“CINTA DURJANA SOBAR”
Kampus ITB (ww.google.com) |
Alunan lagu ‘Cinta Durjana’nya group
Dangdut Tarantula mengalun dengan hentakan kendangnya Reynold Panggabean yang
nge-beat, membuat suasana sedikit hangat. Lagu itu diputar menandakan suasana hati
Sobar sedang dipenuhi rasa kebahagiaan dan beliau kelihatan lebih bahagia
semenjak anak gadisnya pulang kembali, pindah kerja ke kota ini.
Anak muda yang gondrong dan cukup
ganteng ini, datang menjelang makan siang menemui Sobar, Meminta ijin kepada sekretaris
Sobar. Terlalu bertele-tele, birokratis. Harus menuliskan nama, alamat, dan
keperluan segala, Yah mungkin protokoler saja. Ia kan hanya menjalankan tugas.
Setelah mengisi formulir yang
disodorkan anak muda itu, di ajak masuk ke ruangan tamu Sobar, yang terpisahkan
oleh sebuah pintu. Suara lagu Cinta Durjana, masih terdengar jelas dari ruang
tamu, dari yang versi aslinya, sampai yang versi degung. Memang lagu itu
kelihatannya merupakan lagu ‘kebangsaan’ nya Sobar. Biar nanti mereka bicarakan
sendiri, aku tak mau menanyakan apa makna lagu tersebut buat suasana hati
Sobar.
Sekitar lima menit menunggu,
kudengar jelas sekretaris Sobar melaporkan kedatanganku dengan maksud hanya
silaturahmi, kelihatannya sulit dia terima, dan kutulis nama asli sesuai KTP ku
di formulir, sehingga mungkin Sobar tidak mengenali aku. Kudengar Sobar mau
menyelesaikan lagu terakhir versi degung.
Pada saat Sang sekretaris membuka
pintu, aku coba member salam Selamat Siang Pak!. Kukira Sobar mendengarnya
sehingga ia memanggil kembali sekretarisnya untuk masuk, serta menanyakan
sekali lagi namaku. Akhirnya ku katakan kepadanya, Namaku bilang saja Reno pada
Pak Sobar, mudah-mudahan dia ingat.
Kudengar dia sedikit memerahi
sekretarisnya, serta menyuruh sang sekretaris menghantarkan aku ke ruang rapat
sebelah Ruang Sobar, dismaping Ruang sekretaris itu. Aku jadi berfikir dua kali
lagi untuk menjadi birokrat kalau demikian panjang prosedur untuk bertemu saja,
gumanku dalam hati. Akh siapa tahu kalau nanti aku sudah definitive jadi dosen,
mungkin lebih galak dari itu.
Kuliahat kekesalan Sang
sekretaris dari wajahnya keluar ruangan, dan mempersilahkan aku masuk ke ruang
rapat, serta berbisik ke telingaku. Kenapa tak sebit nama itu dari tadi, jadi
aku tak kenak marah. Terasa hangat hembusan nafasnya di pipiku. Maaf kakaku,
aku hanya ingin tahu bagaimana birokrasi mengalahkan pertemanan, atau malah
sebaliknya pertemanan mengalahkan birokrasi. Benar juga kata dosenku “lebih manjur
sobat dari pada stanblat” hehehe maksudnya segala sesuatu yang terikat aturan
akan mudah di dobrak dengan perkawanan. Hahahahah
Aku bersalaman dengan Pak Sobar,
dan menyapanya dengan Selamat Siang. Ia pun minta maaf kalau aku lama menunggu.
Maklum lagi asyik menikmati lagu Cinta Durjana. Kuucapkan satu bait yang
kuingat kepada Sobar, “Walau bagaimana Buasnya wanita, masih ada rasa keibuan juga…….Tapi
engkau lain dari yang lainnya, memperkosa aku di masa muda”
Hahahahahahah derai tawa Pak
Sobar memecah kekakuan karena salah pengertian dengan sekretarisnya dengan
kedatanganku. Ku sampaikan bahwa kedatanganku hanya mampir, karena tadi diskusi
dekor ruang sidang di sekretariat. Kebetulan pekerjaan itu akan diberikan ke
perusahaan aku Pak. Katanya karena rekomendasi dari Bapak, dengan memberikan
contoh dekorasi di Bironya Luna.
“Akh tak usah berlebihan, itu
sudah pantas kau dapatkan” seru Sobar. Kalau lagi begini enaknya kita tak usah
berbicara bisnis anak muda. Katanya lagi. “OK Pak, terus kita berbicara apa ya,
Bagaimana kalau bapak terangkan sejarah Lagu Cinta Durjana sebagai Lagu ‘kebangsaan’
hehehe kebanggan Bapak!”
“Hehehehe bisa saja, terus kita
ngobrol sambil menunggu makan siang yang sudah aku pesan tadi delivery,
mudah-mudahan tidak mecet jalanan sehinga cepat sampai” kata Sobar.
“Ya Pak, aku minta minum kopi
cppucino saja”
“Capucino granule kan”
Sang sekretaris rupanya sudah
memesankan aku kopi capucino kepada petugas disana. Tak lama kemudian tiga kopi
capucino datang beserta pisang panggang coklat keju. Silahkan anak muda.
Sambil minum kopi Sobar
menjelaskan kepadaku bahwa Cinta Durjana merupakan lagu kebanggannya dia yang
merupakan catatan kelam cinta Sobar dengan gadis-gadis di rantau. Waktu dia
kuliah Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung., dia berkali-kali putus
dengan pacarnya, ada-ada saja masalahnya, walaupun masalah sepele.
Pertama dengan Netta, seorang
gadis Sukabumi yang ia pacari selama hampir dua tahun, lalu mengajak menikah
dengan mendesak Sobar, padahal selama pacaran Sobar mensuport kebutuhan
sehari-harinya. Maklum keluarga Sobar tergolong keluarga yang tidak mau anaknya
kelaparan di rantau, sehingga setiap permintaan tambahan kiriman selalu
dipenuhi. Selidk punya selidik ternyata Netta, seorang Mahasiswi di STIE, telah
hamil duluan. Sobarpun meninggalkannya dan Sang gadis menikah dengan lelaki
yang telah menodainya.
Kedua ia katakana bahwa dia juga
dikecewakan oleh seorang wanita sekampungnya, yang sama sama merantau, tetapi
lain kota. Sang Gadis mengambil kuliah Sosial Ekonomi, di Institut pertanian
Bogor. Semua biaya telah ditanggung oleh keluarga Sobar, mengingat sang gadis
dari keluarga yang tidak mampu. Gadis ini lulus lebih dulu dari Sobar, dan
kawin dengan sorang perwira Polisi yang dikenalnya saat aktif di organisasi
kepemudaan di rantau.
Lagu Cinta Durjana ini menghibur
laranya Sobar, sehingga sampai sepuluh tahun dia belum mampu menyelesaikan
kuliahnya Teknik Sipilnya. Bahkan gadis pujaan hatinyapun telah meninggalkan
dia menikah lebih dulu. Dua duanya memperkosa masa muda Sobar.
Dalam keterpurukannya Sobar,
kemudian gonta-ganti pacar, baik gadis sekampung yang sama-sama di rantauan,
ataupun dengan gadis rantauan dari daerah lain yang dia kenal di kota Kembang Bandung
menjadikannya sebagai play boy. Hal itupun rupanya tercium oleh orang tua
Sobar. Akhirnya Sobar dipanggil pulang karena ia merupakan harapan keluarga,
satu-satunya anak lelaki dalam keluarga Sobar. Orang tuanya memaklumi
kegundahan hati Sobar, kenapa dia sampai menjadi play boy. Sama dengan kamu
anak muda, saat itu aku selalu berambut gondrong, dengan motor trailku, memakai
kaos dan celana blue jins. Hehehe aku seperti Renegede katanya.
Orang tuanya tidak pernah sampai
memarahi terkait masalah cewek ini. Tetapi ikut menentukan langkah Sobar
selanjutnya. Mereka tidak mau anak lelakinya kelamaan bermain-main dengan wanita,
dan tidak terarah tujuan hidupnya.
Sobar dinikahkan dengan kerabat
keluarganya, seorang gadis yang baru tamat Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas,
yang masih lugu dan penurut apa kata orang tua. Dua keluarga sepakat menikahkan
Sobar, dan Sobarpun tidak perlu balik ke Bandung, dia ditugasi orangtuanya
untuk meneruskan usaha keluarga sebagai saudagar beras di kampungnya.
Gadis tersebut tidak lain adalah
Nyonya Sobar, ibundanya Luna yang setia menemani Sobar sampai saat ini. “Ternyata
dijodohkan itu juga tidak jelek, anak muda, Bapak sudah menikah dengan ibu
hampir 40 tahun, masih mesra dan lengket seperti prangko… hahahaha” ujarnya.
Ijasah Sarjana teknik boleh aku
tak punya, tetapi ilmu yang kudapat di Bandung cukup menjadi bekal, untuk aku
mengembangkan usaha, dari saudagar beras terus menjadi pemborong dan pengembang
yang sangat disegani di daerah ini.
“PaK Sobar ini, menjadi angota
Dewan, mewakili partai mana” Kataku.
“Aku tidak mewakili partai
mana-mana, Cuma aku ikut sebuah partai, tetapi aku lebih banyak mewakili
masyarakat melalui pengusaha ini”.
“Jadi mewakili masyarakat gitu?”
Iya Sobar mewakili amsyarakat seperti dalam memperjuangkan Peraturan Daerah
tentang tata Ruang dan Wilayah ini, aku mewakili rakyat. Aku tidak mau
masyarakat hanya pergi kepantai untuk menikmati deburan ombak, atau mandi mandi
haris minta ijin ke hotel” itu tidak benar kata Sobar.
Lagu Cinta Durjana itu, sekarang
kujadikan lagu penyemangatku untuk tidak terpuruk dalam urusan manapun. Agar
aku juga tidak mengecewakan orangtuaku (almarhum) walau aku sudah tua, aku ikut
kelas ekskutif menyelesaikan teknik Sipil sampai Magister Teknik, di salah satu
Universitas Ternama di kota ini. Disanalah aku kenal dengan Dosen Kalian, yang
juga dosenku. Hahahahaa ……..
Cinta Durjana juga akan menjadi penghiburku
dalam suatu keberhasilan seperti dalam keberhasilanku mengawal kemauan
masyarakat kita, yang dituangkan dalam Peraturan Daerah yang baru disyahkan
tadi pagi.
“Apa ibu tahu tentang masa lalu
Bapak?” tanyaku nakal.
“Ibu orang yang sangat bijaksana,
dia orang yang sangat dewasa dalam berfikir, mungkin latar belakang pendidikan
dan latar belakang keluar Ibu, yang sangat taat beribadah. DIa tahu semua masa
lalu Bapak, karena Bapak ceriterakan, agar beliau tahu langsung dari aku, termasuk
Lagu Cinta Durjana ini” Jawab Sobar.
Saking asyiknya bersiskusi
tentang sejarah lagu Cinta Durjana, rupanya kami tak mendengar ada ketukan
pintu. Ibu Sobar rupanya telah menyiapkan makanan yang dikatakan sudah delivery
itu oleh Pak Sobar. Ia datang dengan Luna, sehingga diskusi kami berhenti,
dilanjutkan dengan acara makan siang bersama, satu set menu lengkap, ayam
betutu, lawar mentog, sate lilit, tum brengkes ayam dengan lalapan daun pepaya.
Ditemani
Luna, Bu Sobar dan Sang Sekretaris, kami pun makan dengan nikmatnya,
sampai-sampai berkeringat semuanya. Makan siang kami menjadi terasa sempurna
karena ada Es Kelapa Muda, dan tentunya karena Luna menemani aku makan siang
itu.
Pondok Betung, Medio Maret 2014.
edited by Pande
Tidak ada komentar:
Posting Komentar