Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Rabu, 04 Februari 2015

de-Karma 3 : Mimpi De Karma




“MIMPI DE KARMA”

Suasana Vila sekitar studio de-Karma (google.co.id)
Neni bergegas pergi ke studio De Karma, dia melihat De Karma masih tertidur di sofa, dengan nyenyaknya pagi itu. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 09 00 . Dia segera merapikan barang-barang yang tertinggal di meja. Susu coklat panas dan ulibakar yang ia sajikan tengah malam tadi kelihatannya hampir utuh, hanya sedikit berkurang. Mungkin susu coklat hanya diseruput satu tegukan dan sepotong uli bakarpun masih sisa separuh. 

Neni membukakan jendela, membiarkan angin pagi dan sinar mentari masuk ke studio sehingga badan De Karma sedikit dijilat matahari. Neni tahu itu kesenanngan De Karma, karena dia terbiasa melihat majikan yang juga saudara sepupunya itu memang orang yang gila kerja, tanpa memperhatikan waktu. Tapi malam tadi lain, karena malam tahun baru. Dia baru pulang ke rumah dengan moge nya hampir lewat tengah malam.


Secangkir kopi kapucino panas disiapkan Neni dengan sepiring kecil pisang goreng kipas buatannya terhidang di meja. Perlahan kelihatan De Karma telah bangun.
“Selamat Pagi Neni”
“Selamat Pagi Bli”
“Enak benar tidurku tadi Nen”

Secara otomatis Neni sudah berdiri di belakang De Karma, sambil memijiti bahu dan punggung De Karma yang mungkin agak pegal karena tidur kenyenyakan di Sofa. Sambil melek merem  De Karma menikmati pijitan Neni setelah menyerupuk Kopi Kapucino dan sepotong pisang goreng. Tidurku enak sekali Neni. Aku dibawanya dalam nostalgia yang panjang.

Aku ingat betapa hidup ini indah, saat aku menjadi anak sedikit bandel dan berandal di saat menempuh sekolah diluar daerah. Aku di kejar-kejar cewek, ya jadi idola ceritanya. Hanya saja pesan Bapak aku harus menikah dengan orang se daerah membuat aku terkendali. Lagipula kerja merupakan tuntutan beliau sebelum menikah. Hahahaha……. Aku paling ingat saat Sri mengejar nengejar aku. Dia memang cantik, berambut panjang orang se daerah, tapi aku tak mau menjadi “odipus complek” walaupun tak tampak di wajahnya, dia bisa merawat wajah karena dia dokter rajin nge gym dan aktip menari. Aku tak tahan godaan matanya itu…… kau tahu kan Sri? Ya aku tahu Bli yang baru datang dengan Pak Lurah itu kan Bli. Ya yaya bagaimana menurut kamu. Sekarangpun dia masih cantik Bli.

Kemudian bagaimana Mawar yang jinak-jinak merpati itu. Masih muda tapi dia menampakkan kedewasaannya. Walau dia masih SLTA saat pacaran denganku dia sangat dewasa. Dia telah memikat hati Bapak dan Meida. Sampai-sampai persetujuan menikah antar orang tuapun telah dilaksanakan. Hanya saja musibah saat orang tua Mawar terbelit utang karena kalah judi menyebabkan semuanya berubah. Bapak yang merasakan betapa sulitnya mencari uang dengan segala usaha sampingannya selain sebagai PNS dan hidup dengan warisan Meida. Bapak tak mau menalangi utang-utangnya. Iapun terperangkap Keluarganya Pak Lurah, yang mau membantu akan tetapi Mawar bersedia menikah dengan anaknya, Pak Lurah sekarang.

Ya kelihatannya Bapak sangat tidak setuju kalau membiayai kalah judi. Dia seorang PNS yang jujur, pekerja keras. Disamping kerjanya dia punya sampingan sebagai anggota Permata – Persatuan makelar Tanah-. Dari sana beliau membiayai aku dan Mangadi sekolah, dengan doktrin harus selesai sekolah baru memikirkan pasangan.

Mawar kemarin lalu datang menemui Meida, dia membawakan Bli oleh-oleh yang sangat beli senangi uli ketan merah  dan tape ketan hitan. “Aku tidak mau memakannya Nen, karena Mawar merupakan masa laluku” Iya Bli itu akan lebih bagus, masak abangku mau kawan dengan janda. Hoohoy…. Teriak kami bersama.

Terus mimpiku disambung dengan pertemuan ku dengan Souchi, tepatnya Souchi Fukusimha. Gadis Jepang yang lama aku temani saat dia datang kesini. Dia telah menghancurkan hidupku, dia pulang menjelang Gempa Sendai dua tahun lalu. Ku kira sesampai di kampungnya di ikut bersama hanyut diterjang tsunami. Kubaca dari hasil browsing memang daerahnya merupakan daerah yang terparah kena tsunami.

Ya sudah Nen, enak sekali pijitanmu. Kamu memang adikku yang paling bisa mengambil hati dan menyenangkan aku dan Meida. Kamu akan tetap menjadi penerusku dalam usaha ini. Nenipun memukul punggung De Karma, dan mengambilkan De Karma minum dan pisang gornagnya. “Ayo Bli diterusim”

Seharusnya Bli saat kita ke Jepang ngurus bisnis dan pameran seni grafis kemarin, kita mampir dan mencari tahu keadaan Souchi. Kita tidak boleh menjustise sembarangan, mengatakan dia telah mengkhianati janjinya, siapa tahu dia hanya sakit, atau bahkan selamat dan sibuk dengan kesibukan pasca bencana, untuk rehabilitasi atau bahkan sibuk ngurus keluarganya yang menjadi korban bencana itu. Dia hanya punya seorang adik laki-laki yang masih kuliah dikotanya. Kedua orang tua nya merupakan pasangan peneliti yang bekerja di Universitas Sendai.

Iya kenapa ya kita kok tidak mencarinya ke kampong halamannya. Mungkin karena aku sibuk dengan masalah bisnis dan kamu Nen sibuk dengan Meida tour ingin menyaksikan Gunung Fuji saat pepohonan pada kecoklatan di saat musim gugur. Angin yang berhembus kencang juga memaksa kita tidak bisa sering keluar rumah. Nah kalau  memang Tuhan berkehendak Bli menikah sama dia pasti nanti ketemu.

Waduh Nen, nanti itu kapan. Aku kan punya waktu hanya tahun ini saja di berikan oleh Meida, kalau aku tak bisa menikah tahun ini. Berarti………. Kita akan menikah Nen……. “Asyikkkkkkkk” jawab Neni.  Neni aku bukan tak mau menikahimu, lebih dari itu. Kau kuanggap sudah sebagai adikku sama dengan aku menganggap Mangadi. Kau kan sudah punya pasangan yang sudah berulang kali mengajak kamu menikah Nen. Kau menikahlah dengan pacarmu yang ada sekarang. Dia anak baik. Tapi Bli Karma, keluarga ini jauh diatas segalanya bagi Neni.

Mentari telah meninggi rupanya, Meida telah kedengaran memanjatkan doa-doa di pura keluarga. De Karma pamit ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri sembahyang. Dan Neni bergegas pergi ke dapur mempersiapkan makan siang kelaurga. Dia tidak ikutan sembahyang karena lagi berhalangan. Tape ketan hitam dan kue uli merah oleh-oleh Mawar, di pinggirkannya untuk tidak dimakan sesuai pesan De Karma.

De Karma kelihatan telah menyusul Meida ke tempat persembahyangan keluarga untuk sembahyang bersama. Neni terkejut saat memperhatikan sebuah Koran masih tergeletak di bale Bengong, sebelum merapikan dia terhenyak melihat profil tokoh yang dimuat disana,

De Karma diulas habis dengan segala kesuksesan dan riwayat pendidikan dan perjalanan kariernya. Neni berfikir bahwa ini pasti ulah Dr Sri yang datang beberapa hari lalu ke rumah untuk mempublikasikannya. Neni tahu persis De Karma sangat tidak senang publikasi. Dan ternyata apa yang diceritakan De Karma dalam mimpinya baru san, ada dalam profil tersebut.

Neni bingung dengan kemampuan wartawan atau nara sumber yang memberikan masukan ke wartawan itu. Neni bingung De Karma pasti akan marah bila mengetagui dirinya dipublikasikan oleh Koran local secara gambling begitu. Apa mungkin ini sebagai jawaban tentang isu dan rumor yang di sebarkan oleh Pak Lurah terhadap De Karma terkait dengan tuyul itu ya, atau terkait dengan pasungan itu. Akh peduli amat Neni yakin De Karma akan bisa secara bijaksana menyikapinya.

Puri Gading 5 Perbruari 2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar