Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 17 April 2014

Rani-17 : Melahirkan Alami di Kolam Air Hangat



“RANI MELAHIRKAN ALAMI DI KOLAM AIR HANGAT”

Suasana Sungai Gangga Benares (www.google.com)
Aku telah curiga sejak istriku Rani ngidamnya aneh-aneh, melakukan yoga selama kehamilannya serta sering minta menyendiri di Puri Anyer, bisa-bisa pada saat melahirkan akan mempunyai keinginan yang nyeleneh.  Demikian pula saat kehamilannya delapan bulan tiba-tiba mempunyai keinginan untuk pergi ke Veranasi atau Benares, keinginan yang tak bisa dibendung, hanya karena ingin berendam di Sungai Gangga. Dia meyakini, dengan berendam di Sungai Gangga sungai yang dianggap suci maka dia akan dipermudah dalam persalinan, serta anaknya telah mengalami ruwatan sebelum lahir kedunia. Ada-ada saja Rani ini. Kanjeng Mami sangat menyetujui keinginan Rani itu, padahal aku takut jangan-jangan Rani melahirkan di Benares. Negerinya Sarukh Khan, dan Gurukul Amitab Bachan. Kata Kanjeng Mami saat mengidamkan aku, dia juga tak bisa dibendung keinginannya untuk mengunjungi Halong Bay di Viet Nam padahal saat itu Viet Nam belum seaman sekarang.

Apa jawab Rani. "Biarin", kalau  aku melahirkan disana akan menjadikan aku sangat berbahagia”, dan secara medis juga tidak apa-apa kalau melakukan perjalanan pada kehamilan memasuki bulan ke delapan. Tapi aku tetap saja was-was. Aku seorang dokter, tapi tetap saja tak yakin dengan literatur yang kubaca bahwa seumur kehamilan istriku aman saja bepergian. Aku membawa rombongan full team berangkat kesana, kuboyong Meyan, Yande. Hanya Kanjeng Mami dan Nitami yang tinggal di Puri. Sepuluh hari aku ber 'tirta yatra’ ke anak benua Asia itu. Kulihat betapa baghagianya Rani, dan Meyan bebas berendam menyongsog matahari terbit di tepian Sungai Gangga, bersatu dengan pengunjung yang datang dari seluruh dunia, dan mereka ber perahu kayuh, melepas matahari senja keperaduannya, sambilmeyusuri sungai Gangga. Aku takut dengan hal-hal yang mungkin terjadi, Akan tetapi sampai aku mendarat kembali di Ngurah Rai, semuanya berjalan dengan sangat nyaman dan semuanya berbahagia. Rani kelihatan sangat berseri dan berkali-kali memeluk Kanjeng Mami yang menjemput di Bandara. Mengingatkan saat pertama kali Rani kujemput di bandara yang sama. Mami kelihatannya juga bernostalgia saat saat kehamilannya dulu, tak sadar mami ngeleus perutnya sendiri.

Dengan permintaan yang aneh-aneh itu, menjadikan aku harus 'sedia payung sebelum hujan', sehinga seriat  aku control Pabrik Wine ku di ujung timur, aku sempatkan mampir dan berdiskusi dengan rekan sejawatku yang mempunyai klinik menerapkan kelahiran alami, dan kelahiran di dalam air, kata muridku Raisa itu 'bornwater' hehehe. Kebetulan disana ada spesialis dokter yang menangani kelahiran di dalam air, Kolekov MD dari Rusia. Dia sudah fasih berbahasa Indonesia, bahkan berbahasa Bali. Dia membuka Kliniknya di Ubud. "Kengken Kabare Gus"katanyasetiap berjumpa denganku.


Kolekov memang sejawat yang tidak pelit ilmu, aku diundangnya beberapa kali pas  ada kelahiran di dalam air yang dilakukannya, termasuk saat seorang aktris terkenal ibukota memilih cara melahirkan di kolam air hangat kliniknya, aku sempat ikut menanganinya. Reken-reken sebagai arena praktek, seperti Co as saja rasanya. Nggak apa-apa dalam hatiku demi ibu dan si buah hatiku . Hal-hal lainnya banyak aku baca di buku referensi, dan jurnal kesehatan dan browsing buku terbaru di internet.
Aku merasakan tidak ada kendala bila aku harus melaksanakannya, ini hanya menuntut kesabaran lebih. Para paramedis disamapun sangat familier dengan semua tamu, termasuk denganku, dan kusimpan semua PIN BB nya yang aku dapatkan dari Kolekov. Siapa tahu kalau aku membutuhkannya. Di Puri Gading maupun Puri Anyer diam-diam aku telah siapkan hal-hal yang terkait dengan kebutuhan persalinan istriku termasuk kolam air hangatnya lengkap dengan termostat. Waktu aku menyiapkan itu semua Rani kelihatannya cuek saja, karena ia telah terbiasa melihat aku mengadakan perbaikan dan renovasi sana sini, baik atas usul mami, usulnya atau inisiatip ku sebagai penanggung jawab Puri.

Hehehe ternyata benar dugaanku, Ranipun saat sudah ada pertanda akan melahirkan dia minta melahirkan di rumah saja. Walau dia Dokter dia tidak mau melahirkan di Rumah Sakit, karena dia tahu dan yakin bahwa kehamilannya sangat normal dan tidak ada kelainan. Jadi dia sangat percaya diri, tapi tidak menunjukkan over konfiden. Semua softcopy scan USG anakku memang dia minta dari Dokter kandungan, kolegaku yang memeriksa dia selama ini. Dia pelajari dan lihat perkembangan janinnya dari waktu ke waktu.

Dia meminta melahirkan di rumah saja, di Puri Anyer yang di kampung lagi. Permintaan ini memang aku tolak, dan kali ini aku tegas, aku turuti kemauannya dengan syarat harus melahirkan di Puri Gading. Ternyata dia mau, tempat praktekku telah aku rubah menjadi sebuah poli bersalin, dengan tambahan beberapa peralatan yang dimiliki sebuah poli klinik bersalin plus. Plus disini adalah kebutuhan untuk melahirkan secara alami dalamkolam air hangat. Dan tenaga paramedic dari Kliniknya Kolekov siap kapan saja aku panggil. 

Memang dugaan Rani sangat benar karena dia dokter, dengan pengalaman dokter di pedalaman Irian Jaya, hehehe Papua. Dia terbiasa menangani segala jenis keluhan pasien, karena dia satu-satunya dokter di kecamatan pedalaman Baliem saat itu. Termasuk melakukan operasi Caesar, bila diperlukan saat persalinan warga. Persis seperti apa yang diceritakan sejawatku Manangsang, seorang Dokter yang menerbitkan biographinya selama berdinas di pedalaman papu. Dia sekarang mempunyai klinik yang sangat ramai di daerah Sentani walau dia hanya berlatar belakang Dokter Umum, tapi pengalamannya sangat luas dan sangat familier dengan penyakit-penyakit yang umum di derita masyarakat disana. Bahkan cerita istriku dia pernah membantu persalinan istri kepala suku, di hutan, karena kepercayaan setempat wanita melahirkan harus di hutan, jauh dari suaminya, sebagai ujian dan unjuk kemampuan masing-masing istri dalam keterampilan melahirkan dan merawat bayi. Enak ya jadi kepala suku disana, sitri banyak saat melahirkan pun hanya urusan perempuan. "Itukan adat...." katanya Rani.

Cara melahirkan alami yang dialami Rani ternyata sangat berpengaruh terhadap perkembangan anakku, dia lebih cepat berkembang dari bayi seumurnya. Begitu juga pemulihan tenaga pasca melahirkan Rani lebih cepat dari yang biasanya dialami ibu-ibu yang melahirkan dengan metode biasa.

Saat membantu melahirkan aku dibantu dua suster paramedis Kolekov yang sangat sabar dan cekatan. Mereka sangat familier dengan behavior seorang ibu saat melahirkan, menangani dan membantu dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Bahkan Rani saat melahirkan sempat-sempatnya menawarkan kepada suster-suster itu untuk bergabung membuka klinik bersalin sejenis, melengkapi Spaku di Bukit Kapur. Wah dasar pikiran pengusaha… selera bisnisnya sudah mulai muncul.

Mamiku sempat senyum-senyum saat itu, dan berguman, karena Mamiku ingin mendampingi Rani saat melahirkan , dan ingin menjadi orang yang pertama menimang cucunya. "Nak, nak. Saat kau berjuang melakhirkan cucuku kok sempat sempatnya mikirin pengembangan bisnis". Mediapun rupanya tahu apa yang kami lakukan, sehingga mendapat wawancara khusus tentang ini, disiarkannyapun langsung oleh TV local secara live, pengalamanku dalam menangini istriku melahirkan secara alami, tenyata Kolekov mengontak mereka untuk mewawancaraiku. Kolekov promosi metode dan kliniknya memanfaatkan aku rupanya.

Kutahu memang selama ini dia tidak mau diwawancarai, dan diekspose oleh media. Mungkin karena dia ekspart yang takut dikuntit poetugas pajak. Hehehehe. Kukatakan bahwa disana aku hanya mendampingi suster-suster anak buah Kolekov yang telah pengalaman ini, bahkan perintah terhadap para suster lebih banyak dipandu Rani sambil melahirkan. Sungguh Rani seorang perempuan tangguh dan pemberani. Seperti katanya kalau tak pemberani, mana mungkin dia menerima tawaran PTT di tengah hutan Papua, dan menikah dengan ku. Hahahaha ada ada saja Rani. Kau mau denganku walau aku perjaka tua. Hehehe nggak tua-tua amat, kan baru kepala empat.

Hari ini tepat seratus lima hari umur anakku, atau tiga bulan dalam perhitungan kalender pawukon Bali, anakku akan  diupacarai tiga bulanan. Keramain di Puri sangat kelihatan, semua keluarga Puri Anyer, Puri Jambu dan Puri Kajanan bersatu bersama para masyarakat sekitar menyiapkan upacara, Ranipun bisa menyatu dengan mereka bersama di Bale Bengong menyiapkan alat-alat upacara. Kanjeng Mami, Rani dan semua keluargaku menyambut upacara ini dengan suka cita, mereka semua sangat menyayangi putraku, cucu laki-laki dalam, yang telah lama di damba Mamiku. Seorang kelak yang akan meneruskan Dinasti Puri Anyer, Trah Arya Celuk, leluhurku.

Aku dan Rani sebenarnya tidak ingin anakku terlalu diupacarai sedemikian mewah dan megah, akan tetapi katanya karena ini cucu dalam pertama, laki-laki dandemi kewibawaan Puri, serta menyiapkan pesta yang hanya sekian tahun sekali untuk masyarakat yang telah secara ikhlas membantu kami, ya tak apalah. Kami anggap sebagai sebuah kebahagian, dalam merayakan kembali bersatunya keluarga besar Puri kami yang telah lama berantakan, karena masalah ‘wanita’. Kami wajib merayakan bersama masyarakat di sekiling Puri.

Tontonan selama tiha hari berturut turut ditanggap, setiap malam sebagai ungkapan gembira bersama dengan masyarakat kami. Dari Joged, Jangger, Arja sebagai pertunjukan hiburan, pementasan jro Gde dan Wayang Kulit sebagai pertunjukan sakral,  acara ruwatan anak kami sebagai cucu dalam laki pertama dari tangga Kanjeng Mami. Walau menurut Rani, anak kami telah diruwat saat mandi di Sungai Gangga.

Kulihat Kanjeng Mami, dan Rani sangat di hormati dan disegani di Puri ku oleh semua keluarga maupun masyarakatku. Walau mereka bukan dari dalam ( Puri ) mereka orang Jaba (luar ) yang masuk menjadi keluarga puri, makanya keduanya mempunyai julukan Jro ( masuk ke dalam ), Mamiku biasa dipanggil Jro Sandat (Sandat = kenanga) yang diharapkan membawa keharuman nama Puri sepanjang masa seperti sifat bunga kenanga yang harum dari sejak mekar sampai layu. Dan istriku Rani, di panggil Jro Ratna ( Ratna = bunga knop ) yang diharapkan tetap mekar tegar, abadi, tangguh sampai bunga itu berjatuhan dari tangkainya setelah tua. Sungguh julukan yang sangat tepat menurutku. Akupun tak tahu dari mana asal usul nama itu, yang aku tahu katalog nama-nama itu sudah tertulis rapi dalam silsilah Puri, tentang nama-nama Jro yang digunakan secara turun-temurun, sesuai dengan urutannya. Itu ada di lontar warisan Puri.

Acara tiga bulanan anakku juga diisi dengan bhakti sosial kesehatan, pelayanan kesehatan untuk masyarakat sekitar ketiga puri keluarga kami. Meraka boleh datang di balai desa, pada hari keempat setelah upacara. Tak kusangka peminat masyarakat sangat membludak, saat itu sengaja aku undang Kolekov dan para paramedisnya, untuk ikut meikmati kebahagiaan yang aku alami. Meraka juga tak segan ikut turun dalam acara sosial ini. Banyak masyarakat minta di periksa dokter Bule, maksudnya Kolekov.

Kolekov tingggal bersama kami selama rangkaian upacara, ia tinggal tinggal di puri bersama keluarga kami, dan boleh bertandang di kedua puri lainnya, sebagai tamu kehormatan kami, keluarga puri lainnyapun menawarinya mampir. Dia sebagai dokumentator,  mengupayakan dokumentasi setiap kegiatan selama rangkaian tiga bulanan ini. Karibku bertambah satu lagi. Ini mungkin sudah kehendak Tuhan Yang Maha Esa, yang akan memuluskan jalan untuk cita-cita istriku akan melengkapi Spa ku dengan Klinik Bersalin Alami dan Yoga Ibu Hamil. Menurut Kolekov dia memang hobby memotret dismping profesinya sebagai dokter.

Kolekov kulihat sangat lengket denga saudariku Puspa, dia bilang sangat mengagumi ketangguhan Puspa. Kugoda Kolekov kagum ketangguhan apa kecantikannya. Hehehe dia bilang ke duanya hahahaha, ternyata Kolekov mata keranjang juga. Mulanya aku menyangka Kolekov sudah tidak berminat nikah karena setiap hari menangani keluhan dan memeriksa ibu-ibu hamil dan melahirkan di kliniknya, hehehe ternyata dia masih kepingin menikah. “Normal toh Cokde” katanya. “Sangat normal, sangat normal Dok Kolev” kataku.

Aku mendukung bila Kolekov dapat menikah dengan Puspa. Akan tetapi aku tak mau kalau Kolekov mempermainkan keluargaku Puspa. Wanita mandiri sebagai seorang single parent, yang perlu kau pikirkan Kolekov, kataku. No problem, aku melihat kepribadian dia sangat bagus, tangguh, dan tentu kecantikannya. Bodinya jenjang, pinggang ramping, datanya busung, tinggi dengan rambut panjangnya. Kolekov lebih kagum lagi saat Puspa, ikut menari Joged dipertunjukan hari kedua. Memang dia lulusan ISI Bali, dan mengambil S2 nya di Yogyakarta. Kakinya tepatnya betisnya saat menari akan sangat memikat penonton disampin kelincahan dan lirikan matanya itu, sangat menggoda. Dia penari profesional, yang beralih kebisnis belakangan ini. Jadi kesempatan menarinya ibarat ikan yang menemukan air saja.

Kubisiki Kolekov untuk ikut ngibing, sambil menguji ketangguhan dan kesungguhan hatinya kepada Puspa. Akh Kolekov kelihatannya sudah tahu kalau Joged ada pengibingnya. Dia gibing seakan lelaki yang baru mengenal wanita, minta diajari nari oleh penarinya, Puspa. Seperti tarian jogged pada umumnya Puspa melayaninya dengan sopan, memasangkan selendang, membukakan tangan kolekop, dan member isyarat untuk mengikuti tariannya. Penonton terlihat terkagum dengan rekanku ini, bahkan beberapa berkomentar, mereka memang pasangan yang serasi. Terkadang masyarakat penilaiannya benar juga, mereka bisa membaca suasana.

Itu semua aku serahkan semuanya kepada mereka berdua. Puspa maupun Kolekov sudah sama sama dewasa, yang pasti telah bisa menentukan pilihannya, menilai pasangannya masing-masing. Meraka sama-sama sudah sangat dewasa. "Biarkanlah itu berjalan dengan alami" bisikku dalam hati.
“Ayo Kolekov kamu bisa”
“Hati-hati dik Puspa, pakailah pengalaman pahitmu sebagai pelajaran.”

Itu komentarku, ketika puspa meminta komentar ku tentang tarian joged dan hubungan mereka berdua. Kuharapkan mereka berdua dapat menyatu. Karena keluarga puri tidak mengharamkan mempunyai menantu bule. Adikku keduanya menikah dengan orang asing. Toh mereka dapat diterima dengan senang oleh seluruh keluarga puri. Meraka ikut mengembangkan puri dan masyarakat sekitar, dengan mengajak mereka ke Negara masing-masing menjadi pekerja, atau sekolah dengan bea siswa yang digalang adik-adikkua bersama suaminya. Mereka ikut melestarikan budaya kampung kami, mereka secara periodik mengundang tarian joged dan jangger kamu untuk pentas di negaranya.

"Semoga Puspa dan Kolekov dapat bersatu menemukan kebahagiannya"
=======================================================================
Pondok Betung, Paskah 2014

5 komentar:

  1. Pak, budaya melahirkan di dalam air ini...apakah ada di Bali atau beberapa suku lainnya? Trus kira-kira adanya sejak kapan? Ini dilatarbelakangi adat atau pengaruh agama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang saya tahu di Bali dikembangkan oleh Dokter-dokter Rusia yang peraktek di beberapa RS Suasta. Kalau di Irian yang saya tahu mereka bisa melahirkan sendiri, dan menolong dirinya sendiri para orang tua. Dia pergi kehutan, setalah anaknya agak besar baru kembali ke suaminya. Yang mungkin setelah nifas, atau ibunya birahi kembali. Hehehe
      BalasHapus

      Hapus
  2. Yang saya tahu di Bali dikembangkan oleh Dokter-dokter Rusia yang peraktek di beberapa RS Suasta. Kalau di Irian yang saya tahu mereka bisa melahirkan sendiri, dan menolong dirinya sendiri para orang tua. Dia pergi kehutan, setalah anaknya agak besar baru kembali ke suaminya. Yang mungkin setelah nifas, atau ibunya birahi kembali. Hehehe

    BalasHapus