Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Jumat, 21 November 2014

de Karma -1 : de Karma, Tuyul dalam Pasungan



“DEKARMA, TUYUL DALAM PASUNGAN”

Kampung Menuju Rumah de Karma
Pagi itu cerah sekali. Burung ‘cerucuk’ sangat ramai, mereka girang bercanda satu sama lainnya. Sinar mentari menerobos dedaunan yang tumbuh rindang  di halaman dan taman rumah De Karma, sebuah pemandangan dan suasana alami yang dia nikmati setiap pagi. Sangat asri taman-taman yang menjadi sekat satu bangunan dengan bangunan lainnya, yang berkonsep villa, Disana setiap hari De Karma mengasingkan diri, sehingga banyak omongan yang negatif dan miring ditujukan kepada nya. 

Seperti pagi itu di pasar Maida, ibnda De Karma, sampai malu dan pulang dengan belanjaan sedapatnya, karena mendengar omongan langsung dari orang-orang dipasar. Mereka mengatakan keluarga Maida memelihara tuyullah, mereka mengatakan Maida memelihara Brerong lah, sehingga dia bisa hidup dengan lebih ‘mewah’ d\kebanding dengan orang-orang sekitarnya. Padahal Maida seorang janda yang sudah lama di tinggal Danu almarhum. Danu almarhum suami Maida meninggalkannya mati dengan dua anak De Karma dan Mangadi. Sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sukses sekolahnya.


Maida memang perempuan desa, yang tidak tamat sekolah rakyat, namun dengan kemauannya belajar sambil menunggui anak-anak mereka belajar akhirnya mempunyai pengetahuan luas. Waktu menunggi putra-putrinya belajar dia gunakan untuk membaca buku, dan dia tidak segan menanyakan hal-hal yang dia tidak tahu kepada anak-anaknya. Sehingga bila bertemu dengannya kita tidak akan menyangka bahwa Maida, tidak tamat Sekolah Rakyat. Dia berbahasa Indonesia dengan baik, sedikit mengerti Bahasa Inggris.

Sepulang Maida dari pasar, dirumahnya telah manunggu empat orang tamu, dua berseragam kelurahan dan dua lagi wanita , stau setengah baya dan satunya masih muda. 

“Selamat Pagi, Bapak dan Ibu-ibu”, sapa Maida kepada tamunya. Ada apa ya Pak Lurah tumben mampir ke pondak Ibu, bersama tamu wanita lagi, membuat hati ibu senang dikunjungi banyak tamu. 

Pak Lurah menjelaskan maksud kedatangannya terkait dengan kabar yang sedang ramai di masyarakat, yang mangabarkan bahwa Maida memelihara tuyul, memelihata Bererong, serta ada seorang anggota keluarga Maida yang di pasung di dalam rumah ini. Maida menjelaskan bahwa ia di dalam rumah ini hanya hidup bertiga, bersama satu anaknya Dekarma, dan Neni keponakan dari suaminya, yang menemani dia sehari-hari. Neni saat ini sedang pergi sekolah, dan Dekarma, kalau pagi begini sedang kerja. Setelah siangan sekitar sejam lagi jam 11 00 dia akan istirahat, sarapan, biasa dia hanya sarapan roti dan jus buah saja. Ini Ibu beli buah dapat sedikit tadi di pasar.

Kita ngobrol dulu disini, sambil menunggu jam 11 nanti Ibu antar ke kantornya Dekarma. Ke empat tamunya agak kebingungan. Dekarma pergi ke kantor? Kata mereka secara bersamaan. Iya tapi kanornya tidak jauh, nanti ibu antarkan. Bapak dan Ibu silahkan minum, bapak dan ibu ambil saja di tempatnya yang tersedia di samping bapak ini. Biasa tamu ibu pilih sendiri, minuman kesukaannya, bapak mau soft drink atau bikin kopi silahkan. Disebelah mereka bertemu memang ada mini bar yang lengkap dengan lemari minuman dingin, serta sebuah cofee make, yang siap dipencet dan pilih minuman yang disukai.

Wah kami tak nyangkan Maida memiliki peralatan yang sangat modern, di dalam perumahannya yang sederhana, hanya asri dengan halaman yang luas. Merekapun terus ngobrol, menunggu jam 11, sambil menikmati minuman yang tersedia bersama roti kering yang ada di atas toples. 

Beginilah Bapak dan Ibu, semenjak anak kami Mangadi diboyong suaminya ke Timor Leste, kami mengurus diri sendiri. Tapi lebih banyak diurus Dekarma, dia lebih banyak belanja online. Mangadi mengikuti suaminya yang Insinyur Perminyakan, bekerja pada sebuah perusahaan minyak di Timor Leste, bersama temannya orang setempat yang sama-sama menempuh pendidikan di UPN Jogyakarta dulu. Suaminya Mangadi, Kamajaya orang yang sangat ibu kenal, dia temannya Dekarma sejak SMA dulu. Dia sangat senang berburu tupai sama suami saya saat saat liburan sekolah dulu. 

Meme ( mama ) dengar Mangadi juga dapat memakai ijazahnya disana, dia seorang Arsitek, meme dengar dia sudah Master Teknik, disana dibuatkan sebuah Biro Arsitek oleh suaminya agar tidak kesepian selama ditinggal pergi ke lepas pantai, maklum kerja suaminya lebih banyak dilapangan mengawasi kerja pengeboran langsung.

Anakku lanang, Dekarma sampai saat ini masih membujang walau umurnya sudah hampir 30 tahun, dia asyik dengan karir mandirinya. Dia tidak pernah mau bekerja pada orang lain, jadi buruh katanya dia tak mau, dia membuat perusahaan sendiri, yang dia kendalikan sendiri dari kantornya, meme dengar sih karyawannya tidak banyak hanya sekitar dua puluh orang, itupun lebih banyak mahasiswanya. Tapi meme tak pernah lihat itu karyawnnya. Akh meme tak mau bicara banyak, nanti Bapak-Ibu sekalian yang nany yang bersangkutan, kata meme.

“lho memangnya kantor Dekarma, dimana Me” tanya Pak Lurah.
“Hehehehe bukan kantor sih, tapi tempat kerja, ya kalau ibu lihat mirip kantor, dia terbiasa mengadakan rapat juga disana” jawab Maida. Sambil mempersilahkan tamunya mengikuti dia menuju kantor Dekarma. Kantor Dekarma rupanya merupakan bagian dari rumah keluarga ini, hanya adanya di bagian belakang. Sebuah komplek yang asri, dengan taman yang menghubungkan satu bangunan ke bangunan lainnya, lengkap dengan tancapan antena.

Sebelum tamunya tiba, Dekarma juga sebenarnya sudah melihat kedatangan tamunya melalui layar monitor di ruangannya, karena semua sudut rumahnya sudah dilengkapi dengan camere cctv, yang terintegrasi. Dekarma menyambut kedatangan tamunya dengan ramah.

Bahkan saat salaman Dengan DR Sri, dia berpelukan sangat lama. Kamu Made Karma, aduh aku pangling de sama kamu, sekarang itu lho brewok kamu sangat menawan kontras dengan kulit putihmu de. Rambutmu masih gondrong sama seperti yang aku kenal sepuluh tahun lalu saat aku ambil Doktor Psikologi dan kau masih jadi mahasiswa di ISI. 

Bu Sri sangat kecewa dengan pak Lurah yang sedianya akan menengok dan mengecek seorang warganya yang diisukan dipasung dan memiliki ilmu hitam, untuk mengumpulkan kekayaan. Ternyata dia orang yang sangat dia kenal dan pernah dia kagumi saat masih sekolah. Hanya saja Dekarma, lebih muda enam tahun darinya, mengakibatkan Sri menahan naluri cintanya terhadap Dekarma. Ia yang membantu saya saat ujian kami baik tertutup, maupun ujian terbuka dengan animasinya yang sangat apik. Sampai sekarang masih aku simpan di ruang kerjaku de, kapan kamu main ke tempatku, nanti ku kenalkan dengan suamiku,

Pak Lurah diam saja tertunduk, rupanya dia telah blunder mempercayai issu yang dihembuskan beberapa warganya yang mengatakan bahwa di rumah Maida ada warga yang dipasung. Rupanya yang dimaksud Dekarma, yang lebih banyak bekerja dari pada keluar rumah, karena rumahnya merupakan kantornya. Dari sana Pak Lurah melihat bagaimana efektifnya dia mengumpulkan uang, mengomando karyawannya dan memberikan penghasilan tambahan kepada beberapa mahasiswa yang kesulitan biaya, dia ajak menjadi tenaga lepas dan dibimbing keterampilannya membuat animasi, produk desain, flyer, dan produk design creatif lainnya untuk film animasi, kemasan produk, iklan, maupun brosur.

Konsumen Dekarma sudah tersebar keseantero dunia. Kulihat beberapa produk kecantikan Eropah, perusahaan fim animasi Jepang dan puluhan produk kemasan lainnya yang perusahannya tersebar antara Tokyo, Beijing, Bangkok, Singapura, KL dan tentu saja dalam negeri dan Negera Kangguru. “Aku salut sama kamu de, kamu sangat kreatif” Kata Dr Sri. “Hanya kau kurang kreatif nyari pasangan de” kata Sri lagi. Hahahahahaha meledaklah tawa semuanya, mendengar candaan Dr Sri siang itu.

Burung cerucuk kelihatan sudah mulai berkurang kicauannya, tinggal burung punglor yang genit masih tak henti hentinya ngeriwik di sekitar pertemuan tamu-tamau itu. Siang itu terdengar panggilan seorang wanita dari sebuah bangunan. “Me kesana me kelihatannya Mangadi memanggil mungkin mau ngobrol sama Meme” ucap Dekarma sama ibunya, mendengar panggilan skype dari adiknya lewat ruang telekonference. “Saya pamit dulu, mungkin Mangadi ada perlu” ucap Maida sambil bergegas menuju ruangan konferensi.

Iya beginilah cara saya bekerja Pak Lurah, Bu Sri. Saya orang bebas tidak mau menjadi orang upahan, jadi membuat usaha sendiri, sambil menemani ibu, yang sudah ditinggal ayah sejak aku masih belum tamat Magister ku di ISI Jogya. Dr Sri maupun suaminya Mangadi semuanya teman kami seperjuangan di Jogya. Dengan kegiatan ini, maafkanlah keluarga kami jadi kelihatan menutup diri. Tapi sebenarnya tidak. Kalau ada anak desa ini yang sekolah di SMK Komputer, Informatika atau dari SMK Seni, silahkan bergabung dengan kami. Mau kerja di rumahnya masing-masing silahkan, nanti kami berikan modal awal sebuah komputer dan jaringan internet, serta ide-ide kreatif lainnya, sampai dia bisa mandiri.

Bulan lalu kami melepas dua orang karyawan kami untuk mandiri, sebagai cabang perusahaan ini, aku buatkan cyber office ditempatnya, dengan modal seratus jutaan. Itu penghargaan kami terhadap anak-anak yang berhasil. Kata-kata dipasung sebenarnya itu diawali oleh adikku sendiri, Mangadi yang mengatakan abangnya ini terpasung, karena membenamkan diri di kantor ini saja. Semua perlengkapan dan kebutuhan ibu, juga lebih banyak aku pesan via online saja.

“Oh itu, maksudanya di pasung ya, terus kalau tuyul dan brerong itu?” tanya pak Lurah. “Akh itu sih bisa-bisanya masyarakat  saja yang mengatakan begitu dengan melihat seringnya orang datang membawa kiriman pesananku, dari komputer dan kebutuhan perlengkapan jaringanku, kebutuhan sehari-hari yang aku pesan via internet. “Terus uangnya bagaimana” selidik pak lurah lagi. Masalah uang aku tak pernah melihat uangku ada berapa di rekening giro ku, karena semua tansaksi ada catatannya, demikian juga belanja online ku lakukan hanya dengan mobile banking. Pajakpun aku tak pernah menunggak. Bukan menyombongkan diri karenma memang begitu adanya.

Ya rupanya Pak Lurah enggak mudeng dengan apa yang dijelaskan oleh Dekarma terkait dengan perusahaan cybernya yang bergerak dalam jasa  art creatif design. tepatnya desain grafis.  Dia lebih bingung dengan beberapa moge yang nangkring di sebuah garasi di sudut komplek kantornya, hehehe kompek rumahnya, karena kantor dia sebenarnya lebih cocok disebut rumah, yang dilengkapi dengan peralatan komputer lengkap dengan sistem jaringan cctv, sport villa, kolam renang, dan kebun binatang =tepatnya kandang burung-burung-, dengan aneka kembang yang dirawat apik oleh Maida dengan ponakannya Neni, sehingga membuat betah orang yang berkunjung kesana.

Pertemuan kami siang itu, kami akhiri dengan makan bersama setalah pesanan Bakmi dan nasi Goreng yang dipesan Dekarma datang. Kami dengan Pak Lurah, Pegawai kelurahan dan asistenku yang lebih banyak bengong mendengar penjelasan Dekarma, pulang dengan perasaan kecewa, karena kami telah terkecoh dengan laporan pak Lurah ke yayasan kami yang memang merawat dan merehabilitasi jiwa masyarakat yang mendapat gangguan kejiwaan. Tapi aku juga senang bertemu orang yang pernah aku kagumi beberapa tahun yang lalu, sekarang telah menjadi orang sukses dalam usaha dan menghidupi banyak orang, hanya saja dia belum menemukan pasangannya, seperti harapan Maida yang sudah lama mengharapkan punya mantu dan cucu dari Dekarma sebagai mantu dan cucu dalam.

Sore itupun kami meninggalkan kampungnya Dekarma, kembali dengan perasaan berbungabunga di tengah kekecewaan kerja Lurah yang tidak baik. Ku pacu perlahan mobilku sambil menikmati rona jingga diufuk barat yang ku saksikan lewat kaca spion, karena perjalanan pulang kami lebih banyak mengarah ketimur. Selamat Sore Dekarma, aku teringat pelukanmua, masih saja seperti pelukan yang dulu, hangat dan menggairahkan”

Bintaro, 22 Nopember 2014



1 komentar:

  1. Menarik nih..misteri Tuyul...kabarnyd di Jawa ada yang jualan tuyul......

    BalasHapus