Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 14 Juni 2015

De Karma 6 Pelabuhan Cinta Sri



“PELABUHAN CINTA SRI”


Bunga Sakura Mekar Bersama Cinta Sri
Aku heran, mulanya aku kira Bapak Mandala seorang Bapak yang demokratis, karena dia memberikan kepercayaan penuh kepada anak-anak gadisnya  menuntut ilmu sampai ke luar Pulau, Sri mengambil spesialis nya di Jogyakarta, dan Wanti kakak Sri mengambil pendidikan S2 dan S3 nya di Luar Negeri. Seperti baru saja diceritakannya kepadaku, beliau sangat menyesal dan merasa bersalah dengan kegagalan rumah tangga Sri. Memang aku tahu Sri dijodohkan dengan seorang Arsitek, namanya Sarmana  yang lama belajar di Luar Negeri, bahkan sempat hidup disana untuk beberpa tahu. Hati Pak Mandala hancur, dan merasa bersalah terhadap Sri setelah pengakuan pribadi Sarmana kepadanya, bahwa dia adalah seorang Homo, dan dia tidak mampu menggauli Sri layaknya lelaki normal, sehingga memupus harapan Mandala untuk mendapatkan cucu dari pasangan Sri Sarmana.

Aku tak menyangka kehidupan keluarga Sri demikian, dan aku merasa bersalah telah mengabaikan cintaku, dan aku mengerti kenama Meida tidak merestui kalau aku mencintai Sri. Aku tahu walau ibuku itu memberikan alasan hanya karena perbedaan umurku dengan Sri terpaut beberapa bulan, tak sampai setahun Sri lebih tua dariku. Karena dia hidup di kota makanya ia umur 5 tahun sudah mulai sekolah SD sedangkan aku yang tinggal dikampung yang tidak melewati sekolah TK harus masuk SD setelah umurku tujuh tahun.

Kata Mandala, ayahku adalah teman dekatnya di SMA, bahkan tidak jarang mereka tertarik dengan wanita yang sama. Mereka berteman sangat baik, sampai mereka berdua sama-sama kerja. Orang tuaku menjadi pegawai negeri dan Pak Mandala sebagai seorang pengusaha perhotelan sukses di kota ini. Meraka rupanya sama-sama tertarik dengan wanita yang sama. Rupanya ayahku lebih beruntung mendapatkan gadis itu. Dan gadirs itu adalah Meida, ibuku. Ibuku tak pernah cerita masalah itu, tapi dia tahu bahwa Mandala menaruh hati juga padanya. 

Dari kekecewaan Mandala, karena ayahku duluan menikah, iapun meminta keluarganya untuk menjodohkannnya dengan seorang kerabat. Makanya Mandala akhirnya dinikahkan dengan ibu Nilawati, yang masih kerabatya seorang dokter. Nilawati tidak berumur panjang dia ikut menjadi korban pesawat PAN-AM yang jatuh di lereng utara pegunungan di Bali, beberapa puluh tahun yang lalu. Sehingga Wanti dan Sri dibesarkan oleh orang tua tunggal.  Wanti menikah dengan seorang peneliti berkewarganegaraan Autralia, dengan beberpa anak, mereka hidup disana sama-sama sebagai peneliti.

Aku sangat kasihan kepada Sri, ternyata didalam keceriaannya terdimpan dula lara yang sangat dalam dihatinya. Kenapa dia tidak pernah cerita ya...., kenapa kehidupan keluarganya terlihat sangat harmonis bahkan menurutku tampak luarnya sangat harmonis. Semilir angin sore itu membuat aku tertidur di sofa teras. Rupanya Neni telah menyiapkan aku minum dan snak sore kesukaanku. Secangkir kopi capucino dan tape goreng. Lho kok ada dua cangkir kopi......... aku menjadi bingung sendiri?.

Hampir kuteriak memangngil Neni, kulihat seorang gadis berambut panjang tertidur pulas di kursi goyang sebelahku. Dia nampak kelelahan. Souchi istriku mendekati aku, sitttt jangan berisik, dia baru sekitar 15 menit tertidur disana, setalah aku tinggalkan memanggil Neni mempersiapkan minum. Rupanya dia capek, habis visite pasien di Rumah Sakit Daerah.

Sri kelihatannya capek sekali, dia mau menjemput orang tuanya, dan aku sampaikan bahwa orang tuanya sedang istirahat di kamarnya Karma, maka dia kutemani ngobrol di sebelah kamu yang tertidur pulas.
Mandala walau jarang dia bertandang ke rumah Karma, terlihat seperti orang tua sendiri. Dia menumpang tidur, karena memang dia mempunyai jadwal ketat untuk tidur siang. Itu arahan Sri agar orang tuanya tidak main ayam saja di siang hari dengan tetua kampung, yang memang mempunyai kebiasaan ngadu ayam jago (tajen) disiang bolong. Sambli meneguk kopi yang dihidangkan Neni, Karma menikmati sekali. Kasihan Sri ma, kata Karma kepada istrinya. Makanya kita harus bantu dia. Sahut Souchi,

Ya justru itu aku mau meminta pendapatmu. Mungkin kalian sama sama wanita mempunyai perasaan yang sama. Sehingga mencari solusinya bisa bersifat feminim, kataku. Yah nanti kita bicarakan setelah mereka pulang. Jangan ayo kita pindah saja ke Bele bengong kataku. Kita bicarakan disana.

Perbincangan dilanjutkan di Bale Bengong antara aku dan istriku. Kuceritakan bahwa saat ini status Sri sebenarnya sudah janda, dia bercerai dengan suaminya dengan kebaikan mereka bersama. Suami Sri tidak normal, dia seorang bisexual yang sangat di benci oleh Sri. Suami yang sebenarnya merupakan pilihan Mandala itu, yang berinisiatif untuk bercerai, walaupun Sri ingin memper tahankan rumah tangganya. Mandala marah besar dia kembalikan secara adat Sarmana kekeluarganya.  Karena status Sarmana sebagai sentana, mengingat anak Mandala keduanya wanita, Wanti dan Sri. Wanti sudah keluar menikah tinggallah Sri yang akan meneruskan keluarga itu.

Menurut Mandala, Sri telah memohon agar orang tuanya merestui pernikahannya dengan pria pilihannya. Pilihannya dan hubungannya itu yang membuat Mandala sedikit marah. Pertama Sri akan menikah dengan pria, ekpatriat sama dengan Wanti. Tapi Sri belum menyatakan bahwa pria itu asli mana. Kedua Sri mengatakan bahwa dia telah terlambat datang bulan, karena sudah terlalu jauh berhubungan dengan pria itu.

Dia memberikan alasan, bahwa pria itu sangat baik, dia sangat dewasa, seorang berpendidikan dan sekarang menjadi seorang pengusaha yang mondar-mandir ke Indonesia. Meraka bertema saat beberapa kali ketemu sama-sama diperjalanan, lalu saling kunjungi di Luar Negeri terus jatuh cinta. Alasan Sri, walaupun ayahnya tidak menyetujui pernikahannya dengan pria itu dia akan terus merawat janinnya sebagai penerus trah Mandala. Itu yang menjadikan Manda kaget, kok sejauh itu pikirannya. Memang kalau wanita itu melahirkan di rumah orangtuanya, maka anaknya akan menjadi akhliwaris Mandala.

“Kalau aku, sangat menyetujui bila Sri menikah kembali, karena dia masih muda, sibuk sangat memerlukan tempat curahan hati, untuk sharing membagi suka dan dukanya”

Ya itu memang mau aku katakan kepada Mandala tadi, tetapi aku belum berani memutuskan karena aku belum tahu siapa pria yang menjadi calon suami Sri, makanya aku meinta waktu untuk mempelajarinya. Aku berjanji akan datang bersama keluarga bersilaturahmi ke rumah Mandala bila aku sudah siapkan penadangan dan pendapatku.

Hahahahahaha Shouchi istri ku tertawa sambil menutup mulutnya, seperti ciri khas ketawanya wanita Jepang. Bli Karma Bli Karma katanya. “Kamu belum tahu rupanya siapa pria tersebut, sehingga kau belum mau memberikan jawaban”

Kata Sri tadi saat ngobrol bersamaku, kata Souchi bahwa  calon suaminya adalah seorang putra Jepang. Wah aku senang karena aku akan mempunyai teman diskusi, sama sama orang Jepang. Dia malah banyak menanyakan hal-hal yang menjadi kebiasaan lelaki Jepang. Aku beritahu sejauh yang aku tau. Dan Sri kelihatannya manggut-manggut saja menyetujui apa yang aku ucapkan.

Wah jangan-jangan..... Kataku kepada Souchi.
Jangan jangan apa? Kata Souchi.
Aku curiga jangan jangan Sri berhubungan dengan Souchita. Kenapa dia mengarahkan Mandala untuk berdiskusi padaku. Kenapa dia curhat tentang prianya kepada Souchi. Wah bisa gawat ini. Masak sih bisa. Kan Souchita adikku itu lebih muda dari Sri, apa Sri mau dengan dia orangnya katrok itu adikku, belum pernah kenal wanita. Kata Souchi.

“Kalau iya bagaimana?” suara dari belakang kami, ternyata suara Sri. Rupanya Sri sudah bangun dan diam-diam ikut memperhatikan percakapan kami berdua. Sripun melanjutkan. Memang laki-laki itu adalah Souchita. Dia yang membantu aku saat sedang mendapatkan kesempatan memberikan pengalaman kami dalam membangkitkan serta menentramkan hati masyarakat pasca gempabumi Fukushima. Kami sharing pengalaman yang dulu kita lakukan di Jogyakarta saat gempa tahun 2006. 

Dari kebersamaan itulah kami saling memperhatian dan saling jatuh cinta. Souchita katanya sudah mendapat restu dari kakaknya untuk segera menikah.  Jadi menurut firasatku, pasti kalian berdua sudah merestuai Souchita untuk menikah. Wanita itu adalah aku, Bli Karma dan Mbok Souchi.

Meraka berdua kelihatannya kompak geleng-geleng kepala sambil garuk-garuk kepala. “Nah kalau itu aku setuju Sri” kata Karma. “Hehehe jangan asal setuju saja, Karma kan sudah menjadi keluargaku juga kenapa kau tak meminta pendapatku Karma” sahut Souchi. Aku tahu kau pasti akan menyetujui. Masalah keturunan, masalah perusahaan, masalah tempat tinggal bisa kita rundingkan hehehe bisa kalian Sri dan Souchita rembugan bersama, tentu dengan Souchi..

Souchi sangat menghargai pendapat suaminya Karma, dia tidak akan memprotes kalau suami sudah memutuskan. Dia sudah melebihi perempuan Bali setianya terhadap suami, terutama dalam pendapat kelaurga, Perut Souchi yang sudah hamil anak ke dua Karma kelihatannya berontak mengikuti perbincangan kami. “Nah ini akakku saka kelihatannya senang kalau om nya segera menikah”. Kata Souchi sambil mengelus perutnya, sembai membaca message yang masuk ke bbm nya.

Rupanya dari adiknya Souchita yang mengabarkan dalam waktu dekat dia akan datang ke Bali, untuk suatu urusan. Sri pamit pergi ke rumah dimana Mandala tidur siang, karena sudah mendekati waktunya bangun. Dia harus ada di sana seperti janjinya tadi pagi sebelum Mandala pergi.

Momen ini harus kita laksanakan dengan baik kata Karma kepada Istrinya. Sebelum Souchita datang, aku harus sudah memberikan pendapat kepada Mandala dan menyampaikannya sedemikian rupa agar dia jangan sampai menganggap ini rekayasa keluarga. Besok sore kita akan pergi ke rumag Sri bersama Meida, Souchita dan Neni. Aku akan memberikan masukanku kepada Mandala, setuju dan tidaknya aku terhadap dia memilih menantu asing lagi, tidak merupakan penjodohan seperti pernikahan Sri sebelumnya.

Mandala benar saja, setelah dihampiri Sri sudah bangun dari tidurnya. Dia sudah minum teh sore dengan tape goreng yang disediakan Neni. Sebelum mereka pulang kukatakan bahwa besok sore, aku akan datang menemui Mandala di rumahnya, dan memberikan masukan yang dia janjikan.

“Jangan lupa ajak Meuda ibumu datang kerumah”  kata Mandala sambil naik ke mobilnya Sri. “Oke astungkara Pak” jawabku sambil melambaikan tangan mengikuti pergerakan mobil Mercy merahnya Sri meninggalkan halaman rumahku. 

Ternyata memang sangat rumit fikiranku, aku harus yakinkan ma. Nanti malam aku harus Skype an dengan Souchita aku tanyakan keseriusannya, jangan sampai dia main-main sama keluarga Sri. Nanti kita menjadi tidak enak dengan keluarganya.

“Bagaimana nggak serius Bli Karma, wong Sri nya sudah hamil. Tak usah banyak rundingan kita harus selamatkan keluarga-keluarga ini”

Ya kita harus segera berbuat, ternyata Sri akan menjadi ipar kita ma.......... Perbincangan kami selesai dengan datangnya Sandikala, Meida rupanya datang dari kampung. Sudah dibenahi bawaannya oleh Neni. Kami menghampir Meida, dan melanjutkan dengan menikmati makan malam bersama, menikmati lawar yang dibawa Meida dari kampung. 

====
Pondok Betung, Bintari, 15 Mei 2015