Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Selasa, 17 Februari 2015

Rani-25 Tancap Kayon



“KANJENG MAMI TANCAP KAYON”

Tancap Kayon (google.co.id)
Malam itu semilir angin dingin berhembus, menyeruak ke dalam ruangan melalui sela sela jendela yang masih terbuka. Rembulan malu-malu dibalik awan seakan awan Januari tetap menyelimuti tipis malam itu. Di beranda Bale Utara, semua anggota Keluarga Besar Puri Anyer telah berkumpul, menunggu Kanjeng Mami yang akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting kepada mereka, Kanjeng Mami sebagai Pengemong Puri, tetua Puri Anyar telah berhasil mengangkat kembali Puri Anyer sebagai Puri wisata dan secara rutin dikunjungi  rombongan touris untuk menyaksikan pertunjukan Calonarang yang diiringi Okokan, yaitu keroncongan sapi atau kerbau yang dibuat sedemikian rupa sehingga suaranya menjadi sebuah harmoni. 



Pertunjukannya mirip dengan tari Kecak, akan tetapi suara mulut penari Kecak diganti dengan suara Okokan. Demikian pula dengan tari pergaulan berupa Joged Bumbung, dengan acara manggung secara rutin menjadikan masyarakat setempat dapat secara gratis membiayai anak-anak mereka sekolah, karena oleh pengurus Joged biayanya dicover dari hasil pertunjukan yang terkumpul.

Semua anak dan menantu serta cucu Kanjeng Mami berkumpul semua tak terkecuali dengan Sang Besan Ladawa dan Salmah juga hadir bersama anak mereka dan cucunya, sebagai undangan khusus walau mereka bukan keluarga inti. Kanjeng Mami keluar dari ruang suci tempat beliau membaca ayat ayat suci serta melantunkan sloka-sloka, dan mengajak semua tetamunya untuk pergi ke halaman tengah yang disebut Jaba Tengah, naik ke panggung dimana masyarakat telah menunggu pertunjukan kesenian yang memang direncanakan malam itu, yaitu Calonarang dan Joged Bumbung. Hanya saja untuk kali tidak menerima tamu touris, khusus untuk masyarakat setempat bergembira.

Meraka keluar beriringan disambut dengan gending lelambatan, iringan musik rindik pengiring joged bumbung, yang sudah dipersiapkan dengan rapi. Kanjeng Mamipun memulai acara dengan mengumumkan bahwa beliau akan memulai Tancap Kayon. Tancap kayon dalam lakon wayang Bali dikaitkan dengan waktu jeda kata Kanjeng Mami.

Memang benar malam itu Kanjeng Mami menyiarkan bahwa beliau akan berhendi secara umum dari kegiatan bisnis beliau, dan akan memulai tahapan Saniyasin memulai mencurahkan perhatian penuh kepada masalah spiritual dan Ketuhanan. Beliau akan turun ke bisnis bila diperlukan saja, bila Yande, Nitami tak bisa menyelesaikan operasional sehari-hari, Di komisarisi oleh Cokde dan Rani sambil tetap mengabdi di Perguruan Tinggi sebagai Dosen, dan menerima pasien secara social saja.

Menantu Jepang akan tetap menitipkan seorang anak mereka, atau cucu untuk tetap berkarier membantu Om dan Tante mereka menjalankan usaha spa, namun semua cucu Jerman Kanjeng Mami akan kembali ke Jerman, Mereka telah memiliki karier yang cukup bagus disana.  Hanya saja mereka akan menjadi agen distributor eropah produk Le Anyer Group terutama wine, sedangkan ke dua putra Cokde akan mengambil alih tugas Kanjeng Mami di Perusahaan disamping menemani dan memperkuat Landasan Keagamaan Kanjeng Mami, Ckde Junior juga telah selesai dalam pendidikan Doktor Falsafah Agama disamping Doktor Kesehatan Kerja. 

Cok Raka akan berganung dengan Leste Oil, karena Kanjeng Mami telah mengakuisi perusahaan minyak swasta di Timor Leste, dari keluarga de-Karma, yang telah lebih dulu membuka usaha disana. Cok Raka memang seorang geologog perminyakan, Lulusan Universitas Kiyoto. Jadi dia tetap bisa berkiprah sesuai dengan hobi dan kompetensinya, serta mengembangkan bisnis kelompok perusahaan keluarga ini, menginternasional.

Terakhir diperkenalkan pasangan Cok Alit, dengan Savitri yang telah menjadi bagian  Keluarga Ladawa, yang diperkenalkan dalam forum itu sebagai Bangsawan Ring Satu Raja Karangasem, akan tetap berkiprah pada Group Ladawa, Baloso. Nanti kalau memang ada keinginan merger beberapa usaha akan dibicarakan dengan Ladawa dan Salmah secara seksama kekeluargaan, kata Kanjeng Mami.
Mereka hampir besamaan semua terkejut pada saat Kanjeng Mami memperkenalkan Ladawa sebagai keluarga Ring Satu Kerajaan Karangasem, sekitar duapuluhan orang masyarakat tua muda naik ke atas panggung memberikan salam hormat khas, seperti orang bersujud. Rupanya mereka adalah keturunan dari tentara Karangasem yang saat pasca perang dulu menyebar sampai ke wilayah itu, dan anak beranak sampai saat ini dengan menyembunyikan asal usul mereka.

Ladawa memberikan salam balik, dan mereka satu persatu kedepan menghampiri Ladawa dan bersujud pada keluarga Ladawa, Salmah, Rani, serta Cok Alit-Savitri. Mereka terharu menemukan kembali seorang keturunan pemimpin mereka yang telah ratusan tahun terpisah. Ladawa tidak mampu menahan air matanya sehingga bulir panas menetes dipipinya. Serta memohon maaf kepada Kanjeng Mami dan pengunjung sekalian karena acar menjadi terganggu dengan bertemunya ahli waris tentara pasukan kerajaan, dengan ahli waris pemimpin mereka.

Cokde, meneruskan memberikan sedikit sambutan terkait dengan Tancep Kayon Kanjeng Mami, mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah membantu saling abhu membahu untuk mempertahankan budaya sehingga Puri Anyer bisa tetap eksis dengan tradisi dan budayanya, bahkan sekarang sudah menjadi sebuah industry wisata, yang mampu membantu membiayai sebagiak kebutuhan masyarakat disamping sebagai hiburan dan penyeluran seni disana.

Dengan dketahunya bahwa menantu Puri Anyer yaitu Rani merupakan keturunan bangsawan Karangasem juga menjadikan masyarakat semakin solid, karena mereka yang sebagai ahli waris tentara kerajaan Karangasem yang jauh dari pemukiman mereka sekarang, telah dispersatukan dengan ahli waris komandan mereka dimasa lalu. Dan tentu penyambutan Ladawa akan berbeda pada masa masa selanjutnya oleh masyarakat itu bila kembali datang.

Intinya Cokde dan Keluarga Puri Anyer meminta masyarakat tetap mendukung dan menjaga tradisi masyarakat setempat, melestarikan budaya dan Puri dipersilahkan untuk digunakan untuk mandala berkesenian. Setelah diakhiri dengan doa bersama, masyarakat diajak untuk menikmati makan malam bersama, dan Joged Bumbung di mulai, sebagai hiburan sambil menikmati makan malam. Meraka besenda gurau, ada yang ngibing dulu, baru menikmati makan. Pokoknya malam itu semua merasakan kegembiraan yang sangat tinggi.

Ladawa tidak henti-hentinya di datangi keluarga dari warganya yang sudah puluhan tahun merindukan suasana pertemuan begini. Mereka merasakan bukan sebagai masyarakat asing lagi tetapi langsung sekarang berkumpul dengan komendan mereka. 

Semua titah Kanjeng Mami diterima secara bulat oleh anak-anak beliau, baik yang akan tinggal di Puri maupun yang sudah keluar menikah. Demikian juga Ladawa yang hanya berfungsi sebagai besan, hanya dapat memberikan support saja dan menyerahkan semua keputusan itu kepada Kanjeng Mai, yang dalam beberapa bulan terakhir ini sudah mendiskusikannya secara panjang lebar dengan Ladawa, wlau mereka merahasiakannya.

Kanjeng Mami terlihat sangat bahagia, karena telah mampu mengestapetkan kerajaan bisnis Le Anyer Group, yang sudah mereka rintis puluhan tahun, sebagai pembuktian bahwa merka tidak hanya bermodal cinta datang ke Puri akan tetapi juga bermodal keterampilan untuk mengembangkan usaha, menjaga keajegan Puri sehingga bisa eksis sampai generasi dua tingkat di bawah Kanjeng mami. Kanjeng Papi almarhum pasti akan senang bila menyaksikan keberhasilan ini.

Bulan semakin meninggi, tetabuhan Joged, sudah berganti dengan irama Calonarang yang diringi dengan okokan, yang sering disebut tektekan. Suaranya bergelombang antara suara lembut dan keras, mengiringi tari keris sebagai puncak dari Calonarang. Halaman tengah puripun masih ramai masyarakat, menyaksikan tari-tarian. Anggota Puri telah masuk kembali ke dalam Puri. Ladawa tidak dapat menyembunyikan keharuannya, Salmah dengan setia mengelap butiran air mata dan keringat yang membasahi muka Ladawa. Memang malam itu agak panas sehingga keringat mereka pada bercucuran.

Bulanpun sudah condong ke barat, satu persatu keluarga Puri telah masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat, tinggal Ladawa dan Salmah serta didampingi Rani ngobrol di Bale Bengong, menyaksikan jatuhan bunga kamboja ke kolam renang bersamaan dengan hembusan rintik halus embun malam dibawa angin. Ladawa menceritakan dengan detail bagaimana dulu tentara kerajaan sampai terpencar, ke daerah mana saja, serta pimpinan pimpinan mereka.

Ladawa sangat lihai dalam bercerita tentang masalah peperangan, babad dan masalah Kerajaan dimana leluhur mereka dulu mengabdi. Sampai-sampai Rani dan Salmah sangat antusias mendengarkan dan menemi Ladawa dengan kebahagiaannya malam itu. Satu botol anggur merah mereka nikmati sambil mendengarkan cerita Ladawa yang sangat heroik dan menarik itu.

Salmah berbisik ke Rani  pantesan sangat gigih Ladawa mengejarnya saat mau mempersuntingnya, segigih tentara yang diceritakannya. Demikian pula kesetiaan Ladawa kepada keluarganya  sampai sampai tidak menikah kembali walau Salmah telah meninggalkannya dalam waktu yang lama. Saking sudah larut malam dan cerita dilanjutkan sambil tiduran di Bale Bengong, Ladawa, seakan seorang ayah medongengi anaknya sebelum bobo, didampingi istri tercinta. 

Sudah tak terasa saking capek dan nagntuknya dan dibuai angin malam yang semilir rupamya mereka bertiga Bapak, Ibu dan anak, tertidur bertiga di Bale Bengong. Ladawa bernostalgia mengenang saat Rani masih di pangkuan Salmah, saat mereka masih hidup bersama berkumpul di Mataram. Tetesan air mata Ladawa tak mereka sadari telah terbawa tidur, karena Salmah dan Rani duluan tertidur. Sungguh besar anugrah Tuhan Yang Maha Esa, mengumpulkan balung balung yang tekah berserakan. Sementara Tancap Kayon juga. Dan serita Rani ditutup sampai disini.
TamaT

Puri Gading, 17 Pebruari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar