Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 20 Desember 2014

de Karma -2 : Oleh-oleh dari Timor L'este



“CINTA LAMA DEKARMA DENGAN MAWARDI PANTANG BERSEMI LAGI

Kado dari Timor Leste (google.co.id)
Seperti biasa aku Dekarma pulang menyetir mobilnya sendiri, dia pulang dari Tmor Leste menengok adaik kesayangannya, dia sangat rindu bermain dengan keponakannya. Seminggu dia disana, mobilnya dia titip di samping bandara pada sebuah kantor kargo langganannya. Dekarma diangga[ bagian dari perusahaan kargo itu karena banyak mensupport ide kreatif untuk iklan perusahaan ini. Burung cerukcuk, becica dab punglor yang ada saling bersautan seakan tahu kalau tuannya datang, semuanya bersemangat menyambut.

Jumat, 12 Desember 2014

Sobar-16 : Phase Kerinduan Sobar.



“KERINDUAN SOBAR UNTUK BEBAS”

Taman Bunga (google,com)
Pagi itu rintik hujan masih saja satu dua menitik membasahi bumi, burung ‘becica’ yang di Jawa disebut dengan kacer sangat rebut di lingkungan rumah Sobar. Suaranya saling bersahutan dengan ocehannya burung punglor atau anis. Lincahnya becica, dibarengi dengan genitnya ulah punglor membuat hati yang menyaksikan terbawa kea lam yang lain, siapaun akan terbawa ocehannya. Hati merekapun dibawa menjadi terhibur.

Demikian pula hati Sobar pagi itu, sambil lamat-lamat dia menyetel lagu Cinta Durjananya dari Reynold Panggabean diiringi Orkes Dangdut Tarantula, mengalun lembut membawa lamunan Sobar jauh ke era tujuh puluhan saat dia sedang memadu kasih dengan Lasteri. Dia sampai hamper tertidur di kala anak bungsunya Luna datang mengendong cucu Sobar yang masih belum genap setahun  bersama Reno. Bu Sobar langsung mengambil cucunya dibawa mendekat ke kekeknya. Tiga insan cucu , kakek dan nenek langsung bercengkerema, mereka mendekat kandang burung, karena memang ‘Lasteri” panggilan saying Sobar kepada cucu wanita pertamanya ini, sangat senang bermain menggoda burung burung tersebut.

Burung-burungpun kedenagarannya semakin ramai, pasangan muda itu Reno dan Luna ikut bergabung setalah meletakkan bawaan mereka di kamar, kamar Luna saat masih sendiri yang masih terawatt dan kosong hanya dipakai kalau Luna dan Reno pulang ke rumah Sobar. Reno berguman bahwa Mertuanya Sobar memang sangat menyayangi bund Lasteri, sama dengan cintanya kepada Bu Sobar.

Meraka terus bergabung di Bale Bengong yang menghadap taman yang bunganya mulai berkembang terutama Bunga Desembernya, warna merah, jingga dan putih membuat taman menjadi ramai didatangi kupu-kupu. Pohon manga Lalijiwo kelihatan masih menyisakan buahnya satu dua, tapi harum manis mini masih banyak buahnya, yang menurut rencana nanti siang kami petik untuyk rujakan.

Di Bale Bengong rupanya sudah tersedia minibar yang sudah siap menyediakan mesin minuman panas, kopi, the, coklat panas, atau soft drink dingin. Pagi itu hidangan yang disiapkan olhe Bu Sobar semuanya berbahan alami dan masih segar, kulihat ada : talas rebus, singkong rebus, lempog singkong, pisang tanduk rebus. Lunapun berguman pada Pak Sobar. “Pak ini rupanya sudah melaksanakan himbauan Pak Menteri PAN RB ya pak pertemuannya memakai produk petani dalam negeri?” . “IYa-iya, itu ibumu kemaren dapat kiriman dari anak yang Bapak sekolahkan menjadi Insenyur Pertanian itu dulu. Kemaren mereka datang membawa isteri dan anak-anaknya.
Setelah semuanya duduk dengan baik Sobarpun mulai mengungkapkan keinginannya akan mundur dari anggota dewan. Menyusul ramainya penolakan masyarakat terhadap rencana reklamasi Teluk Banua. “Lho kenapa Bapak mesti mundur karena alasan itu pa, kan fraksi Bapak tidak setuju dengan rencana tersebut, apa tidak mengurangi ketajaman perjuangan fraksi, Pa?” sela luna. Luna kelihatannya tidak setuju kalau itu menjadi alasan Sobar mengundurkan diri. Kalau Bapak mengundurkan diri karena ingin focus terhadap masalah kerokhanian, focus ingin menikmati masa tua Bapak ya Luna setuju.

Sebenarnya itu alasan Bapak yang sebenarnya, namun hati kecil Bapak sebagai seorang yang berlatar pendidikan Teknik Sipil, Bapak dalam hati kecil sangat mendukung reklamasi, namun karena hal-hal yang terkait dengan proses perijinan dan gejolak yang berkembang dimasyarakat memicu keinginan Bapak untuk lebih cepat mengajukan pengunduran diri.

Bila melihat latar belakang dan tjuan reklamasi sebenarnya, Pulau Kecil ini sangat membutuhkan reklamasi, terlebih pantainya lebih banyak berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dinama banyak bersarang gempabumi besar sebagai pembangkit tenaga tsunami. Para seismologis juga mnyebutkan daerah ini sebagai daerah tsunamigenic.

Areal laut yang sudah mulai tercemar sampah plastic dan limbah pembuangan domestic dari sungai yang melewati kota menjadikannya semakin memperihatinkan, sehingga reklamasi salah satu cara untuk mengembalikan kelestariannya. Demikian juga dengan sulitnya lahan para klaum urban, mereka sangat tidak malu-malu membangun dengan liar di bantaran hutan bakau yang semakin lama semakin dangkal akibat pencemaran. Itu juga kalau dibiarkan malah merupakan ‘reklamasi’ liar. Kan lebih baik kalau reklamasi dilakukan dengan terencana.

Reklamasi akan menjadi benteng pantai dari terjangan ombak pantai selatan, maupun dari terjangan tsunami bila terjadi tsunami. Hanya saja dampak negative reklamasi itu perlu kita rencanakan dengan baik-, dengan hati jernih, dan bukan dengan bargaining politik yang terkadang merupakan bargaining yang menguntungkan para negosiator dalam sesaat, tidak memikirkan dalam jangka panjang. Ini yang mengusik keteguhan hati Bapak.

Reklamasi akan semakin menggerogoti persediaan air bersih di kota kita, namun dia membuka lapangan kerja yang sangat luas, dari yukang saat membangun sampai insinyur seperti kamu Reno, menyediakan lapangan kerja bagi perhoelan danlain lainnya. Tapi apa yang kita lihat sekarang ini, berapa persen sih tenaga kerja local kita yang ada dikota ini, mereka kalah bersaing. Yang informal banyak datang dari timur, dan yang berpendidikan banyak datang dari Barat, dan manca negara. Belum kalau kita lihat pemilik modal itu.

Mereka lebih banyak datang dari luar, bahkan banyak yang berkedok kawin ekonomi, mereka kawan dengan perempuan local agara dapat membuka usaha, membeli property, dan memutar modalnya di sini, keuntungan semuanya masuk kenegerinya. Tamu akan memesan hotel dinegaranya sehingga pajak susah kita telusuri. Mereka banting harga membunuh para pengusaha local secara pelan  pelan.

“Pak kalau kegelisahan Bapak karena masalah itu membuat bapak mengundurkan diri sebagai wakil rakyat, apa itu tindakan yang benar?, menurut aku justru bapak kalau mau memenangkan pertandingan lebih baik tetap menjadi pemain, daripada bapak menjadi penonton” Luna mengingatkan Bapaknya. Renopun meminta Bapak mertuanya untuk mempertimbangkan kembali renca pengunduran dirinya. Tapi Reno tidak memaksakan keinginan itu, karena Reno tahu Pak Sobar sudah lama ingin mundur mau memasuki tahapan keyiga dalam hidup, yaitu wnaprasta, dengan mengundurkan diri dari hiruk pikuk duniawi, dunia politik, dunia bisnis, dengan lebih memusatkan perhatian ke masalah yang lebih soft, yaitu masalah spiritual.

“Ya memang pendapat kalian itu semuanya benat” kata sobar sambil menyantap lempog dengan gula merah kesenangannya. Tapi Bapak sudah bulat dengan rencana Bapak, bahkan untuk mengurusi bisnis Bapak ingin kuserahkan kepada kalian berdua. Bisnis KOnstruksi kurasa Reno masih mampu menjalankannya, garmen dan perhotelan kuserahkan kepada anak-anak lelaki Bapak, nanti kita bicarakan dengan mereka walau harapannya tipis karena mereka sedah pada mapan dengan usaha mereka.
Dari rumah utama terdengar semakin jelas lagu Cinta Durjana, rupanya Ibu sambil mengambilkan Bapak tissue basah memutar kembali lagu itu. Itu pertanda ibu mengingatkan Sobar untuk berhenti dulu berdebat, jam makan siang sudah lewat. Bu Sobar keligatan sedang asyik bercanda dengan cucu wanitanya, ditemanai cucu mereka yang lain.

Ponakan Buleku datang menghampiti kami, mengingatkan bahwa Time for lunch katanya. Kamipun mengikuti Bapak untuk bersantao siang bersama. Kutahu saat bersantap bersama merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau. Kamipun bersantap siang, dengan makanan siang kesukaan Bapak, dengan suasana Jawa Baratan.

Kulihat ada Sambal oncom, ada ikan emas dan mujair bakar, ditemani denga lalapan mentimun potong, lencai, rebusan gondo, dan sambel terasi. Sebagai penutup ibu membuat pudding nangka, dan pisang raja.

Kulihat Bapak sangat bersemangat makan bersama putri kami, kami menikmati sekali makan siang kali ini. Pnakan bule kami, Reno . sangat menikmatinya. Kebetuylan beberapa minggu ini kami tidak sempat menikmati menu serupa, Mamanya Reno lebih banyak memasak masakag khas Jawa Tengahan, bacem, lodeh yang umumnya masih terkesan manis. Kuliaht putriku sangat senang disuapi oleh Ibuku bersama Bapak, sampai-sampai Bapak makannya tidak jelas.

Kulihat jelas kebahagiaan di raut muka Bapak sambil memangku putiku, ditemani ibu menyuapi mereka berdua. Ibu sangat telaten menyuapi Bapak dan anakku. Mereka masih terlihat mesra. Ibu tidak pernah merasa cemburu kepada bapak, walau beliau masih mencintai almarhumah Lasteri, walau sempat membencinya sebelum tahu keadaan sebenarnya. Ibu membuat masalak itupun kutahu pasti untuk membangkitkan nostalgia dan kenangan masalalunya, sehingga bapak tetap bersemangat. Ibu seakan tak pernah mencemburui Bapak.

Saat kutanya ibu menjawabnya selalu dengan jawaban yang sama. “Bapakmua memberikan seluruh cintanya kepada Ibu, semenjak beliau memutuskan menikah dengan Ibu yang kala itu belum kenal beliau. Dan itu tidak pernah berubah sampai saat ini. Hal-hal lain itu merupakan masa lalu Bapak, Ibu bahkan bapakmu pun tidak akan kuasa merubahnya” selalu begitu jawaban ibu. Memang sungguh mulia cinta mereka berdua, semoga Tuhan Memnerikan Orang Tua kami umur yang panjang. Itulah doa Luna selalau untuk kedua orang tua mereka.

Sobarpun kelihatan masih asyik bercengkerema di ruang makan dengan cucunya. Ibu meminta Luna membuatkan bapak kopi, karena kopi merupakan hidangan pamungkas kalau beliau sedang makan. Walau aku tahu Ibu yang selalu membuatkan kopi untuk bapak. Kali ini aku membautkannya. Kuhantarkan ke Bapak, dan kupersilahkan meminumnya. “Silahkan Pak, ini istimewa Luna yang buatkan”.
Sruppppppp Sobar menyeruput kopi itu, Akh kamu sudah pintar membuatkan bapak kopi Luna, persis seperti buatan inumu. Akupun senang dipuji Bapak, Mungkin salah satu sifat wanita yang selalu senang dipuji,w alau itu terkadang pura-pura. Hahahahahaha…….. Terima kasih Pa, yapi kan tidak seenak kopi ibu. 

Sobarpun memending keinginannya untuk sementara waktu untuk mengundurkan diri dari anggota dewan. Tapi Sobar meminta ada waktu yang lebih banyak untuknya dapat berkumpul dengan cucu-cucunya, yang mengharuskan Luna dan Reno lebih sering pulang. Mulai mengundurkan diri dari urusan bisnis, perusahaan akan diserahkan kepada Reno dan Luna untuk Biro konstruksi, sehingga Reno dan Luna harus membagi waktunya lebih rapi lagi.

Pasangan Kakek Nenek itupun kemudian masuk ke kamar tidur mereka bersama sang cucu, karena putri kami kelihatan sudah mengantuk. Setengah jam kemudian kutidak mendengarkan candaan mereka, Aku lihat Bapak, Ibu Sobar dan putriku sudah tidur pulas saling berpelukan bertiga. Aduh …. Mungkin kebahagiaan itu yang diimpikan Bapak sehingga mau mundur dari anggota Dewan. Kami biarkan saja keputusan itu menjadi keputusan Bapak, kami tidak ingin lagi untuk menundanya.

Kamipun seperti pacaran kembali dengan Reno, duduk berdua di Bale Bengong melanjutkan menikmati bunga dan ramainya kupu-kupu serta suara burung yang masih ramai siang itu.
Puri Gading, 13-12-2014