Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 26 Juli 2015

de Karma 7: Sri Menemukan Kebahagiaan



“KEBAHAGIAAN SRI”


Cinta Sri Bersemi seperti bunga Anggrek
Senja telah mulai merona , burung-burung telah mulai beterbangan menyambar nyamuk-nyamuk di udara bersama kelelawar yang banyak hidup di sekitar studionya Karma. Dia kelihatannya  masih menikmati tidurnya di kursi malas, sedangkan Sri baru kutinggal menyiapkan minuman dan santapan ringan malah ikut tertidur di sofa, dekat Karma suamiku tidur.
Sri baru saja datang, dia agak bĂȘte di rumahnya. Namanya juga penganten baru. Suaminya masih tertinggal di Singapura ada sedikit urusan bisnis katanya. Mungkin dia capek karena pesawatnya tertunda beberapa hari disana tak bisa mendarat di Ngurah Rai karena tutupan debu erupsi Gunung Raung. Sri sejatinya sekarang adik iparku. Aku ikut berbahagia melihat dia hamil, mungkin kepulangannya juga untuk acara tujuh bulanan kandungannya, atau untuk persiapan melahirkan disini.
Kuhidangkan sepiring tape Bondowoso panggang keju, dengan kopi capucino. Karena aroma kopi yang aduhai, Karma menjadi terbangun dari tidurnya. Dia terkaget melihat Sri tidur pulas di sebelahnya. Aku sempat selimuti dia dengan sebuah kain pantai biar tidurnya tidak terlalu banyak angin.
Tadi saat Sri datang, dia menanyakan lagu yang Karma stel sambil tiduran. Lagu itu ku tahu dulu di beli Karma saat kami pergi urusan bisnisnya Karma di Jakarta. Tepatnya di sebuah took kaset di dekat Kota Lama, hehehe maksudku Kota Tua. Itu dia beli setelah mendengarkan sebuah lagu yang agak nge beet, dengan hentakan drum yang sangat rancak.
Setelah terbangun dan mencicipi kopi yang ku siapkan Karma, menyetel lagu itu kembali. Liriknya sangat pas kata Sri.
…… Sepuluh tahun membeku, hati beku bagai salju;
yang dulu mati membeku kini hidup bergelora; dan seterusnya
…..Bersemilah bersemilah bersemilah ditubuhku;
Kau penolong jiwa raga, walau kau cinta kedua
Betapa hidupku rugi bila hati beku mati
Nikmat cinta tak kumiliki, aduhai betapa rugi
Sebagai insan biasa, nikmat hidup punya cinta.
Dug..dug..dug dududug ………. Itu kendangnya terus menggema.
“Bli Karma, itu lagu tadi ditanyakan Sri, apa nama lagunya, dan siapa nama penyanyinya”
“Oh itu, itu kaset yang ku beli di dekat Kola Lama, saat bersama kita ke Jakarta beberapa bulan lalu”
Itu lagunya bernama Bersemilah, di daur ulang oleh Band anak muda, penyanyinya Zillo dari d’Matrix. Sambil mematikan kaset itu, Karma meneruskan menikmati Tape Panggang keju yang kusiapkan. Dia sangat menikmati dan memuji ku. Entah itu memang dia sangat senang atau hanya sekedar basa basi. Tapi aku tak memerdulikannya, karena memang aku sangat suka pujiannya.
Aku ambil sebuah piring kecil aku ikut menikmatinya tape panggang itu. Hanya saja aku tak suka kopi aku telah siapkan juga the hijau kegemaranku. Aku menemani suamiku yang memang kelihatannya sangat bahagia hari ini. Projeknya baru selesai, desain yang dia buat untuk sebuah produk kecantikan ternama di terima dengan penuh apresiasi, walau nuansa Asia sangat kental dalam desain kemasan yang dia buat. Aku tahu karena beberapa hari lalu dia meminta penilaian aku untuk rancangannya.
Beberapa prin out desain dengan berbagai pilihan warna masih rapi bertumpuk di meja sebelah suamiku tertidur, di dekat tape rekoreder jinjing yang dia pakai memutar lagu ……bersemilah Zillo. Kuperhatikan suamiku sangat menikmati snak sore yang kusuguhkan, rambutnya yang gondrong menjadi tidak rapi ditiup angina sore itu. Kuperjatikan rambut suamiku mirip Kitaro. Seniman Jepang yang mendunia itu. Cepat sekali hampir tiga potong tape panggang keju dilahapnya, kopi kapucinopun hanya tertinggal sepertiganya.
Diapun menanyakan Sri, “Apakah sudah lama dia datang?, Kok aku biarkan dia tertidur di lua” . Aku bilang dia mungkin sangat kecapekan baru semalam sampai dari Singapura, sore ini dia mampir karena bĂȘte di rumah. Ayahnya Sri pergi ngadu ayam menjelang siang sudah berangkat dengan teman-temannya, kata Sri.
“Memang kelihatannya, dia sangat pulas tidurnya”. Kasihan dia kelihatannya capek, walau di raut mukanya kulihat kebahagiaan taka ada tara. Dia beruntung mendapatkan suami, pada saat yang tepat, saat umurnya masih produktif. Dia menjanda saat yang tepat menjelang Posdok nya di Jepang. Dia bertemu orang yang tepat. Itu secara beruntun kuucapkan dengan lirih ketelinga suami kua.
“Diapun seperti kita menjadi pasangan yang tepat, dan mempunyai ipar yang baik seperti kita”
“Hahahahahahahahaha” tawa kami tak tertahan, secara bersamaan sampai membangunkan Sri dari tidurnya. Diapun ikut tertawa. “Aduh kalian memang pasangan yang sangat berbahagia” kata Sri lirih sambil membenahi duduknya.
“Aku tertidur pulas, aku sampai bermimpi indah” kata Sri.
Makanya kami biarkan Sri tidur, dan menikmati tidur dengan pulas. Walau tidur di Sofa. Lagu yang kau putar tadi Karma yang sangat berkesan di hatiku, ujar Sri. Oh itu ku pencet lagi tombol ‘on’ tape itu, dan mengalunlah beet-beet indah gendang mengiringi suara Zillo, itu lagu pernah dipopulerkan Mukhsin Alatas, sekarang di daur ulang, atau di rearrange atau di aransemen ulang biar lebih anak muda, dibawakan oleh Zillo itu, vokalis d’Matrix.
Memang lagu itu lagu kesukaan Karma, dia akan putar berulang, karena telah deprogram dan rekam ulang, sehingga dapat deprogram diputar 30 menit atau beberapa menit yang  disukai. Kamu boleh bawa nanti aku siapkan dalam flashdisk Sri, kau bisa mengulang memutarnya di mobil atau di rumah.
Terima kasih Karma. Maaf aku tertidur di dekatmu tadi, maaf Souchi aku tak sengaja tertidur di sofa dekat suamimu De Karma. “Akh nggak apa-apa, aku tak mungkin cemburu, kau kan sekarang telah menjadi anggota keluarga kami, Ayo nikmati tape panggangnya, minumnya kopi atau the hijau?” kata Souchi.
“Biarkan sesekali aku minum kopi kapucino dan mencicipi tape panggang keju ini Suchi” jawab Sri.
Souchi menydorkan sepiring kecil tape panggang dan secangkir kopi kapucino ke dekat Sri. Silahkan.
Merakapun melewatkan sore itu dengan sangat akrab. Memang Sri dan Karma dua sahabat lama yang sudah sangat saling kenal, hanya saja Karma tidak menanggapi cinta Sri. Dia sangat megang prinsip. Dia tidak mau terlanjur mencintai Sri karena dia lebih tua sedikit, serta kedua orang tua mereka awalnya sahabat, namun belakangan dalam perjalanannya agak renggang. Biasa kalau sahabat yang terlalu akrab, maka renganggnya juga awet. Itu ku ketahui dari Ayahnya Sri.
“Sri, kulihat kamu sangat bahagia, dalam kondisi tertidurpun kamu kelihatan sangat bahagia”
“Ya memang, aku bahagia, persis seperti syair lagu itu yang kualami Karma”
Sri baru menemukan kebahagian, setalah sepuluh tahun lebih berkeluargakan seorang gay, yang lebih mencintai sesame lelaki daripada mencintai istrinya. Hatinya sakit, betapa tidak suaminya didepan mata istrinya terkadang bercumbu dengans sesamanya dengan tdiak malu malu. Drngan penuh keberanian dan merobek dinding tabu, dia ungkapkan kondisinya kepada orang tuanya. Pada awalnya ayah Sri memang tidak percaya, karena menganggap anak gadisnya aman-aman saja dengan suaminya terdahulu. Itu Sri lakukan semata-mata tidak ingin menyakiti hati orang taunya, biarlah hati dia yang sakit.
PAda akhirnya asap tidak bisa selamanya ditutupi pada akhirnya akan ketahuan pula. Saat suaminya mesra dengan teman lelakinya ayah Sri memergokinya. Saat itlah Sri menenangkan ayahnya serta dengan hato-hati menyampaikan kondisi sebenarnya, serta mengemukakan maksud bercerai dengan suaminya.
Walau ayahnya marah besar dengan penuh penyesalan, Sri tetap menenangkannya. Sri tidak mau membuka lebar aib keluarga itu, karena pernikahan Sri merupakan perkdohan yang dilakukan ayahnya, semat-mata karena dia ingin segera mempunyai cucu dalam. Ayahnya merasa menyesal sehingga pelariannya berjudi, adu ayam atau tajen.
Harapan kami –kata Sri- dengan kehamilanku ini, ayah akan mulai mengurangi ke’gila’annya berjudi tajen. Beliau pasti akan senang dengan anak yang aku kandung, cucunya. Hasil USG dia laki-laki. AKu merencanakan melahirkan di sini saja. Kebetulan bulan lalu semua laporan projek posdok ku, sudah selesai. Semuanya tentang penyakit endemic tropis, demam berdarah dan malaria.
Sri minta Karma dan Souchi mendisain acara tujuh bulanan Sri. Dia minta agar mempunyai nuansa internasional. Karena Sri dan Suami merencanakan mengundang teman-temannya kerumah yang belum sempat datang saat resepsi pernikahan terdahulu. Khususnya teman-teman bisnis suaminya yang sudah menyatakan akan hadir kalau diundang, demikian juga teman-temannya di IDI yang belum sempat kenal dengan pasangan ini.
Duh bahagianya. “Kami berdua, mewakili keluarga besar de Karma juga ikut berbahagia Sri” kata De Karma. Adikku akan kupanggil pulang dari Dili, agar membawa jeruk Timtim untuk pesta itu. M<erupakan varietas unggul yang rasanya beda dengan jeruk disini.
Sore telah menjelang senja, dan malam haripun tiba. Karma memutar kembali lagu Zillo d’ Matrik maka bergemalah beet-beet drum gaya anak muda mengirinyi lagu melayu lawas,
….. yang dulu mati membeku kini hidup bergelora…….
………betapa hidupku rugi, bila cinta tak kumiliki…….
………sebagai insan biasa nikmat hidup punya cinta…….
Ku teriakkan sambil mengawali musiknya. Selamat Sore Sri.
Puri Gading, akhir Juli 2015