Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 28 Desember 2013

Rani-11



ROMO SANGAT DEMOKRATIS DAN RANIPUN TERHARU”



Ternyata aku sempat tertidur pulas, karena kecapekan habis melihat-lihat kemegahan Candi Perambanan, kami sempat menemani Cokde, Yande dan Nitami melaksanakan persembahyangan disana memanjatkan doa untuk keselamatan keluarga besarku, serta kelancaran karieku kepada Tuhan Yang Maha Esa. Capekku rupanya terakumulasi setelah dua  hari sebelumnya kugunakan untuk menelusuri objek wisata belanja dan kuliner di Surabaya. Yande dan Nitami kubiarkan mereka melihat-lihat pemandangan dan ikon kota Surabaya, seperti melihat kemegahan jembatan Suramadu, menyaksikan perkebunan tembakau dan melihat petani garam di Madura.

Minggu, 22 Desember 2013

Rani-10



“RASA SYUKUR NITAMI DAN YANDE TERHADAP ANUGERAH TUHAN”

“Hari ini kami sampaikan kepada bapak-ibu hadirin semuanya, bahwa hati keluarga besar kami berbunga-bunga. Akan kami bagikan kepada sanak-saudara sekalian yang hadir pada malam ini. Tidak lain karena putrid bungsu kami Nitami telah diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi, merupakan cita-citanya yang telah dia tempuh dengan susah payah lebih dari empat setengah tahun. Kemudian dia akan diangkat menjadi salah satu pegawai yang mengurus keuangan di Perusahaan Keluarga Den Agung Almarhum, yang telah banyak kita kenal selama ini sangat berjasa bagi kampung kita dan biarkanlah dia, putri kami Nitami menjalankan tugasnya dan tidak perlu diganggu urusan pinangan beberapa kerabat yang telah menyampaikan keinginannya menyunting putri kami Nitami. Dia telah menjatuhkan pilihannya kepada Yande, untuk sementara bekerja bersama mengabdi pada perusahaan yang sama. Suatu kehormatan bagi keluarga kita yang dipercaya untuk bekerja di perusahaan orang yang sangat kita kagumi bersama. Biarkanlah waktu yang membuktikan cinta mereka berdua, apakah akan menjadi berjodoh ataukah tidak, kita sebagai orang tua hanya membantu dengan doa dan merestuinya saja”. Itulah potongan sambutan Pak Kelian, orang tua Nitami saat menerima tamu dalam acara syukuran kelulusan dan diterimanya Nitami sebagai karyawan di perusahaan Den Agung.

Jumat, 13 Desember 2013

Ungkapan Rasa Haru di HUT

ULANG TAHUN

Di Bali selama ini aku tak kenal
Di Bali yang kukenal hanyalah otonan
Dia akan datang setiap duaratus sepuluh hari sekali
Mungkin Otonan berasal dari kata weton, wetuan
Wetuan berarti kelahiran

Kelahiran itu diingat oleh murid muridku
Yang ini yang datang setahun sekali
Walau aku agak geli, tapi aku  tak dapat kusembunyikan keharuanku
Keharuan yang ke empat kali
aku rasakan di hari yang sama
Dia, Mereka mengingatnya
Bukan karena angka istimewa
Duabelas duabelas
Mudah-mudahan bukan karena aku gurunya
Hehehe dosennya maksudku
Bukan juga karena aku .......
Kuharap semuanya ketululusan
Setulus aku melaksanakan Jnana Marga

Mereka nanyayikan lagu selamat ulang tahun HBD
Mereka memintaku untuk mencoba kue ulang tahun
Bentuknya sangat sederhana
Kecil, tapi buatku maknanya besar
Mereka satu persatu menyalamiku
Sebagian menyalami sambil mencium tanganku
Hampir tak dapat kubendung air mataku

Oh Guru sungguh besar jasamu
Akan ku kenang engkau
sebagai pencurah, sebagai talang ilmu
Ilmu yang mengalir ke benakku
Walau terkadang kau menjengkelkanku Guru
Itu lho tugas darimu yang tak kenal waktuku
Apa aku sela, apa aku sibuk
Harus kukerjakan karena kau berikan dead line

Muridku apapun alasannya
menuntut ilmu itu perlu pengorbanan
terutama pengorbanan waktumu
korban waktumu untuk menikmati masa remaja
masa keceriaanmu
Orang Bali menyebutnya sebagai masa brahmachari

Berjuanglah anakku
walau berat harus tetap kau pikul
Majulah majulah terus anakku
gapai cita-citamu
untuk masa depanmu yang lebih cerah

Anakku kau tahu
banyak orang lain disana ...
terdampar
terkulai
tak berdaya
tak dapat seperti engkau
teruslah berjuang
berjuang
seperti perjuanganku
untuk tetap dapat mendampingimu
menggapai cita-citamu

Guruku : Putu Pudja

==================================Pondok Betung, di suatu pagi yang redup====

Selasa, 10 Desember 2013

Rani-9



“SEMUA BERJALAN SEPERTI TAK TERDUGA”

Dari pagi , sudah hampir satu jam dua sahabat itu berdebat sangat seru, terkadang diiringi deraian tawa, sampai tertawa terbahak-bahak, aku menjadi tidak enak hati kalau masuk ke ruangan Pak Dekan, padahal aku ingin sekali melihat dari dekat wajah dosen idolaku sepuluh  tahun lalu. Pada saat aku mengambil mata kuliah mikrobiologi.  Sepintas waktu beliau datang, kulihat wajahnya masih seperti dulu, hanya saja lebih gondrong, dan brewokan tipis, menghiasi samping mukanya.
Pakaiannya sama seperti dulu, suka memakai pakaian formal tapi tanpa dasi, sepatunya ber merk, kalau tak salah masih pilihannya sepatu merk ’Jeep’, lebih sering beliau memilih warna sepatu coklat, kulit jeruk.  Ku perhatikan benar,  hampir dosen lainnya  tidak ada yang memakainya. Aku hafal kemejanya sering memakai kemeja coklat muda, abu-abu atau putihmutiara dengan celana drill coklat susu, atau biru muda.  Cokde memang dosen favorit idaman para mahasiswi. Rambutnya masih gondrong tersisir rapi. Kontas antara hitam rambut dengan putih kulitnya.

Sabtu, 07 Desember 2013

Rani-8


“SUNSET DI TIMAN AGUNG”

Mataharipun  telah condong ke barat, dua sejoli itu telah sampai di Timan Agung,  sebuah bukit karang yang menjorok ke laut, di Pamtai Kelating, dua lelaki tua sudah berada di salah satu Bale Bengong menikmati semilir angin laut basah sambil menyaksikan burung laut terbang rendah menyambar-nyambar ikan di depan gulungan ombak. Dua kelapa muda, dua buah gelas sisa kopi, asbak yang penuh punting ada di mejanya, serta piring dengan sepotong pisang gorang yang masih tersisa. Meraka kelihatannya berdiskusi serius sekali.

Anak-anak  remaja putri  dari tukang garam nampak  menyajikan air kelapa muda dengan snak tradisional Bali.
“Silahkan Tuan”
“Kamu tak sekolah har ini”
“Pas libur Tuan”
“Keduanya  bersalaman mencium Tangan Tangan Kami”. Kemudian meninggalkan kami berdua menikmati siang beranjak sore.  Mentari nampak terhalang awan CB  sehingga rona keemasan memburat di langit. Dalam hati kami berguman, sungguh besar Keagungan  Tuhan dengan segala ciptaannya yang dapat dinikmati keindahannya oleh manusia. Kami mengambil tempat sebuah Bale Bengong yang persis berada di pojok barat daya Timan Agung, sehingga sangat dekat dengan hantaman ombak ke tepian bukit karang terjal. Persis di muara sungai. Terkadang muka kami kecipratan butiran air halus, saat ombak menghantam tebing.