“RANI PEREKAT KELUARGA, PENGGAGAS REUNIFIKASI”
Bunga Kamboja, Bunga Sepanjang Tahun |
Rani bersikukuh tidak mau segera balik ke Puri Gading, ia masih ingin menikmati kesendirian dalam keasrian Puri Anyer di kampong, walau Kanjeng Mami dan Cokde membujuknya untuk kembali karena beberapa penelitiannya harus segera di revisi, untuk dipresentasikan dalam seminar internasional yang akan dilaksanakan di Mataram Lombok, bulan depan. Rani tidak menunjukkan telah terjadi sesuatu yang merubah keputusannya untuk segera kembali.
Naluri keibuan Kanjeng Mami
berkata lain. Menduga ada sesuatu yang membuat menantu dalamnya bersikukuh
untuk tetap menyepi di kampong, bahkan ada permintaan aneh minta melahirkannya
di kampong saja. Cokde menganggapnya sesuatu yang wajar-wajar saja, mingkin
keinginan jabang bayi yang sedang dikandung istrinya.
Kanjeng Mami segera mencari tahu
apa yang terjadi dari pendamping yang
tinggal di Puri Anyer. Ternyata pada hari pertama Rani di puri, rupanya dia
menerima tamu, yang kelihatannya dia tidak berkenan, yang datang bersamaan
dengan Dokter Regina, mampir. Kebetulan sepulang Regina
Tamu tersebut ternyata Puspa,
seorang wanita yang masih kerabat Puri. Saat remajanya pernah ada keinginan keluarga
puri untuk menjodohkan Cokde dengan dia. Pasti dia biang keroknya yang
mengganggu tetirah dan yoga yang dilakukan Ranim dalam relaksasi kehamilannya
di tengah kesibukannya menyiapkan paper, bagian dari hasil penelitiannya yang
akan di bawa ke seminar bulan depan.
Burung-burung gereja terlihat
melompat kesana kemari, ber cicitan suaranya, sambil membawa serpihan ilalang
dari atap Bale bengong, untuk mereka membuat sarang, yang menandakan ada
diantara mereka akan segera membuat sarang baru, berpisah dari kelompoknya
keran naluri burung yang segera akan bertelur dan mengerami telurnya perlu
menyendiri dan ketenangan, sama dengan Rani rupanya.
Persoalan terkait Puspa, biar
Mami saja yang menyelesaikan, sehingga akan lebih netral. Kalau Cokde
menjelaskan pastilah Rani akan sulit menerima apa sebenarnya yang terjadi.
Cerikatnya Rani cemburu, atau tersinggung dengan apa yang diucapkan Puspa
terhadap Rani, yang diduga menjadi dasar keputusannya untuk tinggal lebih lama
di Puri.
Mami mendekati rani yang sedang
memperhatikan kelincahan burung gereja di atas Bale bengong. Dia duduk di
teras, yang terkena sinar matahari pagi. Rupanya rani telah selesai dengan sesi
Yoga, setelah pagi bersama Meyan pergi ke pasar tradisional untuk melihat
dinamika pasar yang ramai, penuh dengan tawar menawar dan suasana kampong.
Teh manis hangat yang terhidang
ditemani dengan jajanan pasar ada: La Klak, Bendu, sumping, getuk dan
lain-lainnya yang bebas bahan pengawet, serta kelepon yang sangat menggoda
dengan warna hijaunya.
“Bagai mana nduk kesehatan kamu
selama di puri”
“Astungkara, Puji Tuhan Mami, semuanya
baik-baik, dan Rani sangat menikmati”
“Syukurlah kalau begitu, Mami
sangat bahagia mendengarnya. Apa kamu ketemu Puspa kemaren”
“Ya Mami, kami smepat ngobrol
bersama, bertiga dengan Dokter Regina, kemaren”
Kamu perlu memahami kenapa dia, janganlah
sampai sakit hati dengan apa yang ia ceriterakan tantang keluarga kita, ujar
Kanjeng mami kepada Rani.
Rani sangat memahami, apa yang
terjadi antara keluarga Puspa dengan keluarga Cokde. Dua keluarga yang masih
berkerabat ini, sebenarnya ingin mempertahankan dan mempererat kekeluargaan
mereka. Puspa rencananya mau dijodohkan dengan Cokde. Keluarga Cokde,
sebenarnya kurang serek, namun karena tradisi keluarga rupanya, sehingga
terhadap rencana ini tidak ada kata sepakat. Sehingga akhirnya Cokde pergi
sekolah keluar negeri, dan Puspa pun meneruskan sekolah ke Yogyakarta,
mempelajari bisnis.
Singkat cerita Puspa salah
pergaulan di kota, saking lugunya rupanya telah diperdaya pacarnya, sehingga
hamil. Pihak keluarga tidak dapat menemukan sang pacar untuk dinikahkan.
Ayahnya memohon kepihak keluarga Cokde untuk bersedia dinikahkan sebagai
suaminya, sebagai suami formalitas saka. Syukur kalau Cokde mau menjadi suami seterusnya.
Keluarga Cokde menolaknya dengan
walau dengan cara baik-baik, namun rupanya pihak keluarga Puspa merasa mereka
tidak mau menolong menyembinyikan aib keluarga itu. Akhirnya Puspa diungsikan
ke Manado meneruskan Kulaih disana ikut dengan salah satu kerabat ibunya.
Hubungan kedua keluarga menjadi tidak baik, sampai-sampai keluarga Cokde lebih
mengembangkan Puri gading, sebagai sentra Puri ketimbang Puri Anyer untuk
mengindari konflik ini.
“Betul Mami, kemarin Puspa telah
menceriterakan semuanya, dan Rani memahaminya, dalam hal inipun kelihatan Puspa
menyesali tindskan keluarganya sampai bermusuhan dengan keluarga Mami. Dia
sangat menyesal”.
Puspa datang telah menceritakan
semuanya, agar kami, terutama Rani tidak tersinggung terhadap kejadian itu, dam
tidak mendengarnya dari orang lain yang mungkin ingin memperkeruh suasana.
Disini akupun merasa tenang dan mempunyai teman, dan saudara yang menjadi album
keluarga, bercerita sesuatu yang belum aku ketahui, termasuk seluk-beluk puri
ini. Puspa banyak memberi tahu Rami.
Puspa perempuan tegar yang telah
memutuskan untuk tetap hidup sendirian, dan sampai saat ini bertekad akan
membesarkan putranya sendiri. Putranya sudah diangkat anak oleh kakeknya
sehingga dia mempunyai hak yang sama dengan keluarga puri lainnya. Puspa masih
mondar mandir Manado-Denpasar mengurus usahanya, dalam industri Rumah Knock
Down dari pohon kelapa, yang sangat ramai permintaannya dari Luar negeri.
Usahanya saat ini sudah cukup maju. Putranyapun tumbuh sehat di puri, saat ini
sudah kelas tiga Sekolah Dasar.
Puspa memang tumbuh sebagai
perempuan kuat, tegar dan tumbuh sebagai pengusaha tangguh. Dialah yang banyak
memberikan motivasi kepada Rani untuk tetap tegar dan memberikan tip agar
tetapsurvive dalam kehamilan yang mempunyai cirri sama, yaitu dengan ngidam
macam-macam dan aneh-aneh. Hahahaha kok ngidam bisa kompak ya… Apa karena
sama-sama melahirkan keturunan Puri, kata Rani kepada Kanjeng Mami.
Mami senang mendengarnya kalau
itu menjadi dasar keputusan Rani untuk tetap memilih tinggal di Puri. Dan
rupanya bila Rani mau tinggal di Puri Anyer, Puspa juga akan mempertimbangkan
untuk memindahkan base camp usahanya dari Manado ke Puri. Ternyata Rani tidak
cemburu kepada Cokde, karena Rani tahu dari Puspa bahwa Cokde tidak mau menikah
dengan Puspa, Cokde menganggap Puspa adiknya, sudah terbiasa main bersama dari
kecil, sehingga akan lucu bila mereka menjadi suami istri.
Rani ingin menggali lebih banyak
tentang Puspa dan Cokde. Karena ia melihat ada kolaborasi yang unik yang dapat
dilakukan dalam memajukan atau mengembangkan usaha keluwarga menjadi lebih
besar lagi dengan jalinan kerja sama keduanya. Minimal menggabungkan du aide,
dan dua arus manajemen yang berbeda antara keduanya, yang kelihatannya
kedua-duanya berhasil, dan perlu pemgembanngan.
Kondisi ini semakin memicu
keinginan Rani untuk ikut terjun ke bisnis, ikut membantu menangani bisnis
keluarga yang hanya di tangani oleh Kanjeng Mami dan Cokde suamiku. Dengan
kesibukan beliau di kampus saat ini memang tongkat estafet usaha sudah mulai
dipercayakan kepada Yande dan pacarnya, sebagai bibit-bibit pengusaha muda.
Mudah-mudahan mereka dapat mengikuti budaya perusahaan, dan mengikuti gaya
bisnis keluarga ini.
Kanjeng Mami mengingatkan Rani,
agar jangan terlalu drastis dan frontal menceriterakan masalah Puspa ke Cokde,
karena sampai saat ini Mami tahunya Cokde masih memendam dendam terhadap
keluarga Puspa, yang ingin memaksakan Cokde untuk menikahi Puspa. Sampai-sampai
Cokde dengan Puspa tidak bertegur sapa sejak saat itu.
Kelihatannya Rani akan menjadi
perekat kembali kedua keluarga ini, harap Mami. Mami menyuruh Rani untuk
membujuk Rani agar mau datang ke Puri Gading, atau Ke Spa untuk suatu pertemuan
keluarga, sebagai upaya reunifikasi keluarga. Rani menyanggupi akan mencoba
mengundang Puspa untuk datang ke Puri gading, sekedar berbincang bisnis, atau
sekedar memandu rani untuk melaksanakan Yoga hamil, sebagai upaya relaksasi
fikiran, dan raga.
Burung-burung gereja itu masih
asyik saja bercengkerema, mencari semut dan membuat sarangnya saling berkejaran
di atap bale bengong, keleponpun sudah
ludes di piring mengiringi menanjaknya sang surya, tak terasa tempat Rani dan
Kanjeng Mami dudk-duduk sudah kepanasan. Cokdepun rupanya baru saja kembali
dari Timan Agung menikmati segarnya udara laut di pagi hari. Dan ikut nombrung
dalam perbicangan Rani dan kanjeng Mami.
Ranipun menceriterakan
keinginannya untuk mengadakan pertemuan keluarga sambil acara tujuh bulanan
kandungan, yang bermaksud mengadakan reunifikasi keluarga menyatukan keluarga
puri agar menjadi lebih guyub, menyelesaikan silang sengketa yang selama ini
ada. Cokde sangat mendukungnya kalau itu memang merupakan ide dan keputusan
Rani, yang sudah dibicarakan dengan Kanjeng Mami.
Tidak saja kelaurga Puri Kajanan,
keluarga Puri Jambu pun akan kita undang dalam reunifikasi ini. Siapa tahu kita
dapat membangun sebuah korporasi keluarga yang dapat menguasai salah satu
bidang usaha yang menjadi pengikat perusahaan masing-masing keluarga.
Rencanakan saja Rani, Mami yang
akan menjadi sponsornya tentukan saja tempatnya, kalau bisa hitung-hitungannya
tepat dengan tujuh bulanan kandungan kamu, Puspa ada di Bali, sebagai wakil
Puri kajanan, serta kesediaan keluarga di Puri Jambu yang sangat sibuk dengan
usaha tour dan travel nya. Hal ini memang sejak lama menjadi impian Kankeng
Papi, sejal beliau masih sehat dan anak-anak belum berkeluarga dulu.
Mami membisikkan sesuatu
ketelingaku. Dan Ranipun tertawa. Wah kompak ne Mami dengan Cokde. Apa ada
rahasia ne. Nggak kok. Mami hanya membisikkan bahwa apa yang kamu inginkan ini,
sebenarnya sudah merupakan keinginan Kanjeng Papi sejak lama, hanya saja karena
egonya masing-masing orang tua, sehingga tidak sampai terwujud.
Dugaan Mami menjadi semakin kuat
bahwa yang Reinkarnasi di kandungan kamu itu Rani, laki-laki, dan sangat
mungkin Papi mertua kamu yang menjelma kembali menjadi anak kalian, dan cucu
Mami. Mudah-mudahan Mami mampu merawatnya dengan baik bersama kalian, sebagai
sebagian bakti Mami kepada suami.
Matahari
mencapai titik Zenith, dan kamipun melalakukan persembahyangan keluarga di Pura
keluarga siang itu, sebelum makan siang dan persiapan untuk kembali di Puri
Gading. Sungguh hari yang sangat membahagiakan bagi Kanjeng Mami. Rani menjadi
perekat keluarga yang telah lama sedikit retak… semoga semuanya dapat berjalan
dengan baik.
Pondok Betung Maret 2014.
Rani Datang Dengan Reunifikasi
BalasHapus