Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Rabu, 22 Januari 2014

Rani_13

“KENANGAN CARTAGENA-PARIS”

Rasa penatku masih terasa setelah lebih dari dua puluh jam terbang. Cartagena memang suatu kota yang indah yang merupakan kota pertama aku mengikuti acara seminar kesehatan internasional bersama suami ku Cokde. Jetlag masih kurasakan, tapi suamiku sesampainya di rumah, kembali larut dengan kegiatannya kembali, mengurus perusahannya, mengecek lalu lintas produk, delivery produk, termasuk melihat ada tidaknya komplain para lengganan perusahaan di dalam maupun luar negeri.

Cartagena memang kurasakan beda sedikit saja dengan pantai Kuta, hanya saja pengunjungnya hanya dua jenis kalau tidak bule, ya negro. Kalau di pantai Kuta masih kulihat banyak touris Jepang, China, dan tourist Timur Jauh lainnya. Makanan yang cocok untukku hanya makanan fast food internasiolan yang biasa kutemui di Indonesia. Atau stiek salmon dengan kentang gorengnya, Memang perutku perut lokal yang susah berardaptasi dengan situasi lapangan, tidak seperrti suamiku apa saja dia bisa makan, kecuali daging sapi yang memang dia tidak mengkonsumsinya. Mungkin karena orang lapangan. Aku harus belajar menyesuaikan diri.


Tak kusangka dalam seminar itu, ternyata makalah kesehatan penyakit vektor tropis yang kubawakan mendapat apresiasi yang sangat baik, banyak Profesor dari mancanegara menawariku untuk melanjutkan pasca sarjanaku. Semuanya ku tolak dengan halus, aku tak mau mengecewakan suami dan Pak Dekan yang telah mempromotiri aku di Universitasnya.

Ini mungkin dikatakan istri mengikuti suami, ya ke sorga nunut, neraka katut. Suamiku memang motivator yang sangat handal, serta pembimbing yang sangat strength. Aku harus bisa memposisikan diriku kapan aku sebagai istri, dan kapan aku sebagai muridnya. Aku harus menunjukkan kualitasku juga dengan berusaha dan berupaya yang lebih berat lagi sehingga aku tidak memalukan mereka yang menjadi promotorku.

Kubuka kembali album foto yang kubuat sebagai dokumentasi saat di Cartagena, aku menjadi meneteskan air mata, aku ingat Romo aku harus membagi kebahagiaan ini, tapi pasti akan menertawakan aku, beliau akan menganggapku narsis, sudah dewasa kok masih senang foto-foto segala. Akh masa bodo kupikir, kebahagiaan harus segera kubagi dan kabarkan ke orang-orang dekatku. Aku kirim beberapa foto-fotoku ke Romo via e-mail. Keceritakan aku sangat bahagia sangat menikmati perjalanan ku yang pertama ke luar negeri. Aku beritakan ke Romo, aku akan membuat cerita perjalananku sebagai dokumen, seperti yang biasa beliau buat kalau melakukan perjalanan ke luarnegeri.

Foto yang sangat aku kagumi adalah foto ku bersama suami saat berjalan jalan di pantai berdua, dengan kain pantai yang kubawa dari Bali. Saat aku rehat di cafe di tepian pantai banyak tourist yang menanyakan kainku dan menebaknya pasti bukan produk Cartagena. Jelas akau bangga aku katakan bahwa itu produk Indonesia, tepatnya produk Bali. Ku promosikan Bali, ku sampaikan bahwa mereka harus datang ke Bali, Ke Kuta, karena keindahannya dan keramaian tourisnya lebih dari Cartagena. Namu kuakui Cartagena kelihatannya jauh lebih bersih dan tertata rapi.

Saat pulang pulang ke Indonesia, aku tak menyangka bahwa aku akan melalui route Eropa, memang jauh lebih lama. Aku singgah dua malam di Paris, dan bertemu dengan adik iparku, yang sengaja datang dari Jerman lengkap dengan keluarganya. Sungguh keluarga yang sangat bahagia dimataku, Meraka sangat menghormati Cokde dan aku, sebagai kakak iparnya. Meraka menyempatkan datang ke Paris karena sedang liburan beberapa hari. Ini kesempatan kedua bertemu mereka setelah pertama mereka pada datang ke Bali saat pernikahanku. Meraka membawakan aku oleh-oleh dari Jerman. Anak lelaki mereka malah sangat dekat dengan aku.  Mereka menemani aku pada hari pertama di Paris.

Aku mengunjungi menara Eifel,  aku mengambil beberapa gambar bersama keluarga sebagai reunian pertama dengan keluarga adik iparku di Jerman. Aku narsis ya selalu mengambil foto di tempat-tempat baru yang aku kunjungi. Meraka menceritakan dengan baik bagai mana menara eifel dibangun, dan apa saja kejadian dan kelakuan pengunjung saat mereka di menara kebanggan Perancis ini.

Siangnya aku diajak mereka menikmati kopi di Place de Itali, sebuah tempat yang memang tidak terlalu ramai, tetapi disukai para pengunjung Paris, setelah mengunjungi Musium Louvre, dan Trium de Arch, yang sering kulihat gambarnya di postcard. Aku sempat mengabil foto-foto disana. Dan foto narsis itu sudah kukirim ke rekan sejawatku Dokter Regina di Jayapura, disamping ku posting pada status bbm ku. Hahaha sangat narsis.

Aku lihat perhatikan fotoku saat berada di bus tingkat saat City tour di Paris di hari kedua, pengalamanku saat di Paris, aku melihat disana sangat sesuai dengan salah satu motto nya, yaitu egalite. Ada persamaan disana antara ras satu dengan lainnya. Tidak jarang kulihat betapa mesranya pasangan yang laki-lakinya Bule ganteng, menggandeng pasangannya seorang negro berkulit hitam. Ada juga laki-lakinya seorang muda yang ganteng atletis, menggandeng seorang wanita paruh baya bule, Sungguh suatu sesuatu yang memang egaliter yang tak mungkin kutemukan di Indonesia, dengan nyaman begitu menikmati keberduannya. Itupun menjadi motivatorku, yang memotivasi aku untuk dapat segera menyesuaikan diri dengan Cokde sebagai seorang istri, yang harus segera mengetahui dan yang lebih penting lagi mengerti profesi, dan swadharma suaminya.

Saat aku asyik melihat foto-foto di Paris, saat aku buka fotoku di Metro, suatu keretapi bawah tanah dalam kota, tak kusadari Kanjeng Mami telah berdiri di belakangku. Wah...wah.... bagus bagus ya fotonya. Sayang mami tak bisa ikut coba kalau bisa ikut pasti akan lebih ramai lagi. Kapan-kapan mami temani saat ke Luar Negeri. Mami sudah lama tidak pernah melakukannya lagi, kalau dulu secara berkala kami lakukan bersama sekeluarga, Rani, mami mau ke Spa dulu, ada yang perlu mami sampaikan kepada staf disana, yang belakangan ini sangat meningkat kedatangan tamu kita. Terutama untuk tetap mempertahankan kualitas pelayanan, merubah dekorasi secara berkala, serta Mami ingin spa, karena sudah lama Mami tidak melakukannya, kata Mami. Bagaimana Rani, kalau sudah hilang jetlag nya kamu menyusul Mami kesana, ikut spa biar segera hilang jetlagnya. Terima kasih Mam, Rani lihat dulu acara Cokde hari ini, bila memungkinkan nanti sorean Rani menyusul.

Ok. Mami jalan duluan, kami berdiri salaman dan mencium tangan Mami, serta menghantarkan beliau sampai naik ke mobilnya. Kami saling melambaikan tangan, sampai mobil meninggalkan Puri Gading.
Aku kembali ke depan laptopku dengan segelas teh manis, dan dua potong pisang goreng. Meneruskan melihat-lihat foto pariwisataku. Aku kembali teringat Metro, jaringan transportasi massal di Paris.
Pertama yang aku ingat, pada setiap stasiun, aku temukan denah dan jadwal perjalanan kereta api, beserta line nya masing-masing, karena hampir semua stasiun walau bawah tanah seakan bertingkat, pindah jurusan, kami harus pindah line melewati lorong. Karcis atau tiket sangat mudah membelinya. Dan kita harus membuat perencanaan untuk bepergian disana, sehingga tiket yang dibeli harus disesuaikan dengan rencana kita. Apa harus beli tiket sekali jalan, return tiket, atau tiket harian, bahkan mingguan dan bulanan juga ada. Semakin lama periode yang kita beli akan sangat jauh lebih murah. Sungguh sistem pembelian tiket yang sangat baik.

Setiap stasiun mempunyai pintu masuk dari semua akses yang ada disekitar setasiun ini, yang akan ditandai dengan lorong menurun masuk ke dalam tanah. Disamping mudah stasiun Metro juga sangat fungsional karena dia akan bersuhu hangat dalam musim dingin, karena Paris mengenal empat musim setahun, Aku ri kapan kota-kota besar di Indonesia mempunyai sistem transport seperti itu. Masyarakat sangat merindukannya.
Kuteruskan melihat-lihat fotoku, aku berhenti pada salah satu foto yang diambil saat aku mampir ke Labo murid suamiku yang sedang mempelajari geofisika eksplorasi di Universitas Paris 6. Suatu lingkungan sekolah yang sangat asri. Mahasiswanya hilir mudik, dengan jalan cepat mereka seperti dikejar-kejar setan, beda dengan mahasiswa di Indonesia. Teman Cokde Pria Hadi, kutemui di Labonya, sebuah ruangan yang cukup untuk melakukan kegiatan penelitian, belajar, menganalisis data penelitian. Ruangan yang menjadi rumah kedua Pria. Kata nya ia sering sampai tertidur di labonya, sehingga harus pulang ke pondokannya subuh, bahkan terkadang menginap dikantor. 

Cokde memberikan motivasi Pria. Menurut Cokde Pria memang seorang murid yang sangat haus akan ilmu, dan saat ini menjadi salah satu rekan Cokde dalam berdiskusi masalah geologi, yang juga dia gemari sejak ‘ngambek’ sementara tidak mau memberikan kuliah di kampus, serta asyik dengan petualangan geologi, serta ngurus perusahannya. Dokter pembelot julukan yang kuberikan kepadanya. Tapi sekarang sudah akan segera balik setelah pengukuhannya.

Pertemuannya tidak memperlihatkan pertemuan seorang mantan Dosen dengan muridnya, jauh dari kesan itu, karena kulihat lebih pada pertemuan dua orang sahabat, mereka ngobrol sangat akrab dan nyambung, akupun bisa ikut larut dalam obrolannya, setelah aku dikenalkan Cokde sebagai istrinya. Sayang aku tak bisa ketemu istrinya Pria. Hanya dia menceriterakan bahwa istrinya seorang temannya dari Paris Utara, yang duluan lulus. Pria bilang bukan karena istrinya lebih pinter duluan lulus, itu lebih karena bahasanya dia lebih bagus. Kan dia orang sini kataku. Ya reken-reken beli kamus dan belajar bahasa gratis kata Pria, dalam menikahi orang Paris.
Kuseruput tehku semasih hangat, dan menikmati pisang goreng buatan Meyan, Terima kasih Meyan, -aku tak sadar- karena aku berteriak, dan Meyan datang ke ruangan kerjaku. “Ada apa Non” katanya. “Akh enggak Meyan, Cuma mau bilang terima kasih, pisang gorengnya nikmat, pas dengan teh hangatnya”, kupeluk Meyan, dan diapun tertawa berderai.

Kulihat jam hehehe sudah jam, ternyata sudah pk 14 00. Aku mau siap-siap Cokde mau datang dan menghantar aku menemui Kanjeng Mami di Bukit, di lokasi spa. Memang baiknya aku juga mau relaksasi menikmati spa. Sengaja akudatang sore, arar rangkaian paketnya bisa selesai malam, dan aku bisa langsung ketiduran disana.

Meyan, mengomentari foto-fotoku, katanya aku sangat berbahagia dengan Cokde. Meyan benar, dia tahu persis bagaimana suasana hati Cokde. Mungkin karena dia yang mengasuhnya dari kecil. Meyan memang bagian keluarga Puri Gading, orang yang sudah menyatu dengan keluarga ini. Dia teman dikala suka maupun teman dikala duka, kata Kanjeng Mami.

Meyan mengabdikan dirinya dan keluarganya sepenuh hati kepada keluarga Puri Gading, bahkan anak Meyan, Yande sudah dipercaya menjalankan roda perusahaan keluarga ini. Sungguh suatu kaderisasi yang baik. Aku belajar banyak pada mereka, aku nyaman ada di tengah-tengah mereka. Mungkin karena aku tidak pernah berkumpul dengan ibuku, bahkan aku tak tahu siapa dia ibu dan bapakku. Air matakupun menetes....deras. “Ada apa non, maaf Meyan telah ikut melihat-lihat foto non” kata Meyan.

“Tidak apa-apa Meyan” kataku, aku hanya menumpahkan rahasa bahagiaku berada dalam keluarga ini, aku punya Meyan, Yande, dan semua anggota keluarga Puri Gading ini. Sungguh besar Karunis Tuhan kepada ku. Tak kusadari aku memeluk erat Meyan, cukup lama sambil sesenggukan, dan yang kudengar Meyan hanya mangatakan keluarkan semua Non unek-uneknya. Kurasakan pelukan seorang ibu, yang sebelumnya belum pernah aku temukan di luar keluarga ini. Kudengar kendaraan Cokde sudah datang, aku berkemas, Meyan pun pamit menyiapkan minuman untuk Cokde.

Karena Cokde capek, aku minta diantar Yande saja ke Spa. Tak kusadari dijalan aku tertidur pulas. Dan Yande membiarkan aku tertidur lama walaupun telah sampai di Spa. Dan terbangun haripun sudah lepas maghrib. Karena kemalaman akupun tidak jadi menikmati paket spa malam itu.

Medio Januari 2014,  Bintaro Tangerang Selatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar