Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 26 Juni 2014

Rani - 20 :Second Wave



“GEJOLAK 'SECOND WAVE' DI HATI RANI”

Add caption
Pagi itu sudah beranjak siang. Di kejauhan diatas pohon kapuk terdengar suara burung tekukur gembira menyambut siang yang cerah, sedikit dingin. Kemarau kali ini terasa semakin kering sesuai dengan informasi, ada gejala El Nino lemar merembet di paruh pertama kemarau, walau tidak sekuat tahun-tahun El Nino sebelumnya.  Cokde masih sibuk didepan komputernya membaca sebuah artikel Gelombang-Gelombang Kehidupan Perkawinan dari Prof Pablous, seorang Guru Besar Psikologi dari Brasil, dimana Piala Dunia 2014 dilangsungkan. Mungkin dia lagi menonton Klub Bola Brasil kesayangannya melawan Kemerun di Satadion Maracana. Dia tak tahu tulisannya banyak dibaca dan dirujuk secara global.
Sesekali Cokde memperhatikan istrinya yang tidur dengan pulasnya, mungkin juga masih bermimpi nonton bola di stadion Maracana, atau masih bermimpi dialun ombak Teluk Halong Bay Viet Nam, tempat kami memadu kasih beberapa mala mini. Istriku kelihatannya mengalami second wave dalam perjalanan perkawinan kami, dia sangat menikmati bercinta, bila kubandingkan saat kami menikah. Mungkin karena beban kuliah, dan lainnya yang ikut membelenggu kesehariannya. Dia memang selalu ingin perfect, demikian pula dalam studi, maupun dalam bercinta.
Mudah-mudahan saja perkawinan kami dapat langgeng dengan gelombang gelombang kebahagiaan, yang dapat kami ikuti bagai berselancar di depan tanjung Uluwatu, yang gelombangnya bersambungan. Kata Prof Pablous, gelombang itu bisa positif berupa kebahagiaan, bisa juga negative berupa prahara, harus dikelola dengan baik agar dia tetap menjadi bumbu perkawinan sepanjang masa hidupnya.
Sehabis mengantarkan anakku yang pamitan sama Mamanya untuk pergi dengan Kanjeng Mami, Rani sempat terbangun, memberika ‘mik’ itu istilah keluarga kami memberikan ciuman saying kepada keluarga yang mau pamitan. Cokde Junior anakku mau pergi sama Kanjeng Mami ke Bukit Spa, mau melakukan relaksasi, sehabis Kanjeng Mami melakukan Tour ke Viet Nam. Anakku membangunkan maminya, dia naik mepunggung Maminya yang sedang tidur, dan maminyapun terbangun. Sempat kudengar diledek anakku. Hehehe mami, tidurnya kaya aku saja…… hehehehe tak pakai CD. “Gak apa mami kegerahan semalam” sahut istriku. Akupun geli mendengarnya.
Diapun menggoda maminya minta ‘nenen’ lagi. “Ayo kalau mau sini”, jawab istriku. “Ogah aku mau pergi, aku hanya mau ‘mik’ saja ma/ Alum au pergi sama Kanjeng Mami. Daa Mami katanya. Terus meminta aku mengendongnya seperti biasa acara rutin kalau bertemu atau mau meninggalkan aku. Ku hantar mereka sampai ke mobil, dan melambaikan tangan ke Kanjeng Mami setelah kucium tangan Kanjeng Mami, demikian juga Rani melakukannya. Kulihat Rani agak kikuk karena dia hanya memakai baju tidur dan kain pantai saja. Nggak apa apa kan rumah kami tertutup, da nada halaman tengah, sebelum kami ke halaman luar yang digubungkan gapura ke jalan raya.
Rani rupanya tidur lagi, setelah kepergian Kanjeng Mami dengan putraku. Kesempatan buatku untuk melihat-lihat draft skripsi , thesis dataupun disertasi bimbinganku. Kebetulan tahun ini agak banyak membimbing dan menspromotori mahasiswa. Tak kuduga, terdapat sebuah email dari bekas bimbinganku dr Pandriya dan dr Neni, yang mengundang aku untuk dating menghadiri sekalian berkenan menjadi wali nikahnya. Ini berita menarik karena aku tahu Neni, bunga kampus yang sering putus nyambung pacaran dengan banyak perjaka, akhirnya menikah. Mereka ingin bertemu aku siang ini.
Rupanya Rani telah merapikan diri, tiba-tiba duduk dipinggiran kursi kerjaku. Dengan manjanya. Aku tahu parfum yang dia pakai menunjukkan dia sedang ……. On the top . Dia minta aku menemanunya sarapan. Kebetulan aku sudah sedikit lapar, karena menunggu dia bangun untuk sarapan. Meyan rupanya menyiapkan sarapan Kue-kue kampong dengan kopi Capucino, tentu saja kopi luwak produksi dari perkebunan keluarga di Pupuan.
Ku lihat ada kue Ketan Kukus dengan kacang merah, lempog singkong, dan La Klak yang lengkap dengan gula juruhnya yang sudah dimodifikasi Meyan dengan sedikit campuran gula batu. Semuanya itu merupakan kue pavorit kami. Kami minta Meyan menyiapkannya di tepian kolam, tempat yang bisa kami menghadap hutan kapuk, dan menikmati angin laut dari Selat Badung. Siang itu kulihat air laut agak kebiruan, tersinari mentari redup, dengan sedikit semilir angina dingin.
Meyan, terima kasih ya, kata Rani. Kelapa parutnya sudah ditambahi sedikit vanili, sehingga semakin menggoda selera. Kue Ketan Kukus memang mantap, kalau ditaburi kelapa parut, dan sedikit gula juruh. Wah terasa sekali di desa. Suara tekukur masih terdengar saling bersahutan di dahan kapuk randu yang mulai belah belah buahnya. Kapas bauhnya sudah sesekali melambai tertiup angina.
Cokde, aku merasa sangat bahagia, ku harap Aji –sebutan baru Cokde setelah punya anak- demikian juga. Kita dapat membahagiakan Kanjeng Mami dengan memberikan Cokde Junior, yang sangat lengket dengan Kanjeng Mami. Cokde Junior, diyakini Kanjeng mami sebagai reinkarnasi Ayah. Sehingga mereka sangat lengket sekali. Kami  sangat menikamti Capucino buatan Meyan dengan kue jajanan kampong itu. Sensasi La Klak nangka dengan pewarna daun suji, maupun lempog singkong dengan gula merah menggoda kami.
Tiba-tiba Meyan datang menghampiri, kami yang tengah menikmati sarapan pagi sambil membahas tulisan Prof Pablous. “Tuan mohon ijin Tuan, ada tamu ingin bertemu”. “Oh ya Meyan suruh kesini ikut bergabung”. Dengan sigap Meyan menghampiri tamunya mengantar tamu.
Heheehe Pandriya dan Neni, apa kabar. Aku baru saja baca emailnya, dan belum sempat kunalas, orangnya sudah dating. Ayo silahkan duduk kita gabung disini saja. Ikut sarapan. Rami mengingat ngingat Pandriya, kalian yang di Bangsal Rehabilitas Barkoba Remaja ya. Kalau dokter Neni aku ingat, karena ikut sibuk saat promosi Doktor ku. “Selamat dating” kata Rani.
“Wah sarapannya eksotik Prof” kata dokter Neni. Mereka larut dalam obrolan kesehatan dan sesekali melebar ke bisnis. Rani rupanya melihat kelebihan Panriya dalam merehabilitasi anak remaja yang kecanduan narkoba. Dalam hatinya ingin merekrut nya untuk mendirikan klinik gabungan tepatnya pedeookan atau asram untuk mendalami yoga, dengan rehabilitasi. Tapi setiap melebar kemasalah bisnis Aji mengingatkan untuk kembali ke rencana jangka pendek pernikahan mereka.
“Nah apa yang bisa kami batu” Tanya Aji. “Kami kesini ingin secara langsung mengundang Prof, beserta keluarga untuk berkenan hadir dan menjadi saksi nikah kami” kata pandriya. “Ok Pan, Astumgkara kami akan berusaha datang, namun sebagai saksi mungkin kami tawarkan dulu ke Kanjeng Mami, siapa tahu beliau berkenan, kalau tidak berkenan ya OK aku bersedia” jawab Cokde. “ Wah Ketan Kukus kali ini rasaynay sangat eksotik, gulanya dicanpur apa ya Dok” Tanya Neni kepada Rani. “Mbuh itu racikannya Meyan, kami hanya memberikan masukan saja setiap kali Meyan menyiapkannya, dan dapat racikan yang pas seperti itu. “Kami berharap Prof bersama Ibu bisa hadir dan menjadi saksi pernikahan kami, kami mengharapkan kebahagiaan dari Prof dapat mengalir ke kami” kata Neni. Akh Neni bisa saja. Kapan kalian akan mengambil spesialis kalian, Tanya Rani saat mengantarkan mereka berdua ke mobilnya. Iya ini kami menikah dulu, karena kami berdua baru pengumuman ikut lulus ambil spesialis. Neni mengambil spseialis nedah plastic, sedang Pandriya tetap pada jalur rehabilitasi medic, seperti pekerjaannya saat ini. “Selamat ya, semoga semuanya lancar, persiapan pernikaahan, persiapan spesialisnya. Dan Terima kasih lho undngannya” jawab Rani sambil cipika cipiki dengan Neni.
Meraka kembali ke Bale Bengong sambil memperhatikan baraung burung liar yang saling berkejaran siang itu. Alunan music dangdut terdengar lamat-lamat dari kejauhan mungkin ada warga yang hajatan. Ji apa keduanya dulu merupakan bimbingan Aji, Tanya Rani. Ya mereka itu bagai dua sisi mata uang, mudah-mudahan saja bisa saling melengkapi. Pandriya orangnya sangat kalem, tidak pernah pacaran karena ada kesulitan beaya saat kuliah, sedangkan Neni dia bunga kampus. Tidak pernah lama menjomblo, pacarnya gonta ganti, mungkin belum ada kecocokan. Namu keduanya anak cerdas, Pandriya tidak aktip di masalah social saat kuliah, kebalikan Neni. Namun setelah keduanya tamat malah berbalikan, Pandriya sangat aktip di lembaga social kemasyarakatan, sedangkan Neni sebagai dokter hanya menjalani dinas dan praktek saja.
Kita datang ya Ji, kita lihat-lihat lahan kalau memungkikan kita membuat klinik terpadu disana saja. Kudengan daerahnya Pandriya udaranya sejuk, sungainya masih jernih dan airnya masih besar. “Ok kamu bisa melihat ada lahan keluarga yang nempel desa, dekat dengan kebun kopi di Pupuan sana. Nanti kita bisa lihat tidak perlu beli lahan. Kita bisa kerja sama dengan Pak Wayang, saudagar ikan yang juga pernah menawari Aji untuk kerjasama membangun klinik serupa. Nanti kukenalkan ma”, jawab Aji.
Rani sudah mendekatkan dirinya lagi, di tepi kursi malesnya Aji. Dari balik bajunya kucium parfumnya lamat-lamat menggodaku. Kupanggil Meyan, untuk merapikan sarapan tadi, dan kamipun kembali ke kamar. Ombak laut di Selat Badung kulihat telah bagus, sudah saatnya berselancar. Demikian pula filingku mengatakan ‘ombak’ nya Rani juga lagi pasang, yang sudah siap kuarungi berselancar. Kupeluk Rani dia memberikan respons seperti biasanya.
Kami meneruskan siang itu kembali di kemar kami yang telah rapi, dirapikan Meyan. Kayanya Meyan tahu apa yang sedang terjadi pada kami, seakan maklum…………………………………. Hari tiu kuhabiskan di kamar saja setelah menerima Pandriya dan Neni, tahu-tahu sudah sandikala melepas hari itu. Kanjeng mamipun belum pulang. Kubisiki Meyan, kenapa tak ngingetin makan kami Meyan. “Maaf tuan, kami tak berani” kata Meyan. Silahkan makannya sudah siap Tuan. Terima kasih Meyan, kami mau makan di luar mau mencari Udang dan Kepiting Meyan. “Haaaa jangan jangan ngidam lagi ne jeng Rani”, kata Meyan. Biarin saja Tuan, kan ngejar setoran………………………………………..meyan membisiki tuannya.Hahahahaha.. merkapun ketawa berdua,
Puri gading, akhir Juni 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar