Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 15 November 2015

Cerpen Sebuah Penantian Panjang



“AKHIRNYA YANG KUTUNGGU DATANG JUGA”


Pesta Lilin
Selama Mas Adri suamiku pemulihan cedera leher, aku kekantor tidak bisa full seperti biasa. Aku berangkat agak siang terkadang pk 10 00 baru aku meninggalkan rumah, karena capek sering juga aku pulang kebih awal. Itu berlangsung sudah hampir dua bulanan. Sore tadi aku janji untuk mengantarkannya konsul terakhir ke Rumah Sakit, tetapi aku ketiduran sesampainya di rumah. Saking pulesnya aku bari ternangun setelah Mas Adri pulang konsul.
Aku malu, karena saat aku terbangun Mas Adri sudah duduk disampingku, memperhatikan tidurku sambil mengikuti siaran TV . Aku bergegas mandi setelah seperti biasa aku memeluknya dan diberikan kecupan sayang.
“Ran cepatan manti, Mas tunggu di ruang makan”. Suara Mas Adri masih belum jelas ku dengar saking nyenyaknya tidurku sebelumnya.
Tidak sampai dua puluh menit aku sudah bergabung, dengan suamiku di meja makan. “Ada apa ini mas kok romantis sekali, kok nggak bilang-bilangsih”.
“Ya sudah kamu pasti lupa Ran, sekarang tanggal berpa”
“Oh….. terima kasih sayang, aku sampai lupa, hari pernikahan kita, sepuluh November”.
Seperti biasa, setiap tanggal tersebut aku menjadi galau. Apalagi hari ini, genap sudah sebelas tahun aku mendampingi Mas Adri.  Kegalauanku semakin menjadi jadi. Apa mungkin karena tadi siang aku ketemu Mas Joni, si Pelaut yang masih tetap membujang sampai umur diatas 35 tahun. Dia masih saja menggodaku walau aku tahu itu becanda, tetapi terkadang aku menanggapinya serius.
Tadi siang dia bilang dia mau menikah denganku, bila aku mau dan membatalkan akan menikah turun ranjang dengan kakak iparnya, yang ditinggal mati kakak Mas Joni yang meninggal karena kecelakaan, di Tol tiga tahun lalu. Keluarga beliau khawatir kalau Joni menjadi bujang lapuk, dan keponakannya tidak ada yang mengurusnya.
Joni menyetujui kemauan keluarga, karena memang Warni iparnya itu merupakan ‘bintang’ dan ‘bunga’ kelas mereka. Joni dan Warni memang saat sekolah lanjutan atas ada dalam satu angkatan bahkan beberapa kali satu kelas. Aku jadi cemburu.
Ya cemburulah, karena Joni pernah menjadi pacarku. Hanya saja aku tidak mau dijodohkan dan dinikahkan muda, saat Joni mau mengikuti sekolah pelayaran di Jakarta. Walau hanya kawin gantung aku tidak menyetujuinya. Dan akhirnya sejalan dengan berjalannya waktu aku tertarik, jatuh hati dan menikah dengan Mas Adri, seorang kakak teman aku, yang sering memperhatikan kala aku main atau belajar bersama di rumahnya.
Mas Adri sangat baik, bahkan kelewat baik terhadapku. Setelah menikah aku tetap dibebaskan bekerja mengejar karirku sampai saat ini, Direktur LIngkungan sebuah perusahaan minyak suasta nasional. Pencapaianku ini mendapat dukungan penuh suamiku. Walau keluarga bergerak dalam bisnis yang hampir sama mereka tak memaksaku untuk bekerja di perusahaan keluarga.
Terkadang aku kelihatan sangat egois. Lebih mementingkan karier kebanding dengan keluarga. Sangat mungkin kondidi ini menjadikan kami sampai tahun ke sebelas belum dikaruniai momongan. Ini sering membuatku galau. Memang suamiku tak pernah mempermasalahkan masalah ini, tetapi sifat kewanitaan dan keegoisan ku menjadikan aku galau, bahkan tak jarang aku berfikir akan lebih baik berpisah saja dengan Mas Adri.
Kebaikan Nas Ardi dan keluarganya menjadikan kami takut mengemukakan keinginan itu. Sudah beberapa dokter kami datangi, bahkan sampai ke Penang segala. Semuanya mengatakan kami sehat dan subur, sehingga tak ada alasan untuk kami kawatir tidak punya keturunan, kecuali memang sudah kehendak dari atas sana.
Kegalauan mala mini, aku sampaikan secara terus terang dengan Mas Adri, diujung perayaan pernikahan kami yang berjalan syahdu, setalah semua penghuni rumah mengucapkan selamat. Suami istri asisten keluar kami, kedua sopir kami. Godaan Mas Joni terus terang saja menambah semangatku untuk menyampaikan keinginan ku kepada Mas Adri untuk bercerai.
Apa respon Mas Adri?. Eh ternyata dia mengacuhkannya, tetap memuji aku. Berterima kasih kepadaku atas perhatian yang lebih selama dua bulan selama Mas Adri sakit, dan kurawat di rumah. Mungkin karena waktu kami lebih banyak kumpul dirumah menjadikan kami lebih romantic. Terutama aku lebih manja kepada Mas Adri.
Aku malu menyampaikan bahwa aku ingin berpisah karena tidak dapat memberikannya keturunan sampai tahun kesebelas. Egoku sangat besar, aku merasa bersalah, padalahal kami terlahir dari keluarga yang mempunyai keturunan lumayan banyak. Mas Adri lima bersaudara, anak ke dua, satu-satunya anak leleki di keluarganya. Dan kami anak pertama dari empat bersaudara, dua lelaki dan dua perempuan. AKu dan kakakku perempuan dan dua adikku lelaki.
Sambil mengusap rambutku Mas Adri, membisikan ke telingaku, bahwa aku tak perlu mengatakan apa yang baru aku katakana. Diapun belum pernah memasalahkan belum adanya momongan diantara kami. Mas Adri sangat yakin kami akan mendapatkannya, seperti keyakinan para dokter yang memeriksa kami. Kami diberikan waktu dua dua tahun lagi. Kalau sampai tahun ke 13 belum juga ada momongan baru akan dilakukan upaya bayi tabung.
Demikian pula dalam dua bulan ini, walau Mas Adri sakit beliau masih memberikan aku nafkah lahir batin, dan kami menikmatinya. Bahkan aku sangat menikmatinya, terlebih aku diijinkan mengerjakan pekerjaan kantor dari rumah, dan waktu di kantor aku atur sendiri. Kecuali rapat aku harus tetap menjaga image datang tepat waktu.
“Ran aku ada hadiah untukmu sebagai hadiah pernikahan kita, aku harap menjadi surprise untukmu”
“Selamat Malam Tuan, maaf kami mengganggu”, kata Mas Noko driverku;
“Ayo Mas Noko, masuk ada apa?” kata Mas Ardi.
Ku lihat Mas Noko menyerahkan membawa map rumah sakit yang ketinggalan di mobil, yang berisikan medical record ku. Aku bantu ambil, kulihat-lihat sambil mendengarkan penjelasan Mas Ardi tentang hadiah perkawinan kami. Ternyata saham Perusahan aku bekerja, sudah lebih dari 60 persen merupakan saham keluarga, dengan atas namaku.
Terima aksih Mas Ardi, pantesan Bosku memberikan aku waktu lebih longgar dari biasanya selama mengurus dan mendampingi Mas Adri saat cedera ini. Mas Adri meamng amniak main golf. Dia mendapatkan passion disana, mendapatkan banyak inspirasi bisnis disana. Aku segera memeluk suamiku, memberikan kecupan sayang atas perhatian dan pemberiannya kepada aku. Sebuah amplop jatuh dari Map Medical Record suamikua.
“Ran, kayaknya ada yang jatuh, coba kamu lihat”
Kunyalakan lampu ruang makan yang semula dengan lampu lilin saja, sehingga menjadi lebih terang. Sebuah amplop Hasil Laboratorium . Kuperhatikan hasil lab ku, yang dua hari lalu konsultasi sekalian ke dokter langgananku, terkait dengan rasa  merosotnya kondisiku beberapa hari belakngan ini.
“:Oh iya ini hasil lab ku mas” dua hari lalu aku konsul ke dokter Burhan, karena aku mudah capek belakangan ini. Seperti tidur tadi sore itu. Kuperhatikan hasil labku………..dan
Aku menangis sejadi-jadinya……. Lebih dari lima menitan, sampai Mas Adri membawaku masuk tempat tidur, diiringi oleh semua asisten rumah tanggaku. Mereka semua kaget, bahkan Mbok Yan ikut menangis menenangkan aku. Mas Adri curiga dengan hasil tes Lab ku, ku pertahankan kuat-kuat, sampai dia marah-marah kepadaku.
Ku peluk suamiku lebih erat lagi, aku bisikkan ketelinganya. Mas maafkan aku, maafkan aku
“Kenapa, harus ku maafkan Ran, kau tak salah”
Maafkan aku…..sambil measih terisak aku katakana bahwa hasil labku , bahwa aku positif hamil..
Sungguh besar Karunia Tuhan, bisikku.
Mas Adri tidak percaya apa yang aku ucapkan, dia mengambil hasil lab dan kacamatanya, aku tetap glendotan dipundaknya. Setelah Mas Adri membacanya, dia segera menelpon dokter Burhan….. , Hallo Mas Adri, selamat anda menjadi seorang ayah. Maaf pasienku masih antre katanya di seberang sana.
Selamat Mas Adri, selamat Mbak Ratni, selamat……….. akhirnya tahun kesebals goallllll
Puri Gading, 15 Nopember 2015


Rabu, 11 November 2015

Kabut Asap

Temanku teriak.......
Bantulah aku, aku sulit bernafas
Asap mengepung kampungku sudah tiga bulan
Matahari malu menerangi kampungku
dia bersembunyi dibalik asap
seakan main petak umpet

Anak-anakku menjerit, katanya
Tak bisa sekolah karena sekolah diliburkan
mereka tak bisa belajar di kelas
Nafas mereka, nafas guru mereka juga
ter engah engah
kekurangan oksigen

Ya Tuhan, aku ingat engkau
Aku ingat temanku yang lama bermukin disana
saat dia pindah ke daerah kerja baru
Dia merasa merdeka, merdeka dari kepungan asap
Pantesan saja Pak Dolo semakin berseri
semakin muda kelihatan setelah pindah tugas dari Pekanbaru

Kasihan
Kasihan
Sungguh Kasian Mereka
Bebaskanlah mereka Tuhan
Dari kepungan asap

Puri Gading Akhir Oktober 2015