Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Rabu, 15 Oktober 2014

Sobar - 15 : Berawal dari Kesulitan Marlina Menemukan ....

“PENAMPILAN MODERN TAPI KONTENS TRADISONAL”

Add caption
Saya telah kembali menyambangi kampus, mencoba untuk membiasakan diri memulai aktipitas setalah buah hati kami lahir tiga bulan yang lalu. Kebetulan dikampus tidak mendapatkan jam mengajar karena administrasi akademik memahami kelahiran anak pertamaku. Anakku pertama perempuan, cucu perempuan pertama di keluarga Reno, maupun di keluargaku. Kegiatanku tidak banyak di kampus, hanya melepas rindu dengan teman-teman dengan teman sekerja akan kerinduan setelah lam cuti.

Biro konsultasi sudah tidak terlalu masalah lagi setalah aku mengikuti saran suamilku, dengan skype aku bisa melakukan konsultasi jarak jauh. Tapi aku tetap memerlukan asisten untuk bertatap langsung, dan aku mengintip dari monitor di rumah. Untuk diagnose aku memberikan advis atau keputusan, dengan dialog jarak jauh bersama asistenku. Teknologi membuat kita menjadi lebih mudah.

Benar saja apa yang dikatakan ibuku, dasrer motip kembang warna pink menjadi trending topik dan trending mode dikalangan ibu-ibu hamil. Kulihat di kamous maupun yang konsultasi kepadaku sangat banyak yang menggunakannya,  selera ibuku sangat modis, dan aku telah menjadi model promosi yang bagus. Padahal kalau kuhitung tak kurang dari enam bulan lalu mulai kugunakan daster itu setelah pemberian bapak.

Aku tak perlu khawatir bila meninggalkan putriku, mama sangat protektif seperti biasa yang lebih banyak merawatku, dan aku cukup memberinya asi, baik langsung maupun dari stok yang aku lakukan. Aku sangat beruntung air susuku sangat melimpah sehingga stok menjadi sangat melimpah. Yang kaya pabrik susu saja, ibu-ibu zaman sekarang. Lagi-lagi teknologi dan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan pada ibu-ibu yang  memiliki bayi dan berkarier.

Siang itu aku coba mampir ke Kantor Biro, aku menyempatkan diri berkeliling melihat-lihat ruangan kantor, ruang tunggu, ruang istirahat . Eh ternyata sudah berubah total dekorasinya. Lagi=lagi aku dibuat tersanjung suamiku. Dia telah melakukan semua yang membuat hatiku senang. Dan selalu berfikiran mendahului keinginanku. Memang suami idaman, pantes saja Ibu Marlina menjadi kesengsem sama suamiku... atau bahkan mungkin dia kesengsem duluan dari aku. Terima kasih Reno telah membahagiakan aku kuucapkan sendiri. Padahal dihadapannya aku sangat pelit memujinya. Dia yang lebih banyak memujiku. Ini bertentangan dengan teori psikologi perkawinan, yang dianjurkan untuk selalu memuji pasangan. Hahahaha lain teori lain praktek kataku.

Aku mencoba somai yang menjadi langgananku sebelum hamil, mangkal tidak jauh dari kantor biroku. Dengan sangat berhati-hati dan terkontrol asupan makanan ke perutku, kupilih somai yang kira-kira tak membuat kualitas susuku memberikan hentakan kepada putriku. Jadi yang tawar-tawar saja, tidak banyak bumbu dan sedikit pedas. Aku ingatkan lebih awal tukang somaynya.

Tak lama sehabis menyantap sepiring somay, Reno datang. Diapun telah memesan somay juga. Kulihat dia seikit lelah, itu dapat kulihat dari raut muka dan rambutnya yang agak awut awutan. Aku duduk disebelhnya, ku keluarkan sisir dari tas ku, kusisiri rambutnya, agar lebih rapi. Kataku kepada Reno, walau sudah punya anak penampilan tidak boleh berubah. Kelihatannya diasangat bahagia dan mengecup keningku.

Kulihat dia makan somay sangat lahap, itu berarti dia ada problem di kampusnya. “Ada apa pa, kok kelihatannya ada masalah?” tanyaku. “Tak apa-apa. Hanya sedikit itu mahasiswaku sudah diarahkan berkali-kali kok tak bisa menerjemahkan ideku dengan baik dalam prakteknya!” Ya sudah tak usah terlalu dimasukin hati, biasa mahasiswa mungkin juga dia banyak persoalan. “Ok kita tidak membahas masalah mahasiswa” “Fokus dulu nikmati somay nya” kubilang sambil menyuapinya. Diapun tak sadar kalau aku suapi. Dia menghabiskan pesanannya dengan cepat. Hehehe Luna kau—kau---lupa, kenapa menyuapi ku. Kan aku tak mau disuapi selama kita nikah heheheh...  “Nggak apa-apa, disuapi juga kan oleh istri tercinta” kataku.

Jalan menuju pulang Reno mengajak aku mampir ke sebuah Restoran yang menjadi langganan para ibu-ibu yang habis melahirkan. Disini disipakna aneka jenis masakan yang dapat segera merangsang peningkatan stamina, maupun merangsang air susu ibu. Merupakan masakan sehat untuk ibu-ibu yang habis melahirkan. Itu bisa kubaca dari daftar menu, dan katalog masalan yang tersedia pada setiap meja. Reno tahu saja ada restoran seperti ini.

Dalam kasyikan aku menyantap sup kepala ikan, daun katuk. Suara yang sangat kukenal menyapaku. Ku toleh, e ternyata Marina, berdir dibelakangku lagi disalami oleh waittress, mereka sangat akrab sekali. Mungkin dia salah satu pelanggan disana. “Selamat Siang Luna, selamat datang di restoran kami” “Lho restoran baru ne Bu Marlina”.

Iya memang restoran ini milik Marilna, dia mempermodern Rumah Makan Padang dengan konsep  resto, dan memadukannya dengan menu khusus, terait dengan kesehatan. Ada menu untuk keperluan ibu hamil, keperluan untuk ibu menyusui, untuk penderita diabet, untuk penerita kolesteraol dan lain sebagainya. Restoran padang Konsef cafe dengan menu masakan pelanggan berkebutuhan khusus.

Dengan nikmatnya aku menyantap sop kepala ikan, rasanya enak, gurih dan menyegarkan dibuat khusus dengan tambahan daun katuk sehingga merengasang produksi air susu, dan rendang ikannya yang sedikir crispi membuat nafsu makan siangku lumayang meningkat. Demikian pula dengan minumannya adalah ‘tuak bambu, walau sedikit anyep diyakini akan sangat baik sebagai perangsang air susu” itu warisan tradisional setempat. Pikirku Marlinda memang brillian dia pintar di kampus, juga pinter melihat peluang, masuk kesegmen pasar yang masih kosong.

Marlina berbicara panjang lebat dengan restorannya, dia juga menceriterakan anak lelakinya yang sudah lari-larian, kelihatan sekali putranya lincah dan cerdas ketika kuampiri. Dia indo tapi kelihatannya sangat kental tradisi nya. Perpaduan yang serasi antara budaya Perancis dan Indonesia. Kata Bu Lina Rapayu, mengendaki satu anak lagi , tapi rupanya Marlina takut karena sudah cukup umur. Dia menyampaikan niatnya untuk datang ke Biro untuk mengkonsultasikan masalah itu.

Rapayu, kerjanya lima-dua, dia sedang menginstalasi Laboratorium Mekanik di Politeknik Negeri Banyuwangi, bantuan pemerintah Perancis. Lima minggu kerja dua minggu libur, atau lima hari kerja dua hari libur. Terserah dia mengambilnya, apalagi Banyuawangi Denpasar tak begitu jauh, kudengar dari Marlina dia sering bolak baik setiap minggu. Terkadang Marlina mengunjunginya kesana dengan mengajak buah hati mereka.

Hampr satu jam lebih kami menyantap hidangan yang kami pesan, sambil ditemani Marlina yang kebetulan katanya belum makan, Renopun menghilang sehingga kami bebas berbincang maslaah perempua. Marlina seorang rpofesional, dia sangat menghargai saranku karena dia minta walau, dia Dosen senior, yang sangat dihormati koleganya sesama dosen, dan disegani serta takuti mahasiswanya. Tapi masalah psikologi banyak berkonsultasi padaku. Dia menyadari ada gap psikolgi antara dia dengan suaminya, karena perbedaan budaya, perbedaan usia dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama ini dia mengapresiasi semua sarakku, dan mengatakannya berhasil seperti harapannya.

Dia juga seorang klayen yang sangat cerdas sering memberi aku masukan. Intinya kami sudah bisas berbagi ilmu. Kusarankan agar diperbanyak promo restorannya, biar lebih dikenal masyarakat. Malah dia lebih memilih memanfaatkan promo tradisional lewat ibu-ibu pengajian maupun ibu-ibu arisan.
Renopun telah kembali. Mereka permisi kepadaku untuk berbincang. Rupanya Reno menghilang berkeliling melihat lingkungan restoran. Reno memberikan beberapa masukan ke Bu Marlina, karena menurut nya Reno lebih spesialis dalam deko, dan selera seninya lebih kekinian kebanding Bu Marlina.

Kudengar Reno menyarankan mengganti beberapa lukisan dekorasi yang ada. Bahkan dia menjanjikan beberapa lukisannya dapat di pakai. Reno menyarankan agar menyediakan tenpat bermain anak – anak di sebidang tanah samping kiri restoran, dipilih permainan massal yang menjadikan anak-anak dapat berinteraksi sesami anak-anak terutama balita sampai sepuluh tahunan.
Pencahayaan di puji Reno, memang Bu Marlina sangat menatanya dengan apik. Hanya saja peralatan makan untuk menghidnagkan makanan mungkin akan lebih baik bila disesuaikan dengan zamannya, tidak kaku dalam patron kondep tradisional. Reno akan mengajak seorang mahasiswanya yang jagi IT untuk mendesign sebuah laman yang dapat mempromosikan Restoran ini. Dan yang tak kulupa juga saran Reno kepada Bu Marlina, agar menganekaragamkan ruang-ruang makan privat, dengan berbagai ukuran karena segmen yang disasar Restoran ini adalah keluarga.

Demikkian pula dengan billboard neon di pintu masuk, agar lebih mencolok lagi  dan lebih berani menonjolkan keunikan restoran ini. Menjelaskan bahwa restoran ini Restoran Keluarga, Sehat, perpaduan tradisi dan modern. Jadi sasaran bidik restoran ini jelas adalah keluarga, menghidangkan masakan tidak saja enak tapi lebih utama sehat, dengan menu tradisonal yang ditampilkan modern.
Marlina menerina usulan Reno, dengan beberapa cacatan yang mereka janjikan akan dilanjutkan diskusinya di kampus, bia perlu melibatkan mahasiswa yang akan mendesign wedsite untuk promo daring restoran tersebut.

Tak terasakan haripun, sudah mulai menuju senja. Kami menyusuri jalan, dan teringat masa-masa pacaran kami bersama Reno, bagaimana dia merayuku kala itu, walau aku agak kaku, karena memang aku tidak pengalaman pacaran. Dengan pengalaman menata emosi aku dapat mengimbanginya. Mentari jingga telah miring kebarat mau kembali keperaduannya. Mobil dikendarai Reno dengan kecepatan menengah. Masih jelas aku dengar lagu yang dia stel di audio mobilku. Lagu Cinta Durjana, kesenangan bapak rupanya dia stell, mendayulah lagu tersebut sepanjang perjalanan,

Aku hampir tertidur mendengarkan lagu-lagunya Tarantula, namun kutahan karena aku tak mau membuat Reno kecewa yang telah mengajak aku menikmati makanan sehat, sedap di Restoran Keluarganya Marlina. Dia menceritakan bahwa ide mendirikan restoran itu datang dari kesulitan Marlina mendapatkan makanan yang dia inginkan selama hamil maupun melahirkan. Akhirnya dia ketemu temannya Pak De, yang menekuni tanaman herbal, yang memberikan masukan kepada Marlina tentang makanan sehat, dari tanaman sekitar, sehingga keinginan makanan seperti serombot, botok dan lain sebagainya selama kehamilan serta selama menyusui dapat dia ciptakan dengan mudah dengan konsultan Pak De tadi. 

Sebelum empat lagu habis, aku sudah sampai di rumah. Kulihat ma,a dan Ibuku sedang bercengkerema di teras, entah apa yang dibicarakannya, bapak kulihatb asyik bermain badminton dengan keponakanku di seamping rumah. Suatu pemandangan yang sangat membahagiakan. Ternyata bayiku baru saja tidur, sehingga nenek-nenek mereka . Reno memarkir kendaraannya di garasi, aku bersalaman dengan mama dan ibuku, serta menghampiri bapak seperti biasa bapak berhenti sejenak kusalami dan kucium tangannya.

“Ayo kek”, kata ponakanku. Kudekatid an kuusap kepalanya setalah mencium tanganku. Akupun berlalu ke kamar menengok bayiku yang sedang tertidur pulas. Hari ini kulewati dengan tenang dan nyaman, sehingga kekhawatiranku untuk meninggalkan bayiku kerja tidak beralasan lagi. Seiring dengan datangnya magrib, sandikala, semua akhirnya berkumpul di beranda menikmati teh sore. Suatu kebahagiaan tersendiri.

Pondok Betung, 16 Oktober 2014.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar