Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 22 Desember 2013

Rani-10



“RASA SYUKUR NITAMI DAN YANDE TERHADAP ANUGERAH TUHAN”

“Hari ini kami sampaikan kepada bapak-ibu hadirin semuanya, bahwa hati keluarga besar kami berbunga-bunga. Akan kami bagikan kepada sanak-saudara sekalian yang hadir pada malam ini. Tidak lain karena putrid bungsu kami Nitami telah diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi, merupakan cita-citanya yang telah dia tempuh dengan susah payah lebih dari empat setengah tahun. Kemudian dia akan diangkat menjadi salah satu pegawai yang mengurus keuangan di Perusahaan Keluarga Den Agung Almarhum, yang telah banyak kita kenal selama ini sangat berjasa bagi kampung kita dan biarkanlah dia, putri kami Nitami menjalankan tugasnya dan tidak perlu diganggu urusan pinangan beberapa kerabat yang telah menyampaikan keinginannya menyunting putri kami Nitami. Dia telah menjatuhkan pilihannya kepada Yande, untuk sementara bekerja bersama mengabdi pada perusahaan yang sama. Suatu kehormatan bagi keluarga kita yang dipercaya untuk bekerja di perusahaan orang yang sangat kita kagumi bersama. Biarkanlah waktu yang membuktikan cinta mereka berdua, apakah akan menjadi berjodoh ataukah tidak, kita sebagai orang tua hanya membantu dengan doa dan merestuinya saja”. Itulah potongan sambutan Pak Kelian, orang tua Nitami saat menerima tamu dalam acara syukuran kelulusan dan diterimanya Nitami sebagai karyawan di perusahaan Den Agung.

Bebeapa orang tua yang menginginkan anaknya mempersunting Nitami menjadi kecewa lantaran Nitami telah menjatuhkan pilihannya kepada Yande. Memang Yande kelihatan runtang runtung berdua selama ini mengantar jemput Nitami, saat kuliah. Mereka semua memaklumi karena Pak Kelian dengan tulus menyampaikannya, serta telah dikenal dimasyarakat sangat demokratis terhadap putra-putrinya. Putra pertamanya Gita, dibiarkannya memilih jalan hidupnya menjadi pelukis, dan beristrikan seorang Bule Spanyol yang sama-sama sebagai pecinta seni, saat ini membuka galeri di Barcelona. Putri keduanya Desak dibiarkan memilih hidup sebagai penari professional, dan menikah dengan teman mainnya dari kecil Oka yang guru olah raga, di SMA Negeri di desa itu. Mereka memang keluarga harmonis, walau Bu Kelian lebih banyak mengurus sawah dan ladang sehari-hari.

Aku bangga mempunyai keluarga yang sangat demokratis, sangat mendukung setiap pilihan anaknya, seperti pilihanku untuk melanjutkan sekolah di perguruan tingg, hidup sendiri mandiri di kota, dan tidak tergantung pasokan biaya dari ayahku. Aku sekolah sambil bekerja, kalau sangat terpaksa baru kuterima bantuan dari kakak, maupun orang tuaku.

Bapak kelihatan sedang duduk memangku ponakan laki-lakiku yang sudah mulai tertidur, yang sangat lengket sama kakeknya. Ibu telah kembali dari  menidurkan Koming ponakan perempuanku dan ikut bergabung duduk di pendopo rumah kami, tetamupun kelihatannya sudah mulai sepi. Aku, Yande, Bapak, Ibu,  Desak dan Oka iparku,, melanjutkan obrolan menikmati ujung malam sebelum kami menuju ke tempat tidur.

Suasana kampung kami memang sepi, bahkan deburan ombak  Laut Selatan jelas bersahutan sambung menyambung aku dengar dengan jelas. Aku mohon ijin kepada kalian semua, Ayah, Ibu, dan kakakku semuanya untuk tetap tidak bisa mengabdi di rumah dulu. Aku akan memulai karieku memperaktekkan ilmu yang aku dapat, kesempatan yang ditawarkan keluarga Cokde akan aku gunakan dengan baik. Aku akan belajar menjadi seorang professional dalam perusahaan, tentu dengan pacarku Yande.

Bapak akan mendukung, apapun pilihanmu Nitami, hanya bapak perlu mengingatkan kamu bahwa kamu itu wanita, yang tidak akan lepas dari kodratmu sebagai calon seorang ibu, yang akan melahirkan anak-anak, cucuku kelak. Itu jangan dilupakan. Ibumupun sangat mengharapkan ada anaknya yang bekerja di kota, ada yang dia tengok secara rutin ke kota,  tidak hanya berkutat di kampung mengurusi ini itu setiap hari.

“Apa tidak kita laksanakan saja terlebih dahulu hubungan Nitami dengan Yande pak, untuk menepis gunjingan orang tentang hubungannya”. Usul Oka.
“Tidak perlu, kita tidak perlu mengadakannya secara prematur, biarlah dia berdua nanti meminta kapan mereka minta diresmikan, Kan begitu Yande, Nitami”  sahut Pak Kelian.

Yah biarkan saja pa, seperti perbincangan kita tadi siang dengan keluarga Puri Gading, yang telah mengaturnya, dengan prioritas acara yang telah beliau susun, Kan begitu Yan? Kata Nitami. Kalau saya mengikuti saja apa rencana beliau, rencana bapak yang telah disepakati tadi siang. Ok masalah itu tak perlu dibicarakan lagi, kita sepakati apa yang menjadi hasil pembicaraan tadi siang. Nanti kami Oka, akan di beritahu oleh istrimu Desak apa isi pembicaraan tadi siang, karena kamu tadi siang terlambat gabung.

Malam semakin larut,  kerinduan keluarga Pak Kelian untuk ngobrol bersama rupanya terobati malam ini kecuali anak pertama dan mantunya tidak bisa hadir, karena pesawatnya tertunda dengan badai salju yang mengganas menerjang Eropa belakangan ini.  Pisang goreng dan kopi susupun keluar lagi menyertai kue-kue yang tersisa sore tadi mendampingi mereka begadang, bercerita sambil main gaple bersama.

Ibu Kelian, telah tertidur pulas di lantai, ayampun sudah mulai berkokok, galang kangin telah tiba, mereka semuanya pergi tidur karena siang nanti Yande dan Nitami harus kembali ke kota untuk mempersiapkan diri. Meraka akan melakukan perjalanan ke Malang dan Surabaya, sebagai hadiah kelulusan mereka berdua, oleh Cokde.

---***---

Agak kesiangan bangun, Nitami  dan Yande telah siap untuk pamitan kepada keluarga besar Nitami untuk kembali ke kota, mereka berboncengan berdua dengan berbagai oleh-oleh kampung untuk Meyan dan Kanjeng Mami, termasuk dia tidak lupa membawa tape ketan hitam, dan uli merah kesenangan Kanjeng Mami, sebagai titipan khusus ibu Kelian. Meraka meluncur melalui jalan kampung menyusuri jalan pantai selatan lewat Tanah Lot.
Sunset Tanah Lot - sumber google.com
Mereka berhenti sejenak di Tanah Lot, duduk duduk di tanggul tepi  laut sambil, menyaksikan berbagai ulah wisatawan mereka  menikmati Kelapa Muda, dengan kue klepon besama, Mereka layaknya diua sejoli yang sangat menikmati kebahagiaan mempunyai keluarga besar yang demokratis, mempunyai majikan yang sangat perhatian, dan tak perlu melamar pekerjaan dia ditawari pekerjaan. Sungguh maha pengasih Ida Sang Hyang Widhi, kata Nitami.

Yan, kemana kita di Malang, karena kita kan belum pernah kesana. Tak perlu khawatir kita tanya saja Dokter Rani atau Cokde kemana sebaiknya kita di Malang, kalau di Surabaya aku ada teman SMA dulu, yang sedang menunggu wisudanya, kuyakin dia akan mau menemani kita kemana sebaiknya kita. Kudengar sih yang wajib kita datangi adalah jembatan Suramadu, aku ingin bandingkan keindahannya dengan Tol Diatas perairan Bali. Tak terasa air kelapamuda sudah sampai kering dibatoknya, demikian juga dua bungkus kue klepon telah habis mereka lahap.

Diiringi deburan ombak Tanah Lot mereka meneruskan perjalanannya menuju Puri Gading. Pegangan Nitami semakin lengket saja di pinggang Yande. Yande tak mau memacu kendaraannya cepat-cepat karena dia ingin lebih lama Nitami  memeluk pinggangnya, dan menempelkan erat badannya di punggung bidang Yande. Nafas Nitami terasa hangat di leher Yande.

Sampai di Pantai Seseh, telepon genggam Yande berdering, merekapun menepikan kendaraannya, dan ternayta telepon dari Cokde. Meminta mereka untuk bergabung bersama di Sushi Tea Sunset Road, untuk ikut merayakan Hari Ibu. Memberi penghormatan kedua ibu yang selama ini mengantar mereka melalui masa-masa ini.

“Ok kami siap tuan segera bergabung” jawab Yande. Kita diminta bergabung untuk perayaan kecil hari ibu yang Cokde lakukan di Sushi Tea, Sunset Road. Ya kita harus segera menuju Sunset Road. Mereka meluncur dan Nitami semakin erat memeluk pinggang Yande. Mereka itu teman, sepasang kekasih yang memang serasi, perpaduan Yande yang kalem, Nitami yang sedikit genit, dengan keeksotikan wajahnya yang mancung di wajah yang tirus, tinggi semampai serta kulit ekso kecoklatan, serta rambut panjangnya yang terurai terawat dengan baik. Perpaduan cewek tradisional  dan modernisasi.

Setelah memarkir kendaraan disamping bangunan Sushi Tea dan merapikan diri, sepasang kekasih ini menuju meja yang sudah disebutkan Cokde pertelepon. Ternyata mereka belum sampai. Mungkin kita terlalu bersemangat kali Nit, kata Yande. Akh nggak apa-apa kita tunggu saja mungkin mereka terjebak macet di simpang siur. Mereka tidak berani memesan apapun terlebih dulu sebelum Cokde datang, karena menurutnya itu tidak sopan.

Yak lama berselang Kanjeng Mami, Rani, Me Yan datang bersama Cokde, mereka datang semua berkebaya, walau itu kebaya modern yang dipadu dengan bawahan rok panjang. Kanjeng Mami, Meyan dan Rani terlihat anggun.  Nitami segera membuka jaketnya, dan tidak sadar dia juga memakai atasan semi kebaya, walau dengan celana panjang. Mereka memberi salam kepada ibu-ibu yang super tersebut.

Setelah hidangan pesanan datang dan terhidang di meja, Cokde hendak memulai dengan doa bersama, tapi Nikita memohon ijin kepada hadirin.
“Maaf Tuan Muda, apa aku boleh mengeluarkan sesuatu disini?”.
“Silahkan Nitami, apa itu, apa persembahan untuk ibu-ibu super ini?.
“ Mudah-mudahan saja tuan”

Nitami mengeluarkan sebuah wadah berupa bokor tertutup dari aluminium, menyerahkannya ke Cokde. Dan sementara wadah itu diletakkan di atas meja. Ok kita sejenak memanjatkan doa untuk ibu-ibu, dan calon ibu semua di hari ibu ini, semoga ajaran yang ibu berikan akan selalu menjadi pedoman hidup kita bersama, Ayo berdoa bersama. Hening sejenak………………………….
Selesai. Ya Nitami kamu buka wadah ini biar kami saksikan bersama apa persembahan kamu dalam hari ibu ini. Nitamipun clingak clinguk, membuka wadah tersebut.

“Ini titipan keluarha kami untuk, kanjeng mami”
“Isinya tape ketan hitam dan uli merah?”
“Ya aku bisa tebak Nitami, ini pasti titipan dari Bu kelian ya?” tebak Kanjeng Mami. Terima kasi Nita kamu telah membawakan aku sesuatu yang sudah lama kurindukan. Ayo kita nikmati bersama.
“Hehehe stop dulu mam”, sela Cokde.  Kita harus berikan ucapan selamat kepada para Ibu-ibu, dan calon ibu ini, baru memulai mencicipi hidangan.

Kanjeng mami sangat menikmati tape ketan hitam dan uli merah yang dikirim oleh Bu kelian. Dia tahu bahwa Bu Kelian, masih mengingatnya walau sudah beberapa tahun mereka tidak saling bertemu, karena kesibukan Kanjeng Mami mengurusi bisnisnya, tidak pernah mampir ke Bu Kelian, kalau lagi tetirah di Timan Adung.
“Salam ya sama Ibu, ternyata dunia ini kecil Nitami. Ibumu sangat akrab dengan keluarga kami dari beliau masih remaja” Kata Kanjeng Mami.

Kamu Nitami, persis sama senyummu dengan ibumu, Mungkin itu yang membuat Yande tertarik padamu. Akh bukan Kanjeng Mami, Nitami yang tertarik sama aku kok, ujar Yande tersipu. Ya kalian saling tertarik satu sama lain karena kalian memang saling membutuhkan dan saling perlu melengkapi
Tidak akan terjadi sampai pacaran lama, kalau hanya salah satu saja yang tertarik, kaya magnit selalu harus ada gaya tarik menarik.

Ne Cokde yang sudah melanglang buana sampai di negeri Sakura bertahun tahun, menjadi dosen bertahun tahun dengan mahasiswanya yang cantik cantik, berkelana kemana mana dengan hobinya, toh akhirnya kepincut sama Rani, di Rumah Sakit di Papua sana. Mereka pun tertawa berbarengan…hahahahaha.  
“Mami memang bisa saja” celetuk Cokde

Ayo masakan ini harus kita habiskan, teruskan masukkan ke air rebusannya yang mau direbus, atau ke pembakarannya yang mau di bakar, karena semuanya harus dihabisin, kata Kanjeng Mami. Mereka bersama menikmati sekali senja itu, mereka dapat menyaksikan Sunset di barat, dari teras lantai dua, Sushi Tea.

Senjapun berganti malam, kanjeng mami dan Me Yan berdiri, memberikan hadiah kepada dua pasangan kekasih yang mengingat mereka di hari Ibu ini, Kalian harus mereyakan kegembiraan kalian yang baru lulus, yang baru dapat promoter, dan yang akan dikukuhkan jadii guru besar, serta kemabli ke kampus, harus menikmatinya. Ternyata hadiah tersebut berupa tiket dan voucher hotel di Surabaya dan Jogyakarta selama seminggu. Yande dan Nitami kamu ikuti saja Cokde ikut liburan di dua kota itu, dan Mami batalkan kunjungan kalian ke Malang.

Terima kasih Ibu, terima kasih Kanjeng Mami.
Meyan hanya bisa menitikkan air mata, terhadap anugerah yang diberikan Tuhan kepada anaknya, kepada tuannya. Merekapun meninggalkan Sushi Tea, Yande dan Nitami kamu langsung ke Puri, dan Cokde menemani  Mami dan Meyan, menikmati malam menyusuri kota. Yande dan Nitami meluncur dengan sepeda motornya mensyukuri, hadiah yang diberikan kepadanya…….
Astungkara.

Puri Gading, akhir tahun 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar