Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Selasa, 10 Desember 2013

Rani-9



“SEMUA BERJALAN SEPERTI TAK TERDUGA”

Dari pagi , sudah hampir satu jam dua sahabat itu berdebat sangat seru, terkadang diiringi deraian tawa, sampai tertawa terbahak-bahak, aku menjadi tidak enak hati kalau masuk ke ruangan Pak Dekan, padahal aku ingin sekali melihat dari dekat wajah dosen idolaku sepuluh  tahun lalu. Pada saat aku mengambil mata kuliah mikrobiologi.  Sepintas waktu beliau datang, kulihat wajahnya masih seperti dulu, hanya saja lebih gondrong, dan brewokan tipis, menghiasi samping mukanya.
Pakaiannya sama seperti dulu, suka memakai pakaian formal tapi tanpa dasi, sepatunya ber merk, kalau tak salah masih pilihannya sepatu merk ’Jeep’, lebih sering beliau memilih warna sepatu coklat, kulit jeruk.  Ku perhatikan benar,  hampir dosen lainnya  tidak ada yang memakainya. Aku hafal kemejanya sering memakai kemeja coklat muda, abu-abu atau putihmutiara dengan celana drill coklat susu, atau biru muda.  Cokde memang dosen favorit idaman para mahasiswi. Rambutnya masih gondrong tersisir rapi. Kontas antara hitam rambut dengan putih kulitnya.
Sangat beruntung wanita yang dipersuntingnya, orangnya ganteng, pinter dan kelihatannya sangat tajir, ditambah pasiennya yang sangat ramai ditempat prakter. Mahsiswa menyukai tidak saja karena kegantengannya  juga karena tidak pelit nilai. Aku sampai melamun tentang dia jauh sekali melampaui lamunanku ke era sepuluhan tahun lalu.  Walau aku sudah punya dua putra, aku masih normal kok tertarik ya sama beliau. Aku sebenarnya ingin ikut nimbrung ngobrol, kok Pak Dekan, tidak memanggil manggilku untuk bergabung padahal aku mengharapkan, dan sudah siap dengan ipad, note dan pulpel. Siapa tahu aku dipanggil ikut gabung seperti kalau menrima tamu lainnya. Kata anak muda sekarang ngarep.com.
Dalam lamunanku yang melayang layang. Aku tersentak dengan panggilan Pak Dekan, menyuruh masuk.
“Siwi,  tolong masuk”
“Siap Pak, kami datang”
“Kenalkan ini sekretarisku, Ibu Siwi”
“Cokde, selamat pagi Bu Siwi”
“Selamat Pagi Prof”
Ternyata Siwi sudah tahu rupanya kalau Cokde telah lama turun Guru Besarnya. Cokde pun tersipu malu, dan berfikir kok dia tahu ya.
“Ibu tahu ya dengan masalah Guru Besar ku”
“Tahu Prof, kan saya yang menyiapkan untuk pemanggilan Bapak”
“Saya ini dulu, murid Prof, yang bersama mahasiswi lain ikut mengidolakan Prof, saya pernah diajar mikrobiologi sepuluh tahun an yang lalu, saya mendapat nilai B”
“Ternyata kamu Cokde, masih  banyak mempunyai penggemar, di Fakultas ini, bahkan banyak yang patah hati termasuk Bu dr. Siwi ini” sambung Pak Dekan.
Obrolanpun kembali kemasalah pokok, pembicaraan diambil alih Pak Dekan. Cokde sudah bersedia dirayu Pak Dekan untuk kembali ke kampus, sehingga membawa implikasi kekuatan Fakultas Kedokteran akan semakin bertambah. Dan Dokter Rani proposalnya diterima dan sudah bisa dilanjutkan ke penelitian, dengan terlebih dahulu berdiskusi tentang matakuliah dan materi apa yang perlu dia perdalam, tolong di catat Bu Siwi, buatkan aku janji dengan Rani. Nomor teleponnya kan ada, kamu bisa sms tapi tetap dibuatkan surat resmi dan diserahkan pada saat yang bersangkutan datang. Demikian Pak Dekan mengingatkan Bu Siwi. Demikian pula proses administrasinya tolong Bu Siwi, selesaikan termasuk apa yang harus Rani lengkapi.
Masalah pengukuhan akan segera kita lakukan bersama Guru Besar lainnya, kita usulkan ke Rektor agar segera bisa dilaksanakan, tetapi menurutku, karena sobatku ini, Cokde sudah lama tak turun gunung, rasanya dia akan membawakan pidato pengukuhan yang cukup panjang dan ilmiah sekali, sehingga akan lebih baik kalau pengukuhannya tersendiri.
“Pokoknya aku ngikut saja Pak Dekan” kata Cokde. Sendirian tak apa-apa, bersama-sama dengan yang lain taka pa-apa juga. Tetapi aku minta waktu untuk mempersiapkan pidato pengukuhanku seperti yang sudah kita sepakati tadi judulnya. Masalah baru dan yang relevan dengan kepakaran Guru Besarku. Bila perlu akan kukaitkan dengan proposalnya Rani, sehingga akan menjadi gayung bersambut antara kepakaranku dengan topic yang ia teliti.
“Ok aku setuju, dengan waktu paling lama dua minggu membuat pidato pengukuhan tersebut”
“Setuju Prof, akan kupersiapkan bila perlu aku minta bantuan Siwi untuk setting format yang lazim digunakan disini, karena aku lupa karena terbiasa dengan format Jepang, yang seminarnya banyak aku ikuti belakangan ini”.
“Siwi siap membantu Prof Cokde”
“Hehehe jangan nak’e memanggil Prof Cokde dulu, kan belum pengukuhan”
“Akh itu kan cuma proforma dan ceremonial saja” jawab Siwi.
“Ok Cok. Kami, saya dan Siwi akan menyebutmu dari sekarang dengan Prof Cokde” kata Pak Dekan. “Setuju saja, kalau memang boleh”.
Dan merekapun tertawa bertiga…Hahahahahahhaah
Setelah melihat cangkir minum telah kosong Siwi, pamit keluar dengan hati berbunga-bunga telah dapat menatap dari dekat dosen idolanya, setelah sepuluh tahun tak jumpa. Dia menyiapkan sekali lagi kopi susu, karena tadi pagi yang disiapkannya hanya teh manis, dan kue-kue tradisional, yang disiapkan petugas rumah tangga kesekretariatan Dekan. Rani berbunga-bunga hatinya, dan berguman “ akh berdosa aku memikirkan lelaki lain, karena aku sudah berkeluarga”, Nggak juga bukankah ini hanya sebuah nostalgia saja. Biarlah dosa dikit- dikit tak apa. Bukankan semua kita ini berdosa, hanya kadarnya saja berbeda beda, tetapi tetap satu juga dosa namanya, guman Siwi:
Pak Dekan sambil becanda mengingatkan karibnya, Cokde untuk segera meresmikan hubungannya dengan Rani, seperti yang diceritakan Kanjeng Mami, kepada Pak Dekan.  Cokde kamu sebenarnya terlambat berumah tangga, “segeralah resmikan hubungan kalian”. Menurut Code kita harus step by step, langkah demi langkah, mereka pertama akan menerima tawaran kembali ke kampus, karena sebenarnya Cokde belum pernah dikeluarkan, gajinyapun masih dikirim kerekeningnya tiap bulan. Rupanya fihak rektorat dan fakultas melakukan itu, karena tahu Cokde, masih merupakan hiden konsultan mahasiswa dan laboratorium mikrobiologi.
Meraka sangat sering membawakan hasil penelitian mereka bersama di fora internasional, maupun mengadakan hiden konsultasi melalui internet, maupun datang langsung ke kantor Cokde yang ada disetiap cabang usahanya. Bisa do Sibetan di Pabrik Wine, Di Bantiran sambil ngontrol Kopi Luwak, atau di Spa Bukit Kapur di daerah yang sangat dekat dengan kampus.
Sebagai bukti kegiatan Cokde itu, walaupun disembunyikan, tetap akan berbunya dan menjadi bukti otentik penelitian, pada sertifikat seminar, symposium mahasiswa maupun laboratorium yang dilampirkan dosen atau peneliti lain saat menilai angka kresit. Memang Cokde tidak bisa sembunyi sembunyi rupanya, semua kegiatannya meninggalkan jejak. Hanya kegiatan mengembangkan usaha keluarga rupanya yang tak banyak tahu, karena masih ada Kanjeng Mami, yang cukup terkenal di Kadin Bali, dan sudah terlanjur di cap sebagai pengusaha sukses, sejak suaminya masih ada.
Cokde merupakan penggemar traveling, geologi, penggemar seni tadisional, sudah banyak diketahui seniman, dengan seringnya beliau melakukan pameran di gallery seninya. Bahkan sebuah bukunya tentang hubungan seni dengan geomorphologi daerah sudah siap cetak. Kalau buku kedokterannya masih banyak dirujuk adalah disertasi hasil penelitian beliau yang di buat dalam format buku, diterbitkan oleh Universitas Kyoto.
Kedua Cokde harus mempersiapkan diri untuk menjadi dosen, serta mempersiapkan pernikaahannya dengan Rani, yang sudah berhasil untuk melanjutkan studi di Bali. Kemudian harus menyiapkan penggantinya untuk memperkuat manajemen perusahan yang akan ditinggalkan ke kampus, ke rumah sakit, ke laboratorium maupun memenuhi tuntutan pasien-pasien setia Cokde yang mengharapkan dia praktek lagi.
Tak terasa waktu telah siang, Cokde pamitan dengan Pak Dekan. Sambil  becanda Pak Dekan berbisik ke Cokde, “Bagaimana kopinya Siwi, enak kan”.
“Iya Siwi memang pawai bikin kopi, susunya hangat , tapi kekentalan”
“Akh kamu bisa saja Cokde”
Meraka bertiga, Pak Dekan, Cokde dan Bu Siwi saling bersalaman, dan Bu Siwi berjanji akan segera memproses semua adminiatrasi yang terkait dengan proses pengukuhan maupun dengan proses studi Rani, maupun penunjukan promoter dan Co promotornya.
Dalam pikiran Cokde, berkecamuk berbagai masalah antara senang, dan kekhawatiran muncul silih berganti, Untung saja Yande yang memegang stir kendaraan siang itu. Mereka berdua membelah siang yang tidak begitu panas, menyusuri jalan By Pass Ngurah Rai, meluncur dari Kampus. Yande kita pergi ke Starbuck Bandara, aku mau ketemu pacarmu Yande, kata Cokde. “Seperti yang kita rencanakan tadi pagi. Dia ada kan. Apa sudah kamu membuat janji dengan dia seiang ini?”.
“Siap Tuan”. Tapi kamu setir perlahan saja, kita memutar dulu ke Nusa Dua.  Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Dekat lapangan Golf Nusa Dua mobil disuruh berhenti oleh Cokde. Meraka berbincang dibawah pepohonan rindang.  Dibertahukan Cokde, Yande akan menggantikan atau membackupnya dalam mengelola perusahaan, karena aku mau kembali ke kampus. Tetapi saat akhir pekan aku akan tetap ikut turun tangan, tapi tidak selalu. Ku coba hubungi Intan dan Ratih apa dia bersedia pulang.
Saat ada demo di Pabrik, kulihat apa yang Yande kerjakan merupakan sebuah keputusan yang tepat, menggunakan cara persuasive. Sehingga aku tak ragu akan mengangkatnya membackup aku di beberapa perusahan. Mami kelihatannya juga setuju dengan keputusan ini.
“Kapan kamu wisuda Yande”
“Kan Sudah Tuan, Kanjeng Mami saat itu dengan Meyan, hadir pada saat Wisuda”
“Terima kasih Tuan, karena Kanjeng Mami juga telah bersedia menjadi penguji kami”
“Wah pertanyaannya sangat aplikatif sekali, sehingga kami yang diujinya menjadi kelabakan, tak nyangka akan ditanya demikian”
“Ya Aku lupa Yande sudah Wisuda. Ujian memang begitu, kita harus dapat mengantisipasi semua pertanyaan, yang mungkin saja muncul di luar dugaan kita. Kanjeng Mami kan seorang praktisi, Kanjeng Mami dapat Doktor nya dan Doktor kehormatan, walau beliau tak pernah Kuliah Formal”
“Memang hebat beliau, penguji lain dan pembimbing kami pun kagum dengan pertanyaan pertanyaan beliau. Bahkan Kanjeng Mami ditawari untuk memberikan Orasi Ilmiah, Pidato Bisnis, saat Dies Natalis Universitas kami tahun ini:
“Wah sungguh hebat beliau ya Yande, kamu dorong saja biar kanjeng Mami bersedia, nanti kamu atau kubantu menyusunkan pidato beliau, kamu dengarkan dulu apa-apa yang beliau ceritakan belakangan ini, coba rangkum dalam suatu pidato. Mungkin masalah bisnis terkait WTO yang baru mengadakan summit di Nusa Dua baru-baru ini”.
“Kalau itu memang perintah kepada saya. Saya siap melaksanakan, dengan permohonan jangan kami langsung di lepas Tuan”. Saya hanya meniru apa-apa yang saya lihat dengan kebijakan Tuan maupun kebijakan Kanjeng Mami itulah yang saya lakukan”. Dalam berbisnis saya ini plagiator, yang saya idolakan Tuan dan Kanjeng Mami.
Cokde sangat senang mendengarkan pendapat Yande yang sudah mau mengurungkan niatnya untuk bekerja dengan orang lain, diperusahaan lain dimana ia melakukan PKL dulu. Dia dapat memetik pengalaman saat PKL dan mengawinkannya dengan kebijakan perusahaan keluarga kami, sehingga ilmu dan pengalamannya menjadi lebih berwarna.
Mobil itu meninggalkan rerimbunan pepohonan pinggiran Lapangan Golf menuju Bandara. Tujuan utama Cokde sebenarnya ingin bertemu dengan pacarnya Yande, untuk meminta waktu berbicara untuk melakukan pembicaraan serius. Tentu pembicaraan tentang maksud Cokde akan segera meminangkan Yande, setelah pengukuhan, dan acara perkawinan Cokde dengan Rani. Meyan sudah setuju dengan rencana ini, Cokde sudah pernah membicarakannya.
“Mereka duduk dimeja yang sudah dipesan, sebelumnya oleh Yande”.
“Dua kopi latte, dengan snack sandwich tuna masing-masing dua potong, keduanya meneruskan berbincang”
Mereka ditemani pacarnya Yande yang sebelumnya sudah disuruh minta ijin untuk menemani karena ada uruasan keluarga yang perlu dibicarakan. Sang Pacar Yande pun telah berganti kostum agar tidak kelihatan sedang kerja. Yande hanya diam saja, lebih banyak Cokde mengungkapkan keinginan beliau untuk segera meminangkan Yande, sehingga meminta untuk melaporkan ke Keluarga, tentang kapan kesiapannya menerima datang.
Mereka sepakat, Yande dan Sang Pacarpun tak menyangka akan secepat itu mereka akan diperesmikan menjadi sepasang suami istri. Ia berjanji akhir pecan ini akan pulang ke kampung menyambapikan berita baik ini, kepada keluarga disana. Apalagi sekolah keduanya sama sama sudah kelar, Yande dengan Sarjana Ekonomi Manajeman, dan pacarnya sebagai Sarjana Ekonomi Akuntansi.  Sungguh pinter Cokde menyiapkan kader-kadernya. Meraka sekolah pada sekloah yang berbeda, sehingga tidak bersamaan wisudanya.
Yande menyelesaikan bill pembayaran dan Cokde sempat ngobrol berdua dengan Sang Pacar Yande. Menyampaikan beberapa harapan dan pekerjaan yang akan dipercayakan kepada mereka.
“Terima kasih Tuan, Tuan telah memperhatikan kami” ucap pacarnya Yande.
“Sudah kamu tak usah berlebihan Luh, semuanya itu sudah ada yang mengatur, saya kan hanya menyampaikannya saja, sudah jangan lupa ya Salam Untuk Kedua Orang Tua dan keluarga di Kampung”.
“Inggih Matur Suksema, terima kasih”
Cokde dan Yande dengan mobilnya secara perlahan meninggalkan parkiran bandara, diiringi lambaian tangan Sang Pacarnya Yande. Hati Luh berbunga-bunga, tak manyangka surat lamaran yang dia siapkan akan dikirimkan ke perusahaan-perusahaan setelah Wisuda, ternyata sia-sia. Tuan Muda telah menyiapkan pekerjaan kepadanya. Semua kebaikan hati beliau akan kami balas dengan kerja keras. Terima kasih Tuhan uangkap Iluh, “Engkau Maha  Adil, Engkau Selalu Datang Saat Kami membutuhkannya”.
Mobil merka telah keluar bandara melanjutkan acara hariannya, I Luh pun kembali ke pekerjaannya dengan kembali menganti pakaian, dengan seragam waitressnya. Memang cantik dia, tak salah kalau Yande memilihnya.

-----------------------------------------------------Pondok Betung, 10 Desember 2013=========

Tidak ada komentar:

Posting Komentar