“MENYEPI DI PURI ANYER”
Suasana Puri (ww.google.com) |
Rasanya Puri Gading sepi, sejak Rani pulang ke Puri Induk.
Aku dan Mami ingin segera menyusul pulang menyusul kesana, padahal baru dua hari
saja Rani meninggalkan Puri Gading. Katanya dia ingin menyepi, melakukan Yoga
Hamil, serta menikmati udara pesesaan. Yande kuminta untuk selalu mengawasinya,
aku sangat khawatir dengan kehamilannya, walau ia seorang dokter yang mengerti
kesehatan, tetap saja mengkhawatirkan. Itu mungkin kekhawatiran seorang suami
terhadap istrinya. Aku mau menemaninya, akan tetapi Rani tetap bersikukuh tetap
ingin sendiri.
Toh ada saudara-saudara yang akan menemani disana, tak mungkinlah sendiri katanya.Memang ngidamnua istriku ini sangat aneh, minta sesuatu di luar jamnya sehingga sulit mendapatkan nya, aku serasa mahasiswa baru yang sedang menghadapi orientasi kampus, dituntut begini-begitu, diminta mencari ini-itu, atau mengikuti keinginannya yang macam-macam, dan diluar nalar sehat. Keinginannya kali ini sungguh diluar dugaanku.
Toh ada saudara-saudara yang akan menemani disana, tak mungkinlah sendiri katanya.Memang ngidamnua istriku ini sangat aneh, minta sesuatu di luar jamnya sehingga sulit mendapatkan nya, aku serasa mahasiswa baru yang sedang menghadapi orientasi kampus, dituntut begini-begitu, diminta mencari ini-itu, atau mengikuti keinginannya yang macam-macam, dan diluar nalar sehat. Keinginannya kali ini sungguh diluar dugaanku.
Rani mau menyendiri di Puri
Induk, Puri Anyer, Katanya ingin menikmati hari-hari kehamilannya secara alami.
Dia sangat rindu pergi ke pasar tradisonal saat subuh, dia ingin mandi di
pancuran alami puri. Dimana tempat mandi, di posisikan sedemikian rupa di dalam
puri, hanya di pagari dengan pohon kembang sepatu yang ditata seperti tembok,
ber atapkan langit, dengan mandi duduk di atas batu besar di kucuri air dari
gentong besar penampung air.
Aku pada saat pulang ke puri juga
sering mandi di tempat ini, memang rasanya kita mandi di alam terbuka. Suasana
inipun yang sangat disenangi para tetamu, sehingga ada salah satu sector di
Puri Anyer, yang disewakan untuk touris ditata persis permandaian alami ini.
Saat Mc Jagger melaksanakan pernikaan di Puri ku juga memanfaatkan fasilitas
ini.
Rani untuk beberapa kali telah
mencoba mandi di tempat ini di puri, katanya sangat sensational. Terasa mandi
di alam terbuka, dengan tidak takut keganggu privasinya. Dia berlama lama
mandi, sambil berjemur sinar matahari pagi atau sore, dan mandi lagi….. Memang
sangat sensasional. Pernah aku sampaikan ke Kanjeng Mami tentang ke anehan
ngidamnya Rani. Mami hanya tertawa saja, dan berkata : “biarkan saja semasih
bisa ngikuti, ikuti saja. Memang ngidamnya keluarga puri ini aneh-aneh”. “Mami
juga waktu mengandung kamu Cokde, lebih parah dari itu permintaan Mami, ke Papi”.
Waktu itu papi masih menyelesaikan
sekolahnya di Yogya, aku sudah hamil. Tiba-tiba aku ingin pulang ke Puri Anyer,
sangat kangen ingin mandi di kamar mandi alami itu, rasanya sebelum mandi
disana kok belum afdol rasanya. Padahal saat itu, pesawat ke Bali dari Jogya
masih seminggu sekali, dan dokter melarangku naik transportasi darat lebih dari
dua jam. Nah hal itu rupanya menjangkiti rani saat ini. Padahal mami tak pernah
cerita kepadanya.
Jadi aku maklum bila ngidamnya
Rani aneh-aneh kali ini. Saat tinggal di Puri dia ingin memutar film
dokumentasi pernikahan kami katanya. Bagaimana saat diarak keliling kota,
dengan menaiki delman yang ditarik empat kuda, dikawal barisan muda-mudi yang
sangat panjang, diiringi beberapa barung gamelan, serta disaksikan ratusan bule
yang menjadi touris tetamu puri. Memang suatu ajatan yang religious, dengan
suasana adat yang kental serta tentu saja komersial karena banyak touris datang
dan menginap di puri, yang memang sebagian di fungsikan sebagai villa.
Beberapa kegiatan seni wisata
dikaitkan dengan acara pernikahan seperti, pementasan sendratari Ramayana,
dengan latar belakang tari kecak. Sakian kuliner tradisional untuk para tetamu
kami, serta pasar senggol dekat puripun menjadi ramai sampai tenagh malam.
Sangat aku sayangkan, kudengar
pernikahan Mc Jagger dengan istrinya yang dilakukan upacaranya di Puri Anyer
beberapa puluh tahun silam, dinyatakan tidak syah oleh pengadilan Inggris,
karena dilakukan dengan rangkaian upacara perkawinan ala puri. Sehingga dokumentasi
pernikahannya hanya merupakan film documenter tidak mempunyai civil effect di
negaranya.
Rani memang disamping ngidam yang
aneh-aneh, sangat cepat dalam penelitiannya, sehingga seakan waktu yang
semestinya bertahun-tahun dilakukan dapat dia lakukan jauh lebih cepat. Mungkin
karena teknologi kominikasi saat ini, yang sangat terbuka memudahkan dia
mencari buku-buku referensi yang terbaru.
Buku yang baru minggu lalu terbit
di Amerika, demikian juga Jurnal yang baru terbit dimanca Negara akan segera
bisa kita dapatkan e-booknya dan mudah di beli melalui internet. Peralatan lab
juga demikian kita membelinya tidak harus datang ke tokonya, bisa kita beli
melalui e-shopping. Memang eranya Rani dalam kemudahan.
Kepergiannya ke puri kali ini aku
tak biarkan dia membawa buku terlalu banyak, agar dia dapat memuaskan
kerinduannya terhadap suasana kampung dan mengikuti Yoga Kehamilan, yang sangat
membantu meredam rasa ngidam dan saat melahirkan nanti. Telah aku hubungi Ibu
Isdamaeni untuk memandu Rani dalam melalakukan Yoga tersebut.
Bu Isdamaeni, yang biasa
kupanggil Bu Isda seorang istri pensiunan Polisi, sekarang hidup dikampung
sambil tetap mengajar di SMA yang ada di desaku. Ia seorang instruktur Yoga
Kehamilan yang sudah termasyur, yang biasa di undang memberikan workshop sampai
luar negeri tentang Yoga kehamilan ini.
Aku menyibukkan diri tetap ke
kampus memberikan kuliah mahasiswaku, serta menengok spa yang baru saja di
dekor ulang oleh sebuah biro Arsitek, karena memang secara berkala harus
diredekor agar tetamu kami tidak bosan dan menikmati suasana yang selalu baru.
Dua hari memang sangat terasa panjang.
Rasanya sih rani tidak akan
kesepian dan bisa menjaga diri disana. Begitu juga laporan Yande kepadaku pagi
tadi, katanya semuanya berjalan baik-baik saja, Nyonya sangat enjoy selama dua
hari di Puri, katnya. Rani tak mau
dihubungi, semua hp nya dimatikan selama di Puri Anyer. Suatu permintaan yang
berlebihan menurutku.
Kanjeng Mamipun tidak
mengkhawatirkannya, karena beliau pernah merasakan hal yang sama, sehingga
beliau tidak banyak komentar tentang kehamilan Rani. Hanya sesekali berguman,
Cokde, Cokde ……..istrimu kok mengalami hal serupa dengan mami. Suatu restu dari
leleuhur puri yang menerima dengan sepenuh hati menjadi anggota puri yang
datang dari luar. Semoga saja dapat berjalan lancer dan cucu mami dapat lahir
dengan selamat dan sehat walafiat. Kata Mami.
“Cokde, kita susul Rani, nanti
sore kita pulang ke kampong, ke Puri Anyer, kebetulan mala mini bulan Purnama,
kita ajak Meyan pulang,d an puri di tunguin penjaga keamanan saja”.
“Oke Mam, kita susuli, dan ikut
menginap di Puri untuk satu-dua malam, kita ikuti Rani menikmati alam pedesaan
dan menyepi di Puri”
“Mana ada Menyepi Cokde, kita
lihat saja perkembangan disana, reken-reken kita cuti kerja dua hari ini”
Hampir menjelang magrib, atau
sandikala kami sampai dan memasuki halaman Puri Anyer, kulihat ada mobil lain
terparkir di garasi. Rani dengan
beberapa orang yang kayaknya aku kenal ,asih menyaksikan anak-anak gadis
belajar menari di halaman luar Puri, dengan iringan gamelan yang di tabuh para
remaja putra.
Katanya kebetulan mereka lagi
libur karena ada ujian anak-anak kelas III, dan mereka mempersiapkan acara
untuk acara perpisahan sekolah. Kamipun bergabung sama mereka. Rupanya Rani
kedatangan tamu, Dokter Regina yang kebetulan ada di Bali cuti bersama
keluarganya.
“Rupanya lagi KKN ini ya, kok tak
bilang mau namu ke Puri” Kataku
“Tidak juga Cok, aku sebenarnya
sudah janjian dua hari yang lalu untuk mampir ke Puri Gading. Tapi Rani sudah
ada rencana pulang ke sini. Jadi aku susul kesini”
Haripun bertambah gelap,
burung-burung gereja telah berhamburan sebelum masuk ke sarangnya, serta
kelelawar sudah keluar, berkejaran di dahan sawo di halaman luar Puri, kamipun
masuk ke Puri meikmati makan malam bersama, yang sudah dipersiapkan Meyan di
Balai Bengong halaman tengah Puri, diiringi alunan degung dan rindik secara
bergantian, di bawah temaran lampu obor bersmaa tetamu yang kebetulan nginap di
Puri. “Have a nice Nite …. And Bona
petit” kataku mengakhiri sambutan singkat yang biasa diberikan kepaa tetamu
yang ada di puri, untuk menikmati dinnernya. Dan alunan rindik pun semakin
lamat-lamat mengiringi, mengantikan para penabuh degung yang kebagian makan
malam duluan.
Pondok Betung, awal Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar