Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 20 Desember 2014

de Karma -2 : Oleh-oleh dari Timor L'este



“CINTA LAMA DEKARMA DENGAN MAWARDI PANTANG BERSEMI LAGI

Kado dari Timor Leste (google.co.id)
Seperti biasa aku Dekarma pulang menyetir mobilnya sendiri, dia pulang dari Tmor Leste menengok adaik kesayangannya, dia sangat rindu bermain dengan keponakannya. Seminggu dia disana, mobilnya dia titip di samping bandara pada sebuah kantor kargo langganannya. Dekarma diangga[ bagian dari perusahaan kargo itu karena banyak mensupport ide kreatif untuk iklan perusahaan ini. Burung cerukcuk, becica dab punglor yang ada saling bersautan seakan tahu kalau tuannya datang, semuanya bersemangat menyambut.

Jumat, 12 Desember 2014

Sobar-16 : Phase Kerinduan Sobar.



“KERINDUAN SOBAR UNTUK BEBAS”

Taman Bunga (google,com)
Pagi itu rintik hujan masih saja satu dua menitik membasahi bumi, burung ‘becica’ yang di Jawa disebut dengan kacer sangat rebut di lingkungan rumah Sobar. Suaranya saling bersahutan dengan ocehannya burung punglor atau anis. Lincahnya becica, dibarengi dengan genitnya ulah punglor membuat hati yang menyaksikan terbawa kea lam yang lain, siapaun akan terbawa ocehannya. Hati merekapun dibawa menjadi terhibur.

Demikian pula hati Sobar pagi itu, sambil lamat-lamat dia menyetel lagu Cinta Durjananya dari Reynold Panggabean diiringi Orkes Dangdut Tarantula, mengalun lembut membawa lamunan Sobar jauh ke era tujuh puluhan saat dia sedang memadu kasih dengan Lasteri. Dia sampai hamper tertidur di kala anak bungsunya Luna datang mengendong cucu Sobar yang masih belum genap setahun  bersama Reno. Bu Sobar langsung mengambil cucunya dibawa mendekat ke kekeknya. Tiga insan cucu , kakek dan nenek langsung bercengkerema, mereka mendekat kandang burung, karena memang ‘Lasteri” panggilan saying Sobar kepada cucu wanita pertamanya ini, sangat senang bermain menggoda burung burung tersebut.

Burung-burungpun kedenagarannya semakin ramai, pasangan muda itu Reno dan Luna ikut bergabung setalah meletakkan bawaan mereka di kamar, kamar Luna saat masih sendiri yang masih terawatt dan kosong hanya dipakai kalau Luna dan Reno pulang ke rumah Sobar. Reno berguman bahwa Mertuanya Sobar memang sangat menyayangi bund Lasteri, sama dengan cintanya kepada Bu Sobar.

Meraka terus bergabung di Bale Bengong yang menghadap taman yang bunganya mulai berkembang terutama Bunga Desembernya, warna merah, jingga dan putih membuat taman menjadi ramai didatangi kupu-kupu. Pohon manga Lalijiwo kelihatan masih menyisakan buahnya satu dua, tapi harum manis mini masih banyak buahnya, yang menurut rencana nanti siang kami petik untuyk rujakan.

Di Bale Bengong rupanya sudah tersedia minibar yang sudah siap menyediakan mesin minuman panas, kopi, the, coklat panas, atau soft drink dingin. Pagi itu hidangan yang disiapkan olhe Bu Sobar semuanya berbahan alami dan masih segar, kulihat ada : talas rebus, singkong rebus, lempog singkong, pisang tanduk rebus. Lunapun berguman pada Pak Sobar. “Pak ini rupanya sudah melaksanakan himbauan Pak Menteri PAN RB ya pak pertemuannya memakai produk petani dalam negeri?” . “IYa-iya, itu ibumu kemaren dapat kiriman dari anak yang Bapak sekolahkan menjadi Insenyur Pertanian itu dulu. Kemaren mereka datang membawa isteri dan anak-anaknya.
Setelah semuanya duduk dengan baik Sobarpun mulai mengungkapkan keinginannya akan mundur dari anggota dewan. Menyusul ramainya penolakan masyarakat terhadap rencana reklamasi Teluk Banua. “Lho kenapa Bapak mesti mundur karena alasan itu pa, kan fraksi Bapak tidak setuju dengan rencana tersebut, apa tidak mengurangi ketajaman perjuangan fraksi, Pa?” sela luna. Luna kelihatannya tidak setuju kalau itu menjadi alasan Sobar mengundurkan diri. Kalau Bapak mengundurkan diri karena ingin focus terhadap masalah kerokhanian, focus ingin menikmati masa tua Bapak ya Luna setuju.

Sebenarnya itu alasan Bapak yang sebenarnya, namun hati kecil Bapak sebagai seorang yang berlatar pendidikan Teknik Sipil, Bapak dalam hati kecil sangat mendukung reklamasi, namun karena hal-hal yang terkait dengan proses perijinan dan gejolak yang berkembang dimasyarakat memicu keinginan Bapak untuk lebih cepat mengajukan pengunduran diri.

Bila melihat latar belakang dan tjuan reklamasi sebenarnya, Pulau Kecil ini sangat membutuhkan reklamasi, terlebih pantainya lebih banyak berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dinama banyak bersarang gempabumi besar sebagai pembangkit tenaga tsunami. Para seismologis juga mnyebutkan daerah ini sebagai daerah tsunamigenic.

Areal laut yang sudah mulai tercemar sampah plastic dan limbah pembuangan domestic dari sungai yang melewati kota menjadikannya semakin memperihatinkan, sehingga reklamasi salah satu cara untuk mengembalikan kelestariannya. Demikian juga dengan sulitnya lahan para klaum urban, mereka sangat tidak malu-malu membangun dengan liar di bantaran hutan bakau yang semakin lama semakin dangkal akibat pencemaran. Itu juga kalau dibiarkan malah merupakan ‘reklamasi’ liar. Kan lebih baik kalau reklamasi dilakukan dengan terencana.

Reklamasi akan menjadi benteng pantai dari terjangan ombak pantai selatan, maupun dari terjangan tsunami bila terjadi tsunami. Hanya saja dampak negative reklamasi itu perlu kita rencanakan dengan baik-, dengan hati jernih, dan bukan dengan bargaining politik yang terkadang merupakan bargaining yang menguntungkan para negosiator dalam sesaat, tidak memikirkan dalam jangka panjang. Ini yang mengusik keteguhan hati Bapak.

Reklamasi akan semakin menggerogoti persediaan air bersih di kota kita, namun dia membuka lapangan kerja yang sangat luas, dari yukang saat membangun sampai insinyur seperti kamu Reno, menyediakan lapangan kerja bagi perhoelan danlain lainnya. Tapi apa yang kita lihat sekarang ini, berapa persen sih tenaga kerja local kita yang ada dikota ini, mereka kalah bersaing. Yang informal banyak datang dari timur, dan yang berpendidikan banyak datang dari Barat, dan manca negara. Belum kalau kita lihat pemilik modal itu.

Mereka lebih banyak datang dari luar, bahkan banyak yang berkedok kawin ekonomi, mereka kawan dengan perempuan local agara dapat membuka usaha, membeli property, dan memutar modalnya di sini, keuntungan semuanya masuk kenegerinya. Tamu akan memesan hotel dinegaranya sehingga pajak susah kita telusuri. Mereka banting harga membunuh para pengusaha local secara pelan  pelan.

“Pak kalau kegelisahan Bapak karena masalah itu membuat bapak mengundurkan diri sebagai wakil rakyat, apa itu tindakan yang benar?, menurut aku justru bapak kalau mau memenangkan pertandingan lebih baik tetap menjadi pemain, daripada bapak menjadi penonton” Luna mengingatkan Bapaknya. Renopun meminta Bapak mertuanya untuk mempertimbangkan kembali renca pengunduran dirinya. Tapi Reno tidak memaksakan keinginan itu, karena Reno tahu Pak Sobar sudah lama ingin mundur mau memasuki tahapan keyiga dalam hidup, yaitu wnaprasta, dengan mengundurkan diri dari hiruk pikuk duniawi, dunia politik, dunia bisnis, dengan lebih memusatkan perhatian ke masalah yang lebih soft, yaitu masalah spiritual.

“Ya memang pendapat kalian itu semuanya benat” kata sobar sambil menyantap lempog dengan gula merah kesenangannya. Tapi Bapak sudah bulat dengan rencana Bapak, bahkan untuk mengurusi bisnis Bapak ingin kuserahkan kepada kalian berdua. Bisnis KOnstruksi kurasa Reno masih mampu menjalankannya, garmen dan perhotelan kuserahkan kepada anak-anak lelaki Bapak, nanti kita bicarakan dengan mereka walau harapannya tipis karena mereka sedah pada mapan dengan usaha mereka.
Dari rumah utama terdengar semakin jelas lagu Cinta Durjana, rupanya Ibu sambil mengambilkan Bapak tissue basah memutar kembali lagu itu. Itu pertanda ibu mengingatkan Sobar untuk berhenti dulu berdebat, jam makan siang sudah lewat. Bu Sobar keligatan sedang asyik bercanda dengan cucu wanitanya, ditemanai cucu mereka yang lain.

Ponakan Buleku datang menghampiti kami, mengingatkan bahwa Time for lunch katanya. Kamipun mengikuti Bapak untuk bersantao siang bersama. Kutahu saat bersantap bersama merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau. Kamipun bersantap siang, dengan makanan siang kesukaan Bapak, dengan suasana Jawa Baratan.

Kulihat ada Sambal oncom, ada ikan emas dan mujair bakar, ditemani denga lalapan mentimun potong, lencai, rebusan gondo, dan sambel terasi. Sebagai penutup ibu membuat pudding nangka, dan pisang raja.

Kulihat Bapak sangat bersemangat makan bersama putri kami, kami menikmati sekali makan siang kali ini. Pnakan bule kami, Reno . sangat menikmatinya. Kebetuylan beberapa minggu ini kami tidak sempat menikmati menu serupa, Mamanya Reno lebih banyak memasak masakag khas Jawa Tengahan, bacem, lodeh yang umumnya masih terkesan manis. Kuliaht putriku sangat senang disuapi oleh Ibuku bersama Bapak, sampai-sampai Bapak makannya tidak jelas.

Kulihat jelas kebahagiaan di raut muka Bapak sambil memangku putiku, ditemani ibu menyuapi mereka berdua. Ibu sangat telaten menyuapi Bapak dan anakku. Mereka masih terlihat mesra. Ibu tidak pernah merasa cemburu kepada bapak, walau beliau masih mencintai almarhumah Lasteri, walau sempat membencinya sebelum tahu keadaan sebenarnya. Ibu membuat masalak itupun kutahu pasti untuk membangkitkan nostalgia dan kenangan masalalunya, sehingga bapak tetap bersemangat. Ibu seakan tak pernah mencemburui Bapak.

Saat kutanya ibu menjawabnya selalu dengan jawaban yang sama. “Bapakmua memberikan seluruh cintanya kepada Ibu, semenjak beliau memutuskan menikah dengan Ibu yang kala itu belum kenal beliau. Dan itu tidak pernah berubah sampai saat ini. Hal-hal lain itu merupakan masa lalu Bapak, Ibu bahkan bapakmu pun tidak akan kuasa merubahnya” selalu begitu jawaban ibu. Memang sungguh mulia cinta mereka berdua, semoga Tuhan Memnerikan Orang Tua kami umur yang panjang. Itulah doa Luna selalau untuk kedua orang tua mereka.

Sobarpun kelihatan masih asyik bercengkerema di ruang makan dengan cucunya. Ibu meminta Luna membuatkan bapak kopi, karena kopi merupakan hidangan pamungkas kalau beliau sedang makan. Walau aku tahu Ibu yang selalu membuatkan kopi untuk bapak. Kali ini aku membautkannya. Kuhantarkan ke Bapak, dan kupersilahkan meminumnya. “Silahkan Pak, ini istimewa Luna yang buatkan”.
Sruppppppp Sobar menyeruput kopi itu, Akh kamu sudah pintar membuatkan bapak kopi Luna, persis seperti buatan inumu. Akupun senang dipuji Bapak, Mungkin salah satu sifat wanita yang selalu senang dipuji,w alau itu terkadang pura-pura. Hahahahahaha…….. Terima kasih Pa, yapi kan tidak seenak kopi ibu. 

Sobarpun memending keinginannya untuk sementara waktu untuk mengundurkan diri dari anggota dewan. Tapi Sobar meminta ada waktu yang lebih banyak untuknya dapat berkumpul dengan cucu-cucunya, yang mengharuskan Luna dan Reno lebih sering pulang. Mulai mengundurkan diri dari urusan bisnis, perusahaan akan diserahkan kepada Reno dan Luna untuk Biro konstruksi, sehingga Reno dan Luna harus membagi waktunya lebih rapi lagi.

Pasangan Kakek Nenek itupun kemudian masuk ke kamar tidur mereka bersama sang cucu, karena putri kami kelihatan sudah mengantuk. Setengah jam kemudian kutidak mendengarkan candaan mereka, Aku lihat Bapak, Ibu Sobar dan putriku sudah tidur pulas saling berpelukan bertiga. Aduh …. Mungkin kebahagiaan itu yang diimpikan Bapak sehingga mau mundur dari anggota Dewan. Kami biarkan saja keputusan itu menjadi keputusan Bapak, kami tidak ingin lagi untuk menundanya.

Kamipun seperti pacaran kembali dengan Reno, duduk berdua di Bale Bengong melanjutkan menikmati bunga dan ramainya kupu-kupu serta suara burung yang masih ramai siang itu.
Puri Gading, 13-12-2014

Jumat, 21 November 2014

de Karma -1 : de Karma, Tuyul dalam Pasungan



“DEKARMA, TUYUL DALAM PASUNGAN”

Kampung Menuju Rumah de Karma
Pagi itu cerah sekali. Burung ‘cerucuk’ sangat ramai, mereka girang bercanda satu sama lainnya. Sinar mentari menerobos dedaunan yang tumbuh rindang  di halaman dan taman rumah De Karma, sebuah pemandangan dan suasana alami yang dia nikmati setiap pagi. Sangat asri taman-taman yang menjadi sekat satu bangunan dengan bangunan lainnya, yang berkonsep villa, Disana setiap hari De Karma mengasingkan diri, sehingga banyak omongan yang negatif dan miring ditujukan kepada nya. 

Seperti pagi itu di pasar Maida, ibnda De Karma, sampai malu dan pulang dengan belanjaan sedapatnya, karena mendengar omongan langsung dari orang-orang dipasar. Mereka mengatakan keluarga Maida memelihara tuyullah, mereka mengatakan Maida memelihara Brerong lah, sehingga dia bisa hidup dengan lebih ‘mewah’ d\kebanding dengan orang-orang sekitarnya. Padahal Maida seorang janda yang sudah lama di tinggal Danu almarhum. Danu almarhum suami Maida meninggalkannya mati dengan dua anak De Karma dan Mangadi. Sepasang anak laki-laki dan perempuan yang sukses sekolahnya.

PENGANTAR CERBUNG BARU

Pengantar :
Selanjutnya seteah selesainya cerita Rani, penulis akan mencoba menyajikan cerbung de Karma, sebuah pemuda  yang memilih bekerja sendiri di rumah sambil menjaga ibunya yang sudah sendiri. Dia ciptakan keluarhga sederhana tetapi  modern memanfaatkan teknologi informatika modern, sehingga ibunya tidak merasa jauh dengan adaik de Karma yang tinggal di Timor Leste. Kenapa wanita Na Omi mencari seorang pemuda yang dia kenal saat menjadi relawan pada gempa Jogya, seperti kehilangan kontak dengan pemuda idamannya. Semua dokumen nya hilang bersama keluarganya oleh Gempa Fukushima, jadilah dia sebatang kara. Apakah dia jodohnya de Karma? Ikutilah ceritanya dalam cerbung de Karma. Tetaplah klik http://itik-bali.blogspot.com

Salam
Penulis

Rabu, 15 Oktober 2014

Sobar - 15 : Berawal dari Kesulitan Marlina Menemukan ....

“PENAMPILAN MODERN TAPI KONTENS TRADISONAL”

Add caption
Saya telah kembali menyambangi kampus, mencoba untuk membiasakan diri memulai aktipitas setalah buah hati kami lahir tiga bulan yang lalu. Kebetulan dikampus tidak mendapatkan jam mengajar karena administrasi akademik memahami kelahiran anak pertamaku. Anakku pertama perempuan, cucu perempuan pertama di keluarga Reno, maupun di keluargaku. Kegiatanku tidak banyak di kampus, hanya melepas rindu dengan teman-teman dengan teman sekerja akan kerinduan setelah lam cuti.

Biro konsultasi sudah tidak terlalu masalah lagi setalah aku mengikuti saran suamilku, dengan skype aku bisa melakukan konsultasi jarak jauh. Tapi aku tetap memerlukan asisten untuk bertatap langsung, dan aku mengintip dari monitor di rumah. Untuk diagnose aku memberikan advis atau keputusan, dengan dialog jarak jauh bersama asistenku. Teknologi membuat kita menjadi lebih mudah.

Benar saja apa yang dikatakan ibuku, dasrer motip kembang warna pink menjadi trending topik dan trending mode dikalangan ibu-ibu hamil. Kulihat di kamous maupun yang konsultasi kepadaku sangat banyak yang menggunakannya,  selera ibuku sangat modis, dan aku telah menjadi model promosi yang bagus. Padahal kalau kuhitung tak kurang dari enam bulan lalu mulai kugunakan daster itu setelah pemberian bapak.

Aku tak perlu khawatir bila meninggalkan putriku, mama sangat protektif seperti biasa yang lebih banyak merawatku, dan aku cukup memberinya asi, baik langsung maupun dari stok yang aku lakukan. Aku sangat beruntung air susuku sangat melimpah sehingga stok menjadi sangat melimpah. Yang kaya pabrik susu saja, ibu-ibu zaman sekarang. Lagi-lagi teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan pada ibu-ibu yang  memiliki bayi dan berkarier.

Siang itu aku coba mampir ke Kantor Biro, aku menyempatkan diri berkeliling melihat-lihat ruangan kantor, ruang tunggu, ruang istirahat . Eh ternyata sudah berubah total dekorasinya. Lagi=lagi aku dibuat tersanjung suamiku. Dia telah melakukan semua yang membuat hatiku senang. Dan selalu berfikiran mendahului keinginanku. Memang suami idaman, pantes saja Ibu Marlina menjadi kesengsem sama suamiku... atau bahkan mungkin dia kesengsem duluan dari aku. Terima kasih Reno telah membahagiakan aku kuucapkan sendiri. Padahal dihadapannya aku sangat pelit memujinya. Dia yang lebih banyak memujiku. Ini bertentangan dengan teori psikologi perkawinan, yang dianjurkan untuk selalu memuji pasangan. Hahahaha lain teori lain praktek kataku.

Aku mencoba somai yang menjadi langgananku sebelum hamil, mangkal tidak jauh dari kantor biroku. Dengan sangat berhati-hati dan terkontrol asupan makanan ke perutku, kupilih somai yang kira-kira tak membuat kualitas susuku memberikan hentakan kepada putriku. Jadi yang tawar-tawar saja, tidak banyak bumbu dan sedikit pedas. Aku ingatkan lebih awal tukang somaynya.

Tak lama sehabis menyantap sepiring somay, Reno datang. Diapun telah memesan somay juga. Kulihat dia seikit lelah, itu dapat kulihat dari raut muka dan rambutnya yang agak awut awutan. Aku duduk disebelhnya, ku keluarkan sisir dari tas ku, kusisiri rambutnya, agar lebih rapi. Kataku kepada Reno, walau sudah punya anak penampilan tidak boleh berubah. Kelihatannya diasangat bahagia dan mengecup keningku.

Kulihat dia makan somay sangat lahap, itu berarti dia ada problem di kampusnya. “Ada apa pa, kok kelihatannya ada masalah?” tanyaku. “Tak apa-apa. Hanya sedikit itu mahasiswaku sudah diarahkan berkali-kali kok tak bisa menerjemahkan ideku dengan baik dalam prakteknya!” Ya sudah tak usah terlalu dimasukin hati, biasa mahasiswa mungkin juga dia banyak persoalan. “Ok kita tidak membahas masalah mahasiswa” “Fokus dulu nikmati somay nya” kubilang sambil menyuapinya. Diapun tak sadar kalau aku suapi. Dia menghabiskan pesanannya dengan cepat. Hehehe Luna kau—kau---lupa, kenapa menyuapi ku. Kan aku tak mau disuapi selama kita nikah heheheh...  “Nggak apa-apa, disuapi juga kan oleh istri tercinta” kataku.

Jalan menuju pulang Reno mengajak aku mampir ke sebuah Restoran yang menjadi langganan para ibu-ibu yang habis melahirkan. Disini disipakna aneka jenis masakan yang dapat segera merangsang peningkatan stamina, maupun merangsang air susu ibu. Merupakan masakan sehat untuk ibu-ibu yang habis melahirkan. Itu bisa kubaca dari daftar menu, dan katalog masalan yang tersedia pada setiap meja. Reno tahu saja ada restoran seperti ini.

Dalam kasyikan aku menyantap sup kepala ikan, daun katuk. Suara yang sangat kukenal menyapaku. Ku toleh, e ternyata Marina, berdir dibelakangku lagi disalami oleh waittress, mereka sangat akrab sekali. Mungkin dia salah satu pelanggan disana. “Selamat Siang Luna, selamat datang di restoran kami” “Lho restoran baru ne Bu Marlina”.

Iya memang restoran ini milik Marilna, dia mempermodern Rumah Makan Padang dengan konsep  resto, dan memadukannya dengan menu khusus, terait dengan kesehatan. Ada menu untuk keperluan ibu hamil, keperluan untuk ibu menyusui, untuk penderita diabet, untuk penerita kolesteraol dan lain sebagainya. Restoran padang Konsef cafe dengan menu masakan pelanggan berkebutuhan khusus.

Dengan nikmatnya aku menyantap sop kepala ikan, rasanya enak, gurih dan menyegarkan dibuat khusus dengan tambahan daun katuk sehingga merengasang produksi air susu, dan rendang ikannya yang sedikir crispi membuat nafsu makan siangku lumayang meningkat. Demikian pula dengan minumannya adalah ‘tuak bambu, walau sedikit anyep diyakini akan sangat baik sebagai perangsang air susu” itu warisan tradisional setempat. Pikirku Marlinda memang brillian dia pintar di kampus, juga pinter melihat peluang, masuk kesegmen pasar yang masih kosong.

Marlina berbicara panjang lebat dengan restorannya, dia juga menceriterakan anak lelakinya yang sudah lari-larian, kelihatan sekali putranya lincah dan cerdas ketika kuampiri. Dia indo tapi kelihatannya sangat kental tradisi nya. Perpaduan yang serasi antara budaya Perancis dan Indonesia. Kata Bu Lina Rapayu, mengendaki satu anak lagi , tapi rupanya Marlina takut karena sudah cukup umur. Dia menyampaikan niatnya untuk datang ke Biro untuk mengkonsultasikan masalah itu.

Rapayu, kerjanya lima-dua, dia sedang menginstalasi Laboratorium Mekanik di Politeknik Negeri Banyuwangi, bantuan pemerintah Perancis. Lima minggu kerja dua minggu libur, atau lima hari kerja dua hari libur. Terserah dia mengambilnya, apalagi Banyuawangi Denpasar tak begitu jauh, kudengar dari Marlina dia sering bolak baik setiap minggu. Terkadang Marlina mengunjunginya kesana dengan mengajak buah hati mereka.

Hampr satu jam lebih kami menyantap hidangan yang kami pesan, sambil ditemani Marlina yang kebetulan katanya belum makan, Renopun menghilang sehingga kami bebas berbincang maslaah perempua. Marlina seorang rpofesional, dia sangat menghargai saranku karena dia minta walau, dia Dosen senior, yang sangat dihormati koleganya sesama dosen, dan disegani serta takuti mahasiswanya. Tapi masalah psikologi banyak berkonsultasi padaku. Dia menyadari ada gap psikolgi antara dia dengan suaminya, karena perbedaan budaya, perbedaan usia dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama ini dia mengapresiasi semua sarakku, dan mengatakannya berhasil seperti harapannya.

Dia juga seorang klayen yang sangat cerdas sering memberi aku masukan. Intinya kami sudah bisas berbagi ilmu. Kusarankan agar diperbanyak promo restorannya, biar lebih dikenal masyarakat. Malah dia lebih memilih memanfaatkan promo tradisional lewat ibu-ibu pengajian maupun ibu-ibu arisan.
Renopun telah kembali. Mereka permisi kepadaku untuk berbincang. Rupanya Reno menghilang berkeliling melihat lingkungan restoran. Reno memberikan beberapa masukan ke Bu Marlina, karena menurut nya Reno lebih spesialis dalam deko, dan selera seninya lebih kekinian kebanding Bu Marlina.

Kudengar Reno menyarankan mengganti beberapa lukisan dekorasi yang ada. Bahkan dia menjanjikan beberapa lukisannya dapat di pakai. Reno menyarankan agar menyediakan tenpat bermain anak – anak di sebidang tanah samping kiri restoran, dipilih permainan massal yang menjadikan anak-anak dapat berinteraksi sesami anak-anak terutama balita sampai sepuluh tahunan.
Pencahayaan di puji Reno, memang Bu Marlina sangat menatanya dengan apik. Hanya saja peralatan makan untuk menghidnagkan makanan mungkin akan lebih baik bila disesuaikan dengan zamannya, tidak kaku dalam patron kondep tradisional. Reno akan mengajak seorang mahasiswanya yang jagi IT untuk mendesign sebuah laman yang dapat mempromosikan Restoran ini. Dan yang tak kulupa juga saran Reno kepada Bu Marlina, agar menganekaragamkan ruang-ruang makan privat, dengan berbagai ukuran karena segmen yang disasar Restoran ini adalah keluarga.

Demikkian pula dengan billboard neon di pintu masuk, agar lebih mencolok lagi  dan lebih berani menonjolkan keunikan restoran ini. Menjelaskan bahwa restoran ini Restoran Keluarga, Sehat, perpaduan tradisi dan modern. Jadi sasaran bidik restoran ini jelas adalah keluarga, menghidangkan masakan tidak saja enak tapi lebih utama sehat, dengan menu tradisonal yang ditampilkan modern.
Marlina menerina usulan Reno, dengan beberapa cacatan yang mereka janjikan akan dilanjutkan diskusinya di kampus, bia perlu melibatkan mahasiswa yang akan mendesign wedsite untuk promo daring restoran tersebut.

Tak terasakan haripun, sudah mulai menuju senja. Kami menyusuri jalan, dan teringat masa-masa pacaran kami bersama Reno, bagaimana dia merayuku kala itu, walau aku agak kaku, karena memang aku tidak pengalaman pacaran. Dengan pengalaman menata emosi aku dapat mengimbanginya. Mentari jingga telah miring kebarat mau kembali keperaduannya. Mobil dikendarai Reno dengan kecepatan menengah. Masih jelas aku dengar lagu yang dia stel di audio mobilku. Lagu Cinta Durjana, kesenangan bapak rupanya dia stell, mendayulah lagu tersebut sepanjang perjalanan,

Aku hampir tertidur mendengarkan lagu-lagunya Tarantula, namun kutahan karena aku tak mau membuat Reno kecewa yang telah mengajak aku menikmati makanan sehat, sedap di Restoran Keluarganya Marlina. Dia menceritakan bahwa ide mendirikan restoran itu datang dari kesulitan Marlina mendapatkan makanan yang dia inginkan selama hamil maupun melahirkan. Akhirnya dia ketemu temannya Pak De, yang menekuni tanaman herbal, yang memberikan masukan kepada Marlina tentang makanan sehat, dari tanaman sekitar, sehingga keinginan makanan seperti serombot, botok dan lain sebagainya selama kehamilan serta selama menyusui dapat dia ciptakan dengan mudah dengan konsultan Pak De tadi. 

Sebelum empat lagu habis, aku sudah sampai di rumah. Kulihat ma,a dan Ibuku sedang bercengkerema di teras, entah apa yang dibicarakannya, bapak kulihatb asyik bermain badminton dengan keponakanku di seamping rumah. Suatu pemandangan yang sangat membahagiakan. Ternyata bayiku baru saja tidur, sehingga nenek-nenek mereka . Reno memarkir kendaraannya di garasi, aku bersalaman dengan mama dan ibuku, serta menghampiri bapak seperti biasa bapak berhenti sejenak kusalami dan kucium tangannya.

“Ayo kek”, kata ponakanku. Kudekatid an kuusap kepalanya setalah mencium tanganku. Akupun berlalu ke kamar menengok bayiku yang sedang tertidur pulas. Hari ini kulewati dengan tenang dan nyaman, sehingga kekhawatiranku untuk meninggalkan bayiku kerja tidak beralasan lagi. Seiring dengan datangnya magrib, sandikala, semua akhirnya berkumpul di beranda menikmati teh sore. Suatu kebahagiaan tersendiri.

Pondok Betung, 16 Oktober 2014.