“RANI NGIDAM KEPITING”
Hujan subuh-subuh membuat tidurku
semakin nyenyak saja, sampai aku tak sempat mengantarkan suamiku ketika hendak
berangkat kerja, padaha; seperti biasa yang kulakukan walau hanya sampai depan
pintu gerbang aku tetap mengantarnya. Memang semenjak aku hamil kelakuaknku kok
aneh ya. Kasihan suamiku. Seperti semalam sudah Jam 01 30 aku minta dibelikan
kepiting asam manis, sehingga nggak kesampaian karena tempatnya cukup jauh dari
rumah.
sumber www.google.com |
Pagi itu jam 10 lewat aku baru
berangkat ke kampus, dan karena masih sedikit menahan kantuk aku minta Yande menghantarkanku.
Biasanya aku hobbi sekali nyetir sendiri, mungkin bawaan bayiku. Aku menjadi
lebih berani menyetir mobil. Sebelum masuk kampus aku minta di ajak muter dulu
menyusuri jalan tol di atas perairan. Aku ingin menghirup wangi air laut, serta
wangi hutan bakau yang kurasakan mempunyai aroma khas yang menyegarkan
bathinku. Aku buka kaca jendela mobil seperti biasa. Demikian juga hijau bukit
yang melatar belakangi gagahnya gunung menjulang kusaksikan sepanjang jalan
tol. Semua menentramkan hatiku.
Yandepun sangat patuh dengan
keinginanku, bila ku minta pelan atau berhenti dia akan segera melakukannya
dengan sangat sopan. Memang Kanjeng Mami mertuaku sangat cerewet mewanti-wanti
semua orang rumah agar mengikuti kemauanku selama kehamilanku. Kalau tidak
beliau akan sangat marah kepada mereka. Seperti kegagalan mendapatkan kepiting
semalam kalau beliau tahu pasti akan marah besar ke suamiku.
Mobilpun rupanya sudah masuk
parkiran dekat lab dan ruangan kerjaku. Yande aku minta langsung pulang, dan
menjemputku kalau sudah kupanggil. Kuminta barang-barangku tak usah dia bawakan
masuk ruangan. Dan kuminta di taruh saja di bangku di bawah pohon dekat parkiran
karena aku ingin duduk-duduk sebentar sebelum masuk ke ruanganku.
Kekesalanku dari semalam
berlanjut sampai siang ini. Aku tak mengerti mengapa ya suamiku tidak bisa
mendapatkan kepiting yang aku minta
semalam?. Apa dia lupa dengan hari ini merupakan hari yang bersejarah kami
ketemuan untuk pertama kalinya bertemu. Padahal kutahu Cokde suamiku itu,
orangnya sangat detail, sangat bagus agendanya. Kenapa ridak hanya sekedar
memberikan apa gitu untuk mengingat apa yang telah terjadi hari ini. Apakah
karena sekatang sudah banyak mahasiswi bimbingannya yang bahenol, dan aku lagi
tak cantik karena sedang hamil ya. Akh terlalu liar pikiranku.
Padahal menurut Kanjeng Mami,
sejak aku hamil aku kelihatannya lebih cakep, lebih manis, dan lebih berwibawa.
Hahaha ……. Apa itu hanya mebuat hatiku senang saja ya. Yah terserahlah setelah
aku berjalan jalan melihat-lihat parkiran berapa lama, pikiran lebih fresh
akupun masuk ke ruang kerjaku yang berdampngan dnegan laboratorium
penelitianku.
Begitu aku membuka pintu ruang
kerjaku, aku kaget ada aroma yang sangat kukenal, tapi saat aku masih dinas di
Papua. Oh iya itu farfum ku Salimar, rupanya farfum itu ada yang menyemprotkan
di ruanganku. Farfum Itu sudah aku tak pakai lagi sejak menikah, tepatnya sejak
aku meninggalkan Papua. Kuperhatikan di atas mejaku telah terdapat sebuah
buket, seikat mawar merah, persis merahnya seperti merah bibirku. Nggak tahu
kok tadi aku memakai lipstick warna itu ya. Memang benar semenjak aku hamil kok
aku senang dandan dan ber make up menor. Akh terserah apa kata orang yang
penting hatiku senang.. Toh aku lebih banyak di ruangan lebih banyak terbenam
dengan perhitungan statistik hasil penelitianku. Itakan mawar itu di taruh
diatas sebuah bungkusan kecil. Pelan pelan kuambil mawarnya kuciumi, terima
kasih suamiku kau memang sangat memperhatikanku. Maafkanlah aku telah salah
menilaimu. Kukira engkau lupa dengan hari special kita. Samil aku berguman…. “sekuntum
mawar merah….. yang kau berikan kepadaku………> akh lagu itu seringku dengar
saat emnghadiri hajatan perkawinan, atau menjadi lagu wajib beberapa teman saat
karaokean.
Bungkusan kado kecil yang
terbungkus rapi dengan kertas emas, diikat pita merah semerah mawar, kucoba
perlahan perhatikan. Rasa ingin tahuku memuncak, tak sabar kuambil cuter dan
kubuka. Sebuah tulisan “Salimar du Farfum”. Untung aku ingat saat ini berbadan
dua. Hampir saja aku teriak dan meloncat kegirangan. Terima kasih lagi suamiku.
Kau sangat pandai mengikat masa laluku dengan masa kiniku, itu semua bergelora
di hatiku.
Kucoba menghubunginya, mau
mengucapkan terima kasih. namun handphonenya tak aktip. Mungkin lagi di depan
kelas kali. Kurapikan bingkisan dengan ucapan “selamat merangkai hari-harimu
Rani”=salam, suamimu, Setekah meneguk
beberapa tegukan air mineral yang kuambil dari dispenserku. Aku memulai dengan
lanjutan perhitungan statistik data penelitianku.
Aku harus menghitung dan menguji
dengan cermat hasil statistic dari data yang telah kuperoleh. Cokde telah
mengarahkan untuk menggunakan metode yang terbaru, dengan software yang dia
peroleh dari simposiun kesehatan dunia di India beberapa bulan lalu. Sayang aku
masih mabuk parah saat itu sehingga aku tidak mau ikut serta. Aku tak mau
merepotkannya di negeri orang. Padahal aku ingin sekali melihat Mew Delhi.
Kucoba running program paket yang
telah ada dengan format data yang telah kupersiapkan beberpa hari belakangan
ini. Aku tunggu beberapa saat sambil menciumi lagi ikatan mawar merah, sebagai
perhatian yang polldari seorang suami kepada istrinya. Akh maafkanlah aku Tuhan
telah berfikiran yang bukan-bukan terhadap suamiku, Ialah yang telah memberikan
kesempatan aku untuk menjadi bagian keluarga Puri Gading.
Setelah kuperhatikan output dari
data yang lagi aku running ternyata hasilnya sangat pas dengan apa yang aku
harapkan, Ku cek kembali, akh hasilnya konstan dan stabil. Kusimpan hasilnya
dan kubuatkan satu eksempler print out nya. Akan aku diskusikan dengan
promotorku, hehehe salah satu adalah suamiku. Mudah-mudahan mereka setuju, sehingga aku
dapat mengirimkannya segera ke Jurnal Internasional sebagai persyaratan yang
diberlakukan di Universitas, khususnya di Sekolah Pasca Sarjana.
Aku lihat arlojiku, tak terasa waktu
berjalan cepat sekali sudah pk 14 15 rupanya aku sudah menghabiskan tiga gelas
air putih, memang hamil ini menjadikan aku cepat haus. Aku merapikan printout
ku, mengirim ke Promotor via emailnya apa-apa yang telah aku peroleh, dan
melaporkan perkembangan penelitianku. Aku tidak ‘ngeh; suamiku telah berdiri di
pintu, rupanya dia masuk tanpa mengetuk pintu, mungkin karena pintu sengaja aku
buka sedikit karena AC aku matikan. Enggak tahu aku sedikit mual dalam hawa AC.
“Bagaimana Ran, hasil running
programnya, apa masih besar errornya?”
“Tak sadar aku peluk dia,
kuucapkan terima kasih atas perhatiannya, telah mengirimkan ikatan mawar dan kado
spesial itu”
“Habis tadi maunya dikirim ke
rumah, tapi kulihat tidurmu sangat lelap, ku hanya membetulkan selimutmu saja,
sambil mencium keningmu. Lalu berangkat ke kampus karena aku telah janji untuk
memberikan stadium general kepada semua mahasiswa bimbinganku, sambil
membiasakan diri memberikan kuliah umum dalam ruang besar”.
“Bagaimana kuliah umum nya apa
sukses”.
“Ya boleh dikatakan begitu,
mereka sangat antusias bertanya, dan pertanyaannyapun sangat berbobot,
mahasiswa sekarang sangat kritis”
Kulihat suamiku sangat gembira
dan bahagia dengan kesuksesan kuliah umumnya. Kulapori bahwa hasil runningku
sangat bagus, dengan nilai error yang kecil, dan tingkat kepercayaan data yang
sangat tinggi. Sudah aku kirimkan ke promoter via email, sekalian melaporkan
kemajuan penelitianku.
“Ok tapi kamu tak boleh memporsir
diri ngerunning pogram itu. Jaga kesehatan, jangan memaksakan diri”.
Ternyata suamiku belum makan, saat
kutanya malah dia mengajak pulang sekalian makan siang bersama, untuk merayakan
Hari Ketemuan Pertama kami. Ku iyakan dengan bergegas merapikan diri –biasa biar
menor, bawaan bayi kali-dan pekerjaan di atas meja kerja, dan tidak mengambil
waktu lama aku telah berdua di mobil suamiku. Keluar areal kampus.
Aku sebenarnya kangen mengendarai
VW safari terbuka berdua. Tapi Kanjeng Mami melarang, memakainya selama aku
hamil dan ikut di mobil itu. Padahal aku ingin sekali. Kok jenis ngidam aneh lagi
kali ya ini. Mau kemanakan=h Cokde ini tanyaku dalam hati kok lewat jalan yang
enggak biasanya, aku lebih banyak diam, karena rasa ngantukku datang, rupanya
acara tetap tidur sore ini sudah masuk jadwal dan mulai menyerangku.
Mobilpun dipacu tidak terlalu
cepat, akhirnya berbelok masuk halaman sebuah Restoran China, aku berdua masuk,
dan aku ngelendot saja tak mau lepas dari pegangan tangan suamiku. Inginnya
mesar-mesraan saja. Sampai aku tak tahu restoran apa ini. Aku dipersilahkan
duduk di sebuah ruangan VVIP, no smoking area. Sementara aku pamit ke toilet, para pramusaji
menyiapkan hidangan. Setalah kembali, kuperhatikan kok semua masakannya serba
kepiting ya.
“Inilah ma -dengan mesranya dia
memanggilku mama- restoran special kepiting yang aku datangi semalam, alu tak
bisa memesan lagi karena restoran sudah mulai tak melayani tamu baru, mau tutup,
dan ku reserve saja untuk siang ini, Pasananku, kuharap cocok seperti apa yang
diidamkan dari semalam. Kepiting asam manis. Biar anak kita jadi tukang tidak ngeces
nantinya. Hahahahahhh
Pramusajipun mempersilahkan kami memulai makan setelah
berterima kasih dan mengucapkan selamat datang di Bee Nikmat Spesial Kepiting.
Selamat menikmati. “Nah ini yang aku inginkan dari semalam ternyata ada disini………
terima kasih suamiku tersayang.
”Selamat Menikmati”
“Terima kasih Cokde, dan maafin
aku karena telah merepotkan saja”.
“Ngak apa-apa kan
untuk anak kita”
Merakapun dengan sangat mesra dan romantis menikmati makan
siang di sore yang gerimis itu. Reken reken untuk merayakan hari jadian kita,
memenuhi keinginan –ngidam- anak kita, serta merayakan keberhasilan peneliatan…………………. Semua terakumulasi membuat hati mereka tambah
bahagia.
Dan haripun sudah mulai gelap,
mereka melaju kembali ke Puri gading.
Puri Gading, V-day Plus.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar