Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 07 Mei 2015

De-Karma -5 : Reinkarnasi



“REINKARNASI AYAH DE-KARMA”


Betutu Tiktok Rasanya Mantap

Mereka datang  bertiga, dengan sesajen satu bakul dan satu kendaraan De Karma, Meida dan Mang Adi sekitaran pk 09 00, mereka sudah sampai di rumah yang di tuju. Letaknya di lereng bukit, di depannya berhadapan dengan hamparan sawah, namum ombak bergulung gulung dipantai masih terlihat jelas dari teras Jro Balean , Kampung itu Bukit Tumpeng, sekitaran satu setengah jam mengendarai mobil dari rumah De Karma.

Meraka terdiam bertiga setelah disuguhi kopi hitam, khas Bukit Tumpeng katanya hasil kebun sendiri dan diproses secara tradisional untuk di konsumsi sendiri atau diuguhkan kepada para tamu yang hlir mudik datang kesana. Sepiring pisang goreng, tepatnya pisang kepok goreng menemani. Sebagai tamu untuk menghormati tuan rumah mereka menyantapnya bersama.

 
De Karma kebingungan, kok sepi sekali biasanya jam begini tetamu sudah ramai, minimal dapat nomor 5 biasanya. Namun kali ini kok sendirian dan pertama kali lagi. Walau gelisah mereka tetap mtak mau berburuk sangka. Tak lama kemudian, seorang anak remaja sekitaran 12 tahunan dtaang menghampiri. Kelihatannya dia baru habis sembahyang. Bapak dan Ibu bertiga, kami mohon maaf kalau Bapak dan Ibu  Jro Balian lagi pergi ke Surabaya, ke rumah kakak saya, mereka lagi meresmikan tempat persembahyangan keluarga disana, karena kakak kami beserta istrinya setamat sekolah dia menjadi dosen disana.
Anak gadis itupun bertanya, dengan maksud kedatangan De Karma, sebagai basa basi. Maida menyampaikan maksud kedatangan mereka untuk bertanya kepada Jro Balean, tentang kelahiran cucunya.  Tiba-tiba anak gadis itu tertawa terbahak-bahak. Hahahahahaahahaha............ , tapi kok ketawanya seperti ketawa lelaki yang mereka kenal. Meida, De Karma dan Mang Adi, diminta mengikuti Anak Gadis tersebut yang sambil terus ketawa menuju sebuah pangkon, sebuah dipan paten di rumah itu, dimana di atasnya terdapat sangat banyak sesajen dan peralatan sembahyang.
Anak gadis itu duduk bersila. “Sini Idaaaa.......”
“Lho siapa in, yang datang i” tanya  Meida
“Aku Ida suamimu...... apa kau tak ingat dengan ketawaku”
“Hemmmm masih masih aku ingat sekali dengan ketawamu. Ini aku datang dengan anak kita De-Karma dan Mang Adi”
“Ya....... aku tahu, kau akan menanyakan kelahiran cucu kalian kan....... hahahahaha itu aku Meida”
“Pantesan..... setiap aku memangkunya, kau kencingi aku ,,,, hehehehehe”
“Apa kau keberatan Meid........”
“ Tidak akh ini kan pengamdianku kepada cucuku.... hehehe suamiku”
De Karma dan  Mang Adi menyela percakapan ibunya, Hehehe Bu bagaimana ini kok ngobrol melulu, apa kita tidak jadi nanyakan kelahirannya si Gde.... tanya Mang adi dan De Kar,a secara bersamaan.
“Hahahaahahaha............., : meida bersamaan dengan Jro Balean Alit tertawa bersama-sama.
Sebenarnya ini kau telah mulai dan yang reinkarnasi anakmu sudah turun. Ini Ibumu sedang bedialog dengan orang yang reinkarnasi. Suara Balean Alit – untuk menyebut anak gadis outrinya Jro Balian- berubah kembali seperti suara lelaki, yang seakan suara itu sudah lama Mang Adi dan De Karma kenal.
“Oh iya, Bapak ini yang turun ya “ Kata Mang Adi,
“Iya aku bapakmu yang tuun ini, kenapa kamu De Karma diam saja tidak menyepaku dari tadi?”
“De Karma tetap saja diam, dia teringat, akan apa pesan Bapaknya beberapa hari menjelang meninggal saat keduanya bertemu di Jogya. Bapak hanya mengatakan bahwa ia sangat ingin melihat aku berkeluarga, mempunyai anak dan berbahagia debfab keluarga, dengan ibu, istri, saudara dan anak-anakku.
De Karma sampai mengeluarkan airmata dan suaranya tertahan di tenggorokannya sejnak setelah mendengar ucapan Balean Alit. Bapaknya.... hehehe yang menjelma menjadi anaknya De Karma dengan Souchi, memang sipit sebelah matanya sama seperti mata De Karma dan Sama dengan mata mendiang ayahnya. Mereka ingat bahwa keturunan keluarga De Karma memang sipit sebelh, dan akan tak begitu kentara setelah menginjak remaja.
Bapak hanya minta kau ingat pesan terakhir bapak, kau sebisanya jangan sampai berbohong dan menipu klien kamu. Bapak tahu usaha kamu sedang baik-baiknya. Pandai pandailah kau menabung. “Bapak hanya minta disediakan seperangkat pakaian pemdeta saat nanti di ruwat, serta seekor betutu bebek putih..... Itu merupaan janji Bapak agar bapak dapat reinkarnasi menjadi anak kamu De Karma.
Setelah mengatakan itu, dan mohon pamitan, Balean Alit kembali prilakunya seperti remaja bisas. Mengambil sesajen yang di bawa keluarga de Karma, mengajak seluruhnya memanjatkan doa demi keselamatan bersama serta lancarnya peaksanaan upacara tigabulanan, bayi Gde anak dari De Karma, cucu Meida.
Mereka secara khusuk berdoa bersama, setelah diperciki air suci sehabis sembahyang, seperti layaknya orang yang baru kembali dari Balean, mereka langsung menuju kerumah tanpa mampir kemana mana.
Ketiganya sekitar jam 14 00 sudah sampai di rumah, Gde menangis di gendomgan Neni, karena Souchi masih melakukan persembahyangan rutin di Pura. Meida, langsung menyambangi neni, meminta Neni untuk menggantikannya menggendong Gde. Gde pun langsung diam, dsusui kosong –  dipangkuan Meida. Dia langsung diam dan terlelap di pangkuan neneknya.
Sementara Mang Adi, De Karma menyusul Souchi untuk bergabung sembahyang dan melantunkan Gayatri Mantram, bersama, Mereka belum sempat saling berbicara, Mereka bertiga sangat khusuk sembahyangnya. Itu memang suatu kebiasaan Mang Adi kalau sama sama di rumah dengan kakaknya De Karma. Ia sangat nurut dan hormat kepada kakaknya. Mereka jarang terlibat keributan, terlebih setelah Bapak mereka tidak ada.
Hanyaaa   saja Meida yang sering cerewet menginatkan Mang Adi, dan menasehati De Karma untuk tidak terus memanjakan adiknya karena dia sudah membangun keluarga sendiri. Itu akan tidak mendidik kata Meida. Namun namanya juga keluarga apalagi sekandung, mereka tetap saja seperti saat mereka bersama di rumag. Tak ada rasa malu antara kakak dan adik. Mang Adi sangat di manja De Karma. Tapi Neni sering mengingatkan Meida untuk membiarkan saja kakak mereka De Karma dan mang Adi – Neni membahasakan De Karma dan Mang Adi sebagai kakak- karena memang umur Neni terpaut hanya terpaut tiga tahunan lebih muda dari Mang Adi.
Neni memang kelihatan lebih dewasa dari mang Adi, dia sering menjadi tempat curhatannya Mang Adi. Neni sangat disiplin dengan buku neraca keuangan De Karma, tapi Mang Adi tidak bisa disiplin dengan masalah keuangan. Untung saja dia mendapatkan suami sebagai putra tunggal orang kaya. Langsung punya perusahaan pengeboran minyak dan bermukim di Dili Timor Leste.
Setalah sembahyang mereka berkumpul bersama untuk menikmati makan siang yang agak terlambat, hampir pk 15 00 di Bale bengong. Neni sudah mempersiapkan Lawar dan Betutu Tiktokm yaitu hasil persilangan Itik dan mentog. Memang rasanya sangat nikmat. Rupanya Neni dan Souchi sekepergian mereka bertiga ke Jro Balean, sempat memasak tikto itu.
Kebetulan....... bukan memasak, tadi ada yang datang bawa brosur untuk masalakn ini, Ku cuba teepon katanya langsung bisa dan dikirim kesini, Itupun baru jam 14 00 an tadi sampai, terus disimpan dalam penghangat makanan. Mereka berlima sangat menikmati Betutu dan Lawar Tikto itu. Masakannya sudah modifikasi, sehingga rasa bumbu genep Balinya masih terasa, tapi tidak nyegrak di tenggorokan.
Sambil makan siang Meida menjelaskan kepada Souchi dan neni sambil tetap memangku Gde siapa yang reinkarnasi terlahir sebagai Gde. <eida menjelaskan kepada Souchi bahwa anaknya itu merupakan reinkarnasi almarhum mertuanya, suami Meida dan Ayah De Karma serta Mang Adi, Souchi sangat beruntung dapat mengabdi kepada mertuanya walau secara nyata dia menikah tidak punya mertua leki laki.
Meida menjelaskan pula, bahwa yang menyembunyikan pasport Souchi saat gempa Fukushima, adalah arwah mertua nya, karena Bapak sangat ingin dan setuju De Karma menikahi Souchi, Di alam sana Bapak mendoakan kamu agar dapat delay di Tokyo untuk beberapa hari tidak langsung pulang ke Fukushima, menjelang gempabumi besar melanda daerah tersebut.
Souchi meneteskan air mata mendengarkan cerita Meida. Meida sekali lagi mengingatkan bahwa itu apa yang tadi dia dengar dari jro Balean Alit. Souchi boleh percaya, boleh juga tidak kata Meida. Namun Souchi sudah lama mempelajari budaya Bali dan Jwa termasuk mempelajari kepercayaan mereka yang mirip dengan apa yang ia percayai di Jepang, sehingga tak ada alasan dia untuk tidak mempercayainya.
Meida juga menceritakan, bahwa mereka sangat beruntung bahwa bapak bisa ‘turun’  melalui Jro Balian Alit, merupakan Balian baru yang sangat jarang mau melayanii kliennya, terlebih kalau orang tua mereka ada. Meida mengatakan bahwa perjalanannya tadi sangat beruntung, dapat berbicara lama, tak perlu antre. Apa yang didengar sangat gamblang.
Beberapa oran rombongan yang datang belakangan di tolak oleh Balean Alit, karena beliau harus sekolah siang,dia masih remaja baru kelas dua esempe katanya. Perbicangan bubar setelah Meida kekencingan kembali oleh cucunya yang pules tidur di pangkaunnya. Meida sebenarnya sudah membaca firasat bahwa cucunya itu adalah reinkarnasi suaminya.... Hehehehe dia tetap dapat mengabdi pada suaminya...... demikian pula masa tua Meida diharapkan dapat diperhatikan nanti oleh cucu-cucunya disamping anak-anak dan meanntunya.
Pondok Betung, 8 Mei 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar