“DEKARMA, TUYUL DALAM PASUNGAN”
Kampung Menuju Rumah de Karma |
Pagi itu cerah sekali. Burung ‘cerucuk’
sangat ramai, mereka girang bercanda satu sama lainnya. Sinar mentari menerobos
dedaunan yang tumbuh rindang di halaman
dan taman rumah De Karma, sebuah pemandangan dan suasana alami yang dia nikmati
setiap pagi. Sangat asri taman-taman yang menjadi sekat satu bangunan dengan
bangunan lainnya, yang berkonsep villa, Disana setiap hari De Karma mengasingkan
diri, sehingga banyak omongan yang negatif dan miring ditujukan kepada nya.
Seperti pagi itu di pasar Maida,
ibnda De Karma, sampai malu dan pulang dengan belanjaan sedapatnya, karena
mendengar omongan langsung dari orang-orang dipasar. Mereka mengatakan keluarga
Maida memelihara tuyullah, mereka mengatakan Maida memelihara Brerong lah,
sehingga dia bisa hidup dengan lebih ‘mewah’ d\kebanding dengan orang-orang
sekitarnya. Padahal Maida seorang janda yang sudah lama di tinggal Danu
almarhum. Danu almarhum suami Maida meninggalkannya mati dengan dua anak De
Karma dan Mangadi. Sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sukses
sekolahnya.