Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 26 Juni 2014

Rani - 20 :Second Wave



“GEJOLAK 'SECOND WAVE' DI HATI RANI”

Add caption
Pagi itu sudah beranjak siang. Di kejauhan diatas pohon kapuk terdengar suara burung tekukur gembira menyambut siang yang cerah, sedikit dingin. Kemarau kali ini terasa semakin kering sesuai dengan informasi, ada gejala El Nino lemar merembet di paruh pertama kemarau, walau tidak sekuat tahun-tahun El Nino sebelumnya.  Cokde masih sibuk didepan komputernya membaca sebuah artikel Gelombang-Gelombang Kehidupan Perkawinan dari Prof Pablous, seorang Guru Besar Psikologi dari Brasil, dimana Piala Dunia 2014 dilangsungkan. Mungkin dia lagi menonton Klub Bola Brasil kesayangannya melawan Kemerun di Satadion Maracana. Dia tak tahu tulisannya banyak dibaca dan dirujuk secara global.

Minggu, 22 Juni 2014

Sobar 10 : Ngabenkan Lasteri dan Nenek Antar Bangsa


“UPACARA MENDIANG LASTERI DAN NENEK ANTAR BANGSA”

Bade Saat Ngaben
Acara pengabenan Lasteri dilakukan dengan sangat meriah, yang merupakan Ngaben dengan sekah, yaitu ngaben tidak dengan jenasah, akan tetapi jenasahnya digantikan dengan sekah, suatu simbul jenasahnya Lasteri, dimana semasa hidupnya merupakan tempat bersemayamnya jiwa, atma atau roh nya Lasteri. Acara ini berlangsung di pemakaman kampung nya Sobar,Samara dengan melibatkan semua elemen masyarakat.
Sobar memang sangat terpandang di kampungnya, karena keluarga Sobar sejak beberapa keturunan merupakan keluarga yang cukup kaya dan terpandang di kampung Samara. Kesempatan ini digunakan secara kreatif oleh keluarga Sobar untuk melaksanakan berbagai kegiatan. Tidak saja hanya memprelina, mengupacarai kematian Lasteri, tetapi juga digunakan Sobar untuk mengumpulkan konstituennya pasca pemilu, mengumpulkan tim suksesnya untuk melakukan pesta bersama. Singkatnya sebagai kesempatan Sobar menyampaikan terimakasihnya kepada tim sukses, dan konstituennya yang setia memilih Sobat untuk menjadi legislatip lagi di daerah walau hanya tingkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi.
Kedua menantu Sobar yang berkewarganegaraan asing, menggunakan acara ini untuk sebuah event mendatangkan tamu dari negaranya masing-masing. Ia menggaet beberapa agen perjalanan besar di negaranya untuk mendatangkan tamu pada event tersebut. Ratusan rombongan touruis jepang dating ke acara ini, demikian juga ratusan tamu datang dari Australia, dimana asal seorang menantu Sobar.
Acara dibuat sedemikian rupa sehingga merupakan sebuah event kreatif, dengan menyiapkan para guide yang mampu menjelaskan acara ngaben dengan cara Nyekah, tanpa jenasah karena jenasah telah lama bahkan tahunan sudah dmakamkan  dan jauh dari kampung Sobar. Acara dirangkai dari Saat Ngulapin, menjemput arwah Lasteri dan menstanakan di Sekah, acara pembakaran di Kuburan desa Samara, upacara membuang abu ke laut, sampai acara Nyegara Gunung Maajar-ajar.
Rangkaian Acara ini berlangsung hampir seminggu, dengan setiap malam diisi dengan acara kesenian tradisional. Seperti : Baris, yang merupakan tarian upacara sacral yang dimainkan oleh penari-poenari ternama beserta pengiring dari kelompok musik gamelan yang sangat kompak; Joged Bumbung yang seksi, mengundang para tetamu asing untuk ikut melantai malam itu, memberikan saweran dan ditemani minuman tradisional tuak; Tetketak sebuah tarian kolosal yang ekspresif tentang Calonarang yang diiringi oleh alat musik semuanya dari kentongan. Semuanya dikemas dengan interaktif antara panari dan penontonnya untuk menghidupkan suasana. Termasuk group genjek yang setiap malam menghibur masyarakat dengan nyanyian kontemporernya, yang terkadang menjurus ‘porno’ kalimatnya membuat penonton berteriak ataupun tertawa geli.
Saat acara pembakaran Sekah, para turis kagum dengan bade (bale-bale) untuk menggotong sekah ke kuburan- dikerjakan dengan sangat apik, dan ornament yang sangat tegas dan klasik, sebagai persembahan Reno terhadap mendiang tantenya. Reno memadukan kemampuan rancang bangun dan kemampuan seninya yang selama ini menonjol dalam dirinya. Reno mendapat pujian telah berani memasukkan unsur seni modern dalam karyanya ini, seakan menerobos seni klasik yang selama ini digunakan dalam seni pembuatan Bade. Seperti kita ketahui hampir semua ritual adat dan keagamaan di kampung Sobar tidak lepas dari ekspresi seni masyarakatnya. Memang kampong Sobar walau lumbung beras di Bali, tapi juga merupakan kampong seni.
Foto almarhumah yang dipajang di Bade tersebut, membuat kaget masyarakat setempat karena menyangka Luna yang meninggal. Foto tersebut sangat mirip dengan Luna, dan sepintas mirip dengan Bu Sobar. Memang Sobar sangat beruntung memiliki isteri yang dan anak mirip dengan mantan pacarnya yang selama ini dianggap menebar Cinta Durjana, padahal cinta sucinya dibawa sampai mati. Hehehe kaya lagunya Koesplus saja. Luna seakan merupakan reinkarnasi Lasteri.