Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 20 Desember 2014

de Karma -2 : Oleh-oleh dari Timor L'este



“CINTA LAMA DEKARMA DENGAN MAWARDI PANTANG BERSEMI LAGI

Kado dari Timor Leste (google.co.id)
Seperti biasa aku Dekarma pulang menyetir mobilnya sendiri, dia pulang dari Tmor Leste menengok adaik kesayangannya, dia sangat rindu bermain dengan keponakannya. Seminggu dia disana, mobilnya dia titip di samping bandara pada sebuah kantor kargo langganannya. Dekarma diangga[ bagian dari perusahaan kargo itu karena banyak mensupport ide kreatif untuk iklan perusahaan ini. Burung cerukcuk, becica dab punglor yang ada saling bersautan seakan tahu kalau tuannya datang, semuanya bersemangat menyambut.

 
Seperti biasa Dekarma mendekati Maida yang sedang online dengan Mangadi. Dia berteriak sampaikan Me bahwa aku sudah sampai. Nah Maida langsung saja pergi keluar dari ruangan telekonfrense menuju Bale Bengong, kemudian disusul Dekarma. Dekarma khawatir Maida marah dengannya. Karena oleh-oleh yang dia bawa dari Timor Leste tidak dihiraukan oleh Maida. Dekarma sudah hafal dengan kelakuan dari Mamanya itu.

Akhirnya dia merayu Mamanya, sehingga mau berbicara masalah yang sedang mengganjal hatinya. Padahal Dekarma merasa selama ini taka da apa-apa dengan mamanya.

“De kamu apa sudah tidak punya rasa malu lagi de, kamu anak Meme satu satunya, jujurlah sama meme, jangan buat malu nama keluarga” 

“Ada apalagi ne Me, kok meme berbicara begitu, apa Karma ada salah, Karma rasa selama ini Karma tetap memegang teguh amanat dari almarhum Ayah, tidak akan buat malu keluarga”

“Nah kamu Tanya saja Neni, guna menangkal pergunjingan orang apa kamu setuju kalau meme nikahkan saja kamu dengan Neni”.  De Karma mengalah dia kembali ke kantornya, dan menunggu Neni pulang dari Kuliahnya. Ia tidak ingin duka di hati meme bertambah lama dan bertambah dalam dia tidak mau berdebat.
Di atas meja kerjanya sudah tersedia hidangan buah, dan jajanan kesukaannya. Pisangnya kelihatan pisang raja matan di pohon, dan kuenya merupakan uli yang ditemani dengan tape ketan hitam, Dekarma ingat benar pesan ayahnya. Tidak makan makanan yang tidak jelas, dari mana atau dari siapa. Bila tidak berkenan dihati tak usah dimakan, karena secara sugestif aka nada penolakan dari dalam.

Dekarma tak habis fikir kenapa Meme marah dan semenyesal itu. Pasti ada masalah yang perlu dirundingkan sampai-sampai dia menyuruh aku segera nikah dengan Neni saudara sepupuku yang sudah kuanggap sebagai adik sendiri, yang aku persiapkan untuk mewakili aku mengelola perusahaan ini. Makanya kuminta dia sekolan Manajemen, pada Fakultas Ekonomi.

Hari sudah bergulir sore, Neni menghampiriku ke ruang kerja, Biasa dia menyiapkan snak dan minum aku sore. Kusuruh dia duduk dulu setelah menyaipak snak dan minuman, padahal aku sendiri juga bisa melaksanakan akan tetapi itu perintah Meme harus aku ikuti. 

“Neni coba kau ceritakan, kenapa Meme marah padaku, dan menyuruh aku menikah dengan kamu Neni, apa nggak salah itu?” Kataku. Dan Neni [un menceritakan bahwa Mbak Mawardi kemarin sore datang membawakan kiriman yang ada di meja itu. “Mawadi istri Pak Lurah itu Neni” Tanya Dekarma. Ia Mawardi itu, dia menceritakan bahwa dia telah dicerai oleh pak Lurah. Karena alasannya hanya sepele. Dia tidak setuju kalau Pak Lurah memusuhi kakak. Kata Mbak Mawardi, dia minta maaf kepada meme karena telah melukai dan menyakiti keluarga ini. Karena dia memutuskan rencana pernikaan kakak dengannya dan menikah dengan Pak Lurah empat tahun yang lalu.

“Ohhhhhh begitu aku tahu persoalannya, kamu tidak usah teruskan lagi Neni dan aku akan menemui Meme sehabis dia sembahyang sore. Sehabis sandikala nanti. Kau segera bantuan meme mungkin dia perlu bantuan kamu nen” 

Meme dengan kusuknya bersembahyang ditemani Neni sore itu, dia menggelar tikar di pelataran pura keluarga kami. Aku ikut bersila disampingnya memanjatkan doa-doa japa setalah kulapalkan bersam Trisandya. Kulihat Meme sangat kusuk berdoa untuk kebahagian dan keselamatan kelaurga kami baik yang dirumah maupun yang ada dirantau. Kulihat wajah Meme bersri-seri, lalu kugapit lengannya kuajak keluar duduk di Bale bengong.

Kuceritakan bahwa aku dengan Mawardi, sudah tidak ada hubungan apalagi, sejak dia memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahan denganku, dan memilih menikah dengan Pak Lurah. Itu hanya karena orang tuanya ada ikatan hutang piutang dengan keluarga Pak Lurah. Demi menjaga aib keluarga terkait utang piutuang yang sudah jatuh tempo dengan bank, maka keluarga Pak Lurah yang menyelesaikannya. 

Me itu cerita lama, aku tidak akan mau menelan air ludah ku sendiri yang sudah kuludahkan Me. Meme ingatkan itu. Kalau masalah jodoh memang aku berencana tahun ini akan melaksanakannya bila ada jodoh. Memang batalnya pernikahan aku dengan Mawardi menyebabkan ayahku sakit-sakitan, sampai akhirnya sakitnya itu sebagai penyebab kematiannya. Aku tahu itu hanya karena ras malu ayahku yang berlebihan.

Setelah ketemu Dr Sri beberapa bulan lalgu, gejolak keinginanku untuk menikah kembali menjadi menggelegar. Aku ingat beberapa teman yang pernah dekat denganku beberapa tahun belakangan ini. Beberapa ada yang sampai mengajak aku menikah karena kecocokan diantara kami. Ada yang sedaerah, beda daerah sampai ada yang beda kebangsaan. Semuanya kandas tanpa ada alasan. Mungkin aku sebagai lelaki yang tidak rumantis kali. Tapi kok Dr Sri kutahu masig ser dengan ku, dapat kubaca dari raut mukanya, dari debaran jantungnya saat memeluk aku. Akh mungkin aku GeeR kali.

Meme setuju dengan penjelasanku. Beliau melarang kami untuk menjalin kasih kembali, walau Mawrdi sudah cerai dengan suaminya. Berita itu samar-samar memang pernah meme dengar akan tetapi itu sudah bukan perhatian nya. Hanya saja karena pantang bagi keluarga Dekarma untuk menolak tamu, maka kedatangan Mawardi kemaren sore membuat luka lama dihati meme menganga kembali.

Dekarma tahu dari cerita Neni. Bahwa Pak Lurah telah melaporkan Dekarma sebagai seorang warganya yang kena sakit jiwa dan dipasung diumahnya. Makanya Dr Sri yang mengelola yayasan yang membatu mengobati dan mengembalikan kesehatan jiwa mereka dengan suka rela, apalagi bagi yang telah dipasung.
Hahahaha siap yang dipasung. Kreatifitasku tak dapay dipasung. Biarlah dolar mengalir deras ke rekeningku. Kau tak peduli dengan omongen lurah yang sudah ada sentiment pribadi dengan keluargaku ini. 

Kepada Meme kuceritakan bahwa aku memang merencanakan akan segera mengakhiri masa lajangku. Tapi aku minta waktu kalau tahun ini aku tidak menemukan jodohku, maka aku akan mengikuti saran Meme untuk menikahi Neni saja. Kebetulan akhir tahun ini Neni diperkirakan akan lulus sarjanyanya. Sudah cukup modal pendidikan dan pengalaman membantuku untuk mengelola perusahan ini. “deKarma Corp”.

Meme kulihat meneteskan air mata melihat adanya jawaban pasti dariku, dan Neni kuingatkan nikah atau tidak dengan aku, Neni akan tetap menjadi wakilku diperusahan miliku. Termasuk tetap mengelola semua rekeningku seperti saat ini. Kami berangkulan bertiga, meme-Neni dan saya sendiri, sebagai rasa meme bahagia mendapatkan kepastian aku untuk menikah, yang selama ini tidak pernah dia sampaikan.

Kepada Meme kujelaskan juga niat itu sudah aku rembugkan dengan adikku Mangadi, dan ipar sekalian sahabatku Kamajaya saat kesempatan rapat keluarga di Timor Leste, termasuk rencana ku untuk mengabungkan minimal membuat link dengan Biro Arsitek adikku di Dilli, sehingga mudah terhubung dengan teman-teman seperjuangannya di kota kami, dengan emmakai ‘backborn” jaringan cyber kami.

Kuperlihatkan kembali semua oleh-oleh yang kubawa untuk Meme dari Timor Leste, berupa kain tenunan tradisional dan kopi yang termasuk kelas satu disana. Meme kelihatannya sangat senang menerimanya. Demikian pula Neni kubelikan sehelai kain songket Timor Leste yang menurut ku sangat cocok dia pakai dipadankan dengan kebaya.

Meme dan Neni kelihatannya sangat senang dengan oleh-oleh tersebut. Akupun lega telah mengobati kekecewaan meme, dan tdiak mengkawatirkan aku akan kembali menjalin kasih dengan Mawardi, seorang gais –kala itu- yang telah mengecewakan dan membuat malu keluarga kami, yang harus kami bayar mahal secara moril.

Malampun semakin larut, burung hantu di kandang telah berbunyi yang menadakan bahwa sekitar kediaman kami ada wanita yang sedang ngidam. Kamipun terdiam bersama untuk menikmati suara burung hantu atau celepuk itu, Puk….puk…..puk…. puk…..   Akhirnya meme nyeletuk, siapa lagi yang hamil ya. Ku teruskan dengan kalimat yang biasa dia ucapkan…. “Mantuku kapan ya hami cucuku….”. karena kami bertiga sudah hafal dengan kalimat meme. Makanya setalah aku ucapkan itu kamipun tertawa berderai Hahahahahahahahahahahahahha. Selamat Malam.

Puri Gading, 20 Desember 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar