“MIMPI DE KARMA”
Suasana Vila sekitar studio de-Karma (google.co.id) |
Neni membukakan jendela,
membiarkan angin pagi dan sinar mentari masuk ke studio sehingga badan De Karma
sedikit dijilat matahari. Neni tahu itu kesenanngan De Karma, karena dia
terbiasa melihat majikan yang juga saudara sepupunya itu memang orang yang gila
kerja, tanpa memperhatikan waktu. Tapi malam tadi lain, karena malam tahun
baru. Dia baru pulang ke rumah dengan moge nya hampir lewat tengah malam.
Secangkir kopi kapucino panas
disiapkan Neni dengan sepiring kecil pisang goreng kipas buatannya terhidang di
meja. Perlahan kelihatan De Karma telah bangun.
“Selamat Pagi Neni”
“Selamat Pagi Bli”
“Enak benar tidurku tadi Nen”
Secara otomatis Neni sudah
berdiri di belakang De Karma, sambil memijiti bahu dan punggung De Karma yang
mungkin agak pegal karena tidur kenyenyakan di Sofa. Sambil melek merem De Karma menikmati pijitan Neni setelah
menyerupuk Kopi Kapucino dan sepotong pisang goreng. Tidurku enak sekali Neni.
Aku dibawanya dalam nostalgia yang panjang.
Aku ingat betapa hidup ini indah,
saat aku menjadi anak sedikit bandel dan berandal di saat menempuh sekolah
diluar daerah. Aku di kejar-kejar cewek, ya jadi idola ceritanya. Hanya saja
pesan Bapak aku harus menikah dengan orang se daerah membuat aku terkendali.
Lagipula kerja merupakan tuntutan beliau sebelum menikah. Hahahaha……. Aku
paling ingat saat Sri mengejar nengejar aku. Dia memang cantik, berambut panjang
orang se daerah, tapi aku tak mau menjadi “odipus
complek” walaupun tak tampak di wajahnya, dia bisa merawat wajah karena dia
dokter rajin nge gym dan aktip menari. Aku tak tahan godaan matanya itu…… kau
tahu kan Sri? Ya aku tahu Bli yang baru datang dengan Pak Lurah itu kan Bli. Ya
yaya bagaimana menurut kamu. Sekarangpun dia masih cantik Bli.
Kemudian bagaimana Mawar yang
jinak-jinak merpati itu. Masih muda tapi dia menampakkan kedewasaannya. Walau
dia masih SLTA saat pacaran denganku dia sangat dewasa. Dia telah memikat hati
Bapak dan Meida. Sampai-sampai persetujuan menikah antar orang tuapun telah
dilaksanakan. Hanya saja musibah saat orang tua Mawar terbelit utang karena
kalah judi menyebabkan semuanya berubah. Bapak yang merasakan betapa sulitnya
mencari uang dengan segala usaha sampingannya selain sebagai PNS dan hidup
dengan warisan Meida. Bapak tak mau menalangi utang-utangnya. Iapun
terperangkap Keluarganya Pak Lurah, yang mau membantu akan tetapi Mawar
bersedia menikah dengan anaknya, Pak Lurah sekarang.
Ya kelihatannya Bapak sangat
tidak setuju kalau membiayai kalah judi. Dia seorang PNS yang jujur, pekerja
keras. Disamping kerjanya dia punya sampingan sebagai anggota Permata –
Persatuan makelar Tanah-. Dari sana beliau membiayai aku dan Mangadi sekolah, dengan
doktrin harus selesai sekolah baru memikirkan pasangan.
Mawar kemarin lalu datang menemui
Meida, dia membawakan Bli oleh-oleh yang sangat beli senangi uli ketan merah dan tape ketan hitan. “Aku tidak mau
memakannya Nen, karena Mawar merupakan masa laluku” Iya Bli itu akan lebih
bagus, masak abangku mau kawan dengan janda. Hoohoy…. Teriak kami bersama.
Terus mimpiku disambung dengan
pertemuan ku dengan Souchi, tepatnya Souchi Fukusimha. Gadis Jepang yang lama
aku temani saat dia datang kesini. Dia telah menghancurkan hidupku, dia pulang
menjelang Gempa Sendai dua tahun lalu. Ku kira sesampai di kampungnya di ikut
bersama hanyut diterjang tsunami. Kubaca dari hasil browsing memang daerahnya
merupakan daerah yang terparah kena tsunami.
Ya sudah Nen, enak sekali
pijitanmu. Kamu memang adikku yang paling bisa mengambil hati dan menyenangkan
aku dan Meida. Kamu akan tetap menjadi penerusku dalam usaha ini. Nenipun
memukul punggung De Karma, dan mengambilkan De Karma minum dan pisang
gornagnya. “Ayo Bli diterusim”
Seharusnya Bli saat kita ke
Jepang ngurus bisnis dan pameran seni grafis kemarin, kita mampir dan mencari
tahu keadaan Souchi. Kita tidak boleh menjustise sembarangan, mengatakan dia
telah mengkhianati janjinya, siapa tahu dia hanya sakit, atau bahkan selamat
dan sibuk dengan kesibukan pasca bencana, untuk rehabilitasi atau bahkan sibuk
ngurus keluarganya yang menjadi korban bencana itu. Dia hanya punya seorang adik
laki-laki yang masih kuliah dikotanya. Kedua orang tua nya merupakan pasangan
peneliti yang bekerja di Universitas Sendai.
Iya kenapa ya kita kok tidak
mencarinya ke kampong halamannya. Mungkin karena aku sibuk dengan masalah
bisnis dan kamu Nen sibuk dengan Meida tour ingin menyaksikan Gunung Fuji saat
pepohonan pada kecoklatan di saat musim gugur. Angin yang berhembus kencang
juga memaksa kita tidak bisa sering keluar rumah. Nah kalau memang Tuhan berkehendak Bli menikah sama dia
pasti nanti ketemu.
Waduh Nen, nanti itu kapan. Aku
kan punya waktu hanya tahun ini saja di berikan oleh Meida, kalau aku tak bisa
menikah tahun ini. Berarti………. Kita akan menikah Nen……. “Asyikkkkkkkk” jawab
Neni. Neni aku bukan tak mau
menikahimu, lebih dari itu. Kau kuanggap sudah sebagai adikku sama dengan aku
menganggap Mangadi. Kau kan sudah punya pasangan yang sudah berulang kali
mengajak kamu menikah Nen. Kau menikahlah dengan pacarmu yang ada sekarang. Dia
anak baik. Tapi Bli Karma, keluarga ini jauh diatas segalanya bagi Neni.
Mentari telah meninggi rupanya,
Meida telah kedengaran memanjatkan doa-doa di pura keluarga. De Karma pamit ke
kamar mandi untuk mempersiapkan diri sembahyang. Dan Neni bergegas pergi ke dapur
mempersiapkan makan siang kelaurga. Dia tidak ikutan sembahyang karena lagi
berhalangan. Tape ketan hitam dan kue uli merah oleh-oleh Mawar, di
pinggirkannya untuk tidak dimakan sesuai pesan De Karma.
De Karma kelihatan telah menyusul
Meida ke tempat persembahyangan keluarga untuk sembahyang bersama. Neni
terkejut saat memperhatikan sebuah Koran masih tergeletak di bale Bengong,
sebelum merapikan dia terhenyak melihat profil tokoh yang dimuat disana,
De Karma diulas habis dengan
segala kesuksesan dan riwayat pendidikan dan perjalanan kariernya. Neni
berfikir bahwa ini pasti ulah Dr Sri yang datang beberapa hari lalu ke rumah
untuk mempublikasikannya. Neni tahu persis De Karma sangat tidak senang
publikasi. Dan ternyata apa yang diceritakan De Karma dalam mimpinya baru san,
ada dalam profil tersebut.
Neni
bingung dengan kemampuan wartawan atau nara sumber yang memberikan masukan ke
wartawan itu. Neni bingung De Karma pasti akan marah bila mengetagui dirinya
dipublikasikan oleh Koran local secara gambling begitu. Apa mungkin ini sebagai
jawaban tentang isu dan rumor yang di sebarkan oleh Pak Lurah terhadap De Karma
terkait dengan tuyul itu ya, atau terkait dengan pasungan itu. Akh peduli amat
Neni yakin De Karma akan bisa secara bijaksana menyikapinya.
Puri Gading 5 Perbruari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar