mempersiapkan acara Dies Natalis, siapa tahu advis Reno ditungu tunggu mereka.

Kuceritakan ke Ibuku, bahwa dalam kehamilanku yang sudah memasuku bulan ke enam ini aku masih mengalami muntah-muntah. Padahal ibu saat mengandung semua anaknya tidak mengalami gejala serupa. Mungkin aku mengalami hal yang sama dialami oleh mama – ibu mertuaku-, pada setiap kehamilannya mengalami muntah-muntah yang sangat lama, bahkan sebulan sebelum kelahiran beliau masih mengalami gejala itu. Mungkin juga karena reaksi rahimku yang baru pertama hamil,

Tiba-tiba, sayup sayup aku dengar lagu Cinta Durjana, berarti ayah sudah siap akan berangkat kerja. Memang kata ibu belakangan beliau berangkat kerja siang-siang. Beliau jarang mengikuti sidang kalau dilakukan pagi hari. Cukup staf akhlinya saja yang mewakili. Ayah memelukku dari belakng, sambil memujiku. “Luna kau cantik sekali dalam kehamilan ini, coba tanya ibumu benar nggak begitu?” “ Benar yah, Luna tampak lebih cantik selama kehamilannya ini” sahut ibuku. Pasangan yang masih selalu kompak, gumanku,

Ayah langsung membuka kembali kemejanya, diganti dengan kaos T-Shirt saja. Dengan kepulanganku beliau membatalkan pergi ke kantor. Beliau ingin mendengarkan  cerita kehamilanku, dan perlakuan mama kepadaku. Kuceritakan apa adanya. Aku selama kehamilan sedikit tersiksa yah, hampir sepanjang hari aku mengalami muntah, untuk aku disamping memiliki Ibu dan ayah yang sangat menyayangi aku, mama –mertuaku- sangat prosetktif padaku, dia juga sangat menyayangi aku.
Lebih banyak dia tinggal bersamaku, beliau takut aku akan mengalami hal-hal yang menyulitkan, karena pengalaman beliau setiap hamil mengalami hal yang sama. Beliau juga merasa harus melayani aku, karena Mama Lasteri dalam hidupnya sangat menyayanginya walau hanya saudara tiri.

“Bu, kita rayakan kepulangan Luna dengan makan-makan masakan ibu”. Oh ya tadi ibu membuat pisang rai hijau, mungkin kau kepingin mencicipinya Luna. “Oh iya Bu aku memang sudah lama kepingin pisang rai hijau. Pasang rai adalah pisang dibalut adonan tepung encer di rebus dalam air mendidih, ditiridkan sesudah mateang. Lalu disajikan untuk dimakan bersama parutan kelapa dan gula juruh.

Ini namanya pucuk dicinta ulam tiba. Gayung bersambut. Aku menikmati bertiga dengan Ibu dan ayah. Keponakanku kelihatannya masuk ke kamar masing-masing untuk bermain game. Meraka main bersama hanya saja masing-masing ada dikamarnya. Mainya secara on-line. Mendengar cerita Luna yang sangat disayang mama nya, Sobarpun sangat senag, dan dia tidak sadar telah berulang kali memutar Cinta Durjana nya Reinold Panggabena.

Merana, merana aku merana, merana karena cinta durjana. Tersiksa batinku karena cinta karena kau cinta durjana. Iru sepenggal syairnya yang kuingat. Aku menjadi kasihan sama ayah. Sejak perabuan jenasah Lasteri, ayah kelihatannya semakin religius. Dia lebih rajin beribadah, dan selalu mengingatkan teman-temannya di DPRD tetap berpedoman pada ajaran agama dalam bertindak, walau atas nama rakyat yang mereka wakili.

Ayah rupanya masih ingat saja kesenangan putri tunggalnya ini. Dia balik ke kamarnya mengajakku masuk, untuk menunjukkan satu tas daster untuk orang hamil. Tapi aku heran ayah kok tahu ya kesenangan aku warna pink, dari beberapa yang ayah belikan rupanya didominasi warna pink. Daster yang dibelikaannyapun daster masa kini, daster yang bermotif kembang-kembang seperti mukena Bali yang lagi ngetrend masa kini.

Aku mencobanya, dan ku pakai keluar kutunjukkan ke ibu........ Aduh Luna kau bertambah anggun menggunakan daster itu. Ibu yakin kalau daster itu tak lama lagi akan ngetrend kalau kau pakai ke kampus, atau ke kantor biromu, Akh ibu bisa saja....... “terima kasih ibu” kataku. “lho kenapa tidak berterima kasih sama ayahmu” jawab ibu. Sama ayah sudah tadi, tapi aku melihat model dan seleraku pas dengan potongan, model dan motif dasterku, aku tahu pasti ibu yang mendesignya.

Hahahahahahaha.......... ketahuan juga daster made in sobar mam... teriak ayahku. Memang selera anak dan ibunua kompak. Tak terasa kami berpelukan bertiga, ibu, ayah dan aku. Ibu dan aku meneteskan air mata, dan ayah hanya terpana melihatnya..... Memang kompak.

Pondok Betung, 4 September 2014.