Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Senin, 07 April 2014

Rani-16 - “RANI PEREKAT KELUARGA, PENGGAGAS REUNIFIKASI”

“RANI PEREKAT KELUARGA, PENGGAGAS REUNIFIKASI”

Bunga Kamboja, Bunga Sepanjang Tahun
Rani bersikukuh tidak mau segera balik ke Puri Gading, ia masih ingin menikmati kesendirian dalam keasrian Puri Anyer di kampong, walau Kanjeng Mami dan Cokde membujuknya untuk kembali karena beberapa penelitiannya harus segera di revisi, untuk dipresentasikan dalam seminar internasional yang akan dilaksanakan di Mataram Lombok, bulan depan. Rani tidak menunjukkan telah terjadi sesuatu yang merubah keputusannya untuk segera kembali.

Naluri keibuan Kanjeng Mami berkata lain. Menduga ada sesuatu yang membuat menantu dalamnya bersikukuh untuk tetap menyepi di kampong, bahkan ada permintaan aneh minta melahirkannya di kampong saja. Cokde menganggapnya sesuatu yang wajar-wajar saja, mingkin keinginan jabang bayi yang sedang dikandung istrinya.


Kanjeng Mami segera mencari tahu apa yang terjadi dari  pendamping yang tinggal di Puri Anyer. Ternyata pada hari pertama Rani di puri, rupanya dia menerima tamu, yang kelihatannya dia tidak berkenan, yang datang bersamaan dengan Dokter Regina, mampir. Kebetulan sepulang Regina dari Jakarta untuk mengikuti Rapat Koordinasi Pemberantasan Penyakit Menular, memiliki waktu mampir ke kampungnya sebelum kembali ke Papua.
Tamu tersebut ternyata Puspa, seorang wanita yang masih kerabat Puri. Saat remajanya pernah ada keinginan keluarga Puri untuk menjodohkan Cokde dengan dia. Pasti dia biang keroknya yang mengganggu tetirah dan yoga yang dilakukan Rani dalam relaksasi kehamilannya di tengah kesibukannya menyiapkan paper, bagian dari hasil penelitiannya yang akan di bawa ke seminar bulan depan.

Burung-burung gereja terlihat melompat kesana kemari, ber cicitan suaranya, sambil membawa serpihan ilalang dari atap Bale bengong, untuk mereka membuat sarang, yang menandakan ada diantara mereka akan segera membuat sarang baru, berpisah dari kelompoknya keran naluri burung yang segera akan bertelur dan mengerami telurnya perlu menyendiri dan ketenangan, sama dengan Rani rupanya.

Persoalan terkait Puspa, biar Mami saja yang menyelesaikan, sehingga akan lebih netral. Kalau Cokde menjelaskan pastilah Rani akan sulit menerima apa sebenarnya yang terjadi. Ceritanya Rani cemburu, atau tersinggung dengan apa yang diucapkan Puspa terhadap Rani, yang diduga menjadi dasar keputusannya untuk tinggal lebih lama di Puri.

Kanjeng Mami mendekati Rani yang sedang memperhatikan kelincahan burung gereja di atas Bale bengong. Dia duduk di teras, yang terkena sinar matahari pagi. Rupanya rani telah selesai dengan sesi Yoga, setelah pagi bersama Meyan pergi ke pasar tradisional untuk melihat dinamika pasar yang ramai, penuh dengan tawar menawar dan suasana kampong.
Teh manis hangat yang terhidang ditemani dengan jajanan pasar ada: La Klak, Bendu, sumping, getuk dan lain-lainnya yang bebas bahan pengawet, serta kelepon yang sangat menggoda dengan warna hijaunya.

“Bagai mana nduk kesehatan kamu selama di puri”
“Astungkara, Puji Tuhan Mami, semuanya baik-baik, dan Rani sangat menikmati”
“Syukurlah kalau begitu, Mami sangat bahagia mendengarnya. Apa kamu ketemu Puspa kemarin”
“Ya Mami, kami sempat ngobrol bersama, bertiga dengan Dokter Regina, kemarin”
"Kamu perlu memahami kenapa dia, janganlah sampai sakit hati dengan apa yang ia ceriterakan tantang keluarga kita", ujar Kanjeng mami kepada Rani.

Rani sangat memahami, apa yang terjadi antara keluarga Puspa dengan keluarga Cokde. Dua keluarga yang masih berkerabat ini, sebenarnya ingin mempertahankan dan mempererat kekeluargaan mereka. Puspa rencananya mau dijodohkan dengan Cokde. Keluarga Cokde, sebenarnya kurang serek, namun karena tradisi keluarga rupanya, sehingga terhadap rencana ini tidak ada kata sepakat. Sehingga akhirnya Cokde pergi sekolah keluar negeri, dan Puspa pun meneruskan sekolah ke Yogyakarta, mempelajari bisnis.

Singkat cerita Puspa salah pergaulan di kota, saking lugunya rupanya telah diperdaya pacarnya, sehingga hamil. Pihak keluarga tidak dapat menemukan sang pacar untuk dinikahkan. Ayahnya memohon kepihak keluarga Cokde untuk bersedia dinikahkan sebagai suaminya, sebagai suami formalitas saka. Syukur kalau Cokde mau menjadi suami seterusnya.

Keluarga Cokde menolaknya dengan walau dengan cara baik-baik, namun rupanya pihak keluarga Puspa merasa mereka tidak mau menolong menyembunyikan aib keluarga itu. Akhirnya Puspa diungsikan ke Manado meneruskan Kulaih disana ikut dengan salah satu kerabat ibunya. Hubungan kedua keluarga menjadi tidak baik, sampai-sampai keluarga Cokde lebih mengembangkan Puri Gading, sebagai sentra Puri ketimbang Puri Anyer untuk mengindari konflik ini.

“Betul Mami, kemarin Puspa telah menceriterakan semuanya, dan Rani memahaminya, dalam hal inipun kelihatan Puspa menyesali tindakan keluarganya sampai bermusuhan dengan keluarga Mami. Dia sangat menyesal”, Ujar Rani.
Puspa datang telah menceritakan semuanya, agar kami, terutama Rani tidak tersinggung terhadap kejadian itu dan tidak mendengarnya dari orang lain yang mungkin ingin memperkeruh suasana. Disini akupun merasa tenang dan mempunyai teman, dan saudara yang menjadi album keluarga, bercerita sesuatu yang belum aku ketahui, termasuk seluk-beluk Puri ini. Puspa banyak memberi tahu Rani.

Puspa perempuan tegar yang telah memutuskan untuk tetap hidup sendirian, dan sampai saat ini bertekad akan membesarkan putranya sendiri. Putranya sudah diangkat anak oleh kakeknya sehingga dia mempunyai hak yang sama dengan keluarga puri lainnya. Puspa masih mondar mandir Manado-Denpasar mengurus usahanya, dalam industri Rumah Knock Down dari pohon kelapa, yang sangat ramai permintaannya dari Luar negeri. Usahanya saat ini sudah cukup maju. Putranyapun tumbuh sehat di Puri, saat ini sudah kelas tiga Sekolah Dasar.

Puspa memang tumbuh sebagai perempuan kuat, tegar dan tumbuh sebagai pengusaha tangguh. Dialah yang banyak memberikan motivasi kepada Rani untuk tetap tegar dan memberikan tip agar tetap survive dalam kehamilan yang mempunyai cirri sama, yaitu dengan ngidam macam-macam dan aneh-aneh. Hahahaha kok ngidam bisa kompak ya… Apa karena sama-sama melahirkan keturunan Puri, kata Rani kepada Kanjeng Mami.

Kanjeng Mami senang mendengarnya kalau itu menjadi dasar keputusan Rani untuk tetap memilih tinggal di Puri. Dan rupanya bila Rani mau tinggal di Puri Anyer, Puspa juga akan mempertimbangkan untuk memindahkan base camp usahanya dari Manado ke Puri. Ternyata Rani tidak cemburu kepada Cokde, karena Rani tahu dari Puspa bahwa Cokde tidak mau menikah dengan Puspa, Cokde menganggap Puspa adiknya, sudah terbiasa main bersama dari kecil, sehingga akan lucu bila mereka menjadi suami istri.
Rani ingin menggali lebih banyak tentang Puspa dan Cokde. Karena ia melihat ada kolaborasi yang unik yang dapat dilakukan dalam memajukan atau mengembangkan usaha keluarga menjadi lebih besar lagi dengan jalinan kerja sama keduanya. Minimal menggabungkan dua ide dan dua arus manajemen yang berbeda antara keduanya, yang kelihatannya kedua-duanya berhasil, dan perlu pengembanngan.

Kondisi ini semakin memicu keinginan Rani untuk ikut terjun ke bisnis, ikut membantu menangani bisnis keluarga yang hanya di tangani oleh Kanjeng Mami dan Cokde suamiku. Dengan kesibukan beliau di kampus saat ini memang tongkat estafet usaha sudah mulai dipercayakan kepada Yande dan pacarnya, sebagai bibit-bibit pengusaha muda. Mudah-mudahan mereka dapat mengikuti budaya perusahaan, dan mengikuti gaya bisnis keluarga ini.

Kanjeng Mami mengingatkan Rani, agar jangan terlalu drastis dan frontal menceriterakan masalah Puspa ke Cokde, karena sampai saat ini Mami tahunya Cokde masih memendam dendam terhadap keluarga Puspa, yang ingin memaksakan Cokde untuk menikahi Puspa. Sampai-sampai Cokde dengan Puspa tidak bertegur sapa sejak saat itu.

Kelihatannya Rani akan menjadi perekat kembali kedua keluarga ini, harap Mami. Mami menyuruh Rani untuk membujuk Rani agar mau datang ke Puri Gading, atau ke Spa untuk suatu pertemuan keluarga, sebagai upaya reunifikasi keluarga. Rani menyanggupi akan mencoba mengundang Puspa untuk datang ke Puri Gading, sekedar berbincang bisnis, atau sekedar memandu Rani untuk melaksanakan Yoga hamil, sebagai upaya relaksasi fikiran, dan raga.

Burung-burung gereja itu masih asyik saja bercengkerema, mencari semut dan membuat sarangnya saling berkejaran di atap bale bengong,  keleponpun sudah ludes di piring mengiringi menanjaknya sang surya, tak terasa tempat Rani dan Kanjeng Mami dudk-duduk sudah kepanasan. Cokdepun rupanya baru saja kembali dari Timan Agung menikmati segarnya udara laut di pagi hari. Dan ikut nimbrung dalam perbicangan Rani dan Kanjeng Mami.

Ranipun menceriterakan keinginannya untuk mengadakan pertemuan keluarga sambil acara tujuh bulanan kandungan, yang bermaksud mengadakan reunifikasi keluarga menyatukan keluarga puri agar menjadi lebih guyub, menyelesaikan silang sengketa yang selama ini ada. Cokde sangat mendukungnya kalau itu memang merupakan ide dan keputusan Rani, yang sudah dibicarakan dengan Kanjeng Mami.
Tidak saja kelaurga Puri Kajanan, keluarga Puri Jambu pun akan kita undang dalam reunifikasi ini. Siapa tahu kita dapat membangun sebuah korporasi keluarga yang dapat menguasai salah satu bidang usaha yang menjadi pengikat perusahaan masing-masing keluarga.

Rencanakan saja Rani, Mami yang akan menjadi sponsornya tentukan saja tempatnya, kalau bisa hitung-hitungannya tepat dengan tujuh bulanan kandungan kamu, Puspa ada di Bali, sebagai wakil Puri kajanan, serta kesediaan keluarga di Puri Jambu yang sangat sibuk dengan usaha tour dan travel nya. Hal ini memang sejak lama menjadi impian Kanjeng Papi, sejak beliau masih sehat dan anak-anak belum berkeluarga dulu.
Mami membisikkan sesuatu ketelingaku. Dan Ranipun tertawa.
"Wah kompak ne Mami dengan Cokde. Apa ada rahasia ne ?" Goda Rani ke Kanjeng Mami
"Nggak kok. Mami hanya membisikkan bahwa apa yang kamu inginkan ini, sebenarnya sudah merupakan keinginan Kanjeng Papi sejak lama, hanya saja karena egonya masing-masing orang tua, sehingga tidak sampai terwujud", sahut Kanjeng Mami
"Dugaan Mami menjadi semakin kuat bahwa yang Reinkarnasi di kandungan kamu itu Rani, laki-laki, dan sangat mungkin Papi mertua kamu yang menjelma kembali menjadi anak kalian, dan cucu Mami. Mudah-mudahan Mami mampu merawatnya dengan baik bersama kalian, sebagai sebagian bakti Mami kepada suami", lanjut Kanjeng Mami.

Matahari mencapai titik Zenith, dan kamipun melalakukan persembahyangan keluarga di Pura keluarga siang itu, sebelum makan siang dan persiapan untuk kembali di Puri Gading. Sungguh hari yang sangat membahagiakan bagi Kanjeng Mami. Rani menjadi perekat keluarga yang telah lama sedikit retak… semoga semuanya dapat berjalan dengan baik.


Pondok Betung Maret 2014.
edited by Pande

Tidak ada komentar:

Posting Komentar