Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Selasa, 27 Mei 2014

Rani-19 "MENGISI RELUNG KOSONG HATI RANI"

“MENGISI RELUNG KOSONG HATI RANI”


Lilin Penerang Relung Hati
Sore itu aku duduk sendirian dengan segelas starbauck capucino, dan sepotong roti menyaksikan hilir mudik wisatawan di Jalan Pantai Kuta, sambil menunggu sunset. Entah kenapa dalam hatiku berkecamuk berjuta rasa yang tidak enak. Anakku lebih lengket dengan Mami, neneknya. Kolev kulihat begitu mesra dengan Puspa, Suamiku sangat mesra dengan Puspa, dan yang menyita  sebagian besar ruang hatiku yang sedang galau ini, kenapa anakku sangat mirip dengan anaknya Puspa.

Berbagai pertanyaan muncul dibenakk. Anakku kali ini sedang bercengkerema dengan neneknya di Halong Bay. Mami mertuaku memang sepuluh hari terakhir ini mengambil cuti kerja untuk menikmati indahnya Viet Nam, melepaskan lelah, ingin menjauhkan anakku sementara aku mempersiapkan ujian terbuka program doktorku. Mereka pergi berempat Anakku, Mami, Meyan dan anak mantunya Meyan.


Adakah hubungan biologis antara anaknya Puspa dengan Cokde suamiku. Kalau tidak ada kenapa mirip sekali, termasuk sama-sama ada torch di bagian atas punggungnya, itu jelas kutahu. Karena kalau anaknya Puspa menari dengan pakaian penari Bali, tanda itu masih kelihatan. Apakah anaknya Puspa itu anak suamiku. Padahal kalau kutanya ke dia, aku takut menyinggung perasaannya. Bukankah saat Puspa sekolah di Jogya Cokde sedang melanjutkan pendidikannya di Luar Negeri.

Rasa ini sangat menyiksaku. Padahal aku tahu pasport Cokde saat itu, kelahiran anaknya Puspa yang sudah memberikan jawaban yang sebenanya.Aduh, kenapa rasa ini menyiksaku. Bodohnya aku> Seharusnya aku bahagia. Bukankah baru dua hari aku lulus cum laude program doktorku. Nestinya kurayakan bersama minimal dengan suamiku. Mengapa aku ngambek dua hari terakhir ini.

Demikian juga bagaimana kemesraan Kolev dengan Puspa, saat menghadiri Promosi Doktorku. Kenapa aku tidak bisa semesra itu. Apakah kemesraan hanya milik orang barat seperti Kolev, seperti kemesraan Bule-bule yang melintas di depanku ini. Akh betapa gersangnya hatiku ini. Apakah akan terus kubiarkan terus hatiku tersiksa begini. Aku harus move on. Hehehehehe

Mentari sudah mulai meredup, warna jingga telah mulai merona diufuk barat. Bulatan jingga kekuningan telah masuk separuh di cakrawala ufuk barat, burung laut masih saling berkejaran, pelukan pasangan-pasangan yang merayakan sunset ini telah kulihat semakin erat, bahkan ada yang melepas mentari dengan berciuman mesra segala seakan tak mau lepas dari pasangan masingmasing. Oh pantai Kuta, engkau menjadi destinasi yang sangat diminati pasangan yang haus akan kemesraan, dan keromantisan.

Aku ini sangat bodo kenapa kubiarkan hatiku segersang ini. Bukankah kelulusanku harus ku rayakan seperti mereka merayakan perginya sang surya keperaduannya. Tak kurasakan dua tangan memelukku dengan mesra dari belakngku. Aku menolehnya. Masyaallah, suamiku rupanya telah menyusulku tidak kusadari dan tidak kuperhatikan sebelumnya, kubalikkan badanku, aku cium dengan gemasnya suamiku di teras starbuck Kuta, peduli amat orang lain. Toch aku disini ku persepsikan saja seperti tamu lainnya, dan temaram sandikala sudah mewarnai kala itu, suamiku seakan tahu kegalauanku, dia memelukku erat dan membalas ciumanku.

Ini merupakan suprise bagiku, yang biasanya sangat tidak romantis, sore ini suamiku Cokde, ternyata mengatahui kegalauan hatiku. Hari ini dia bisa sangat romantis. Dia menarik tanganku, untuk pergi meninggalkan kafe itu, pergi berdua dengan mobil VW Safarinya dengan kap terbuka, meluncur menyusuri Tol Diatas Perairan, Tol Benua-Nusa Dua. Kami berhenti di sebuah rest area diatas laut. Kami neneruskan romantisme sandikala, aku puaskan kerontang batinku dengan memeluk erat suamiku, diatas VW Safari yang di parkir rapi dan aman dipinggiran Tol, di rest area. Tak kusadari cukup banyak pasangan seperti kami menikmati romantisme sandikala Bali. Angin laut kubiarkan menyapu rambutku yang sengaja ku biarkan tergerai sejak pagi, sapuan dingin sedikit terasa menyapu kulit muka kami. Deru pesawat yang take off – landing di atas kami biarkan menjadi saksi bajir bandang kasih sayang suamiku.

Rupanya suamiku tahu bahwa aku mengalami kegalauan dua hari ini, padahal seharusnya merupakan hari-hari kebahagianku, aku telah lulus studiku. Rupanya studi bukan sesuatu prioritas dalam hidupku. Aku telah kehilangan rmantismeku selama aku studi ini. Aku mudah cemburu tana sebab belakangan ini.

Cokde hanya mengatakan bahwa kami besok akan berangkat ke Viet Nam, menyusul keluarga kami yang sudah duluan berlibur kesana. Kami ingin membangun romantisme, membangun kasih sayang dan cinta kami kembali. Yah tepatnya tidak membangun, kata suamiku ‘mereparasi cinta”. Hahaha ada-ada saja.

Setelah puas menikmati rona merah dan romantika sandikala tol laut, kami menuju sebuah restoran, yang menurut kami sangat exotic dekorasinya. Sebelum dipersilahkan duduk aku sempat berbisik ke telinga Cokde. “Mas aku belum mandi ne” apa jawabnya.” Malah kamu cantik alami kalau begini Bu Doktor”. Kamipun ketwa cekikikan. Baru aku sadar, ternyata pernikahanku merupakan pernikahan orang dewasa, tanpa didahului massa pacaran, dan romatisme pre wedding seperti pasangan yang berpacaran. Makanya hatiku mudah kering kerontang.

Cokde paling bisa dan paling mengetahui kapan aku membutuhkan, dan kapan aku tidak mood untuk romantisme ini. Tak lama kami duduk di sebuah meja yang sangat privat, tapi dapat melihat hampir semua tamu yang hadir, serta menyaksikan panggung live musik restoran ini, tiba-tiba hidangan segera disajikan, kulihat jam tanganku rupanya sudah jam 20 30. Kami dipersilahkan untuk menikmati, dan Cokde mengajak kami berdoa, mengucapkan rasa syukur kami, atas anugerah Tuhan yang telah melimpah ke keluarga kami, khususnya kepada pasangan kami, Aku dan suamiku Cokde.  Selamat Atas Sukses Studinya Bunda, semoga apa yang kau peroleh dapat diamalkan, dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia. Amien.

Aku tak sadar, ternyata ciumanku langsung mendarat kebibir suamiku. Sangat indah, sangat indah. Moment ini yang sangat kuimpikan dalam hidupku. Relung hatiku yang masih kosong akan kupenuhi dengan romantisme pasangan suami istri. Selama ini aku egois, terlalu banyak menuntut demi keberhasilanku, terlalu banyak cemburu segala hal yang belum kuketahui jelas. Aku mesti belajar banyak dari mereka yang kulihat di tepian pantai Kuta tentang romantisme, tentang cara membangun ikatan kasih, dan seterusnya.
Hidangannya spesial hidangan sykuran yang kami nikmati berdua, Cokde tahu kesukaanku, gulai iga bakar, bir kelapa muda, kue tirramisu dan tidak ketinggalan La Klak Nangka. Kami menikmati sekali hidangan exotic yang dihidangkan, masakan tradisional di padu dengan cara hidang western. Setelah toost berdua, kampaiiiiii ...... kami saling menyuapi anggur merah Singaraja, yang sangat exotic dihidangkan dengan gelas istimewa. Kelihatanya gelasnya dipesan khusus suamiku sebelumnya. Karena setelah selesai akan bisa kita bawa pulang.

Alunan musik Bob Marley nya Bali, Made Rasta mengalun merdu malam itu, menambah romantisme malam itu. Aku sedikit tahu arti syair lagu itu. Diantaranya yang sangat berkesan dihatiku, kira-kira kalau diterjemahkan sebgaai berikut: “pegang erat tangan pasanganmu, jangan sampai dipegang orang lain. Manjakanlah dia sebelum dia dimanja orang lain, karena kamulah tempat yang paling tepat dia bermanja, Hayooooo jangan malu.....masalah itu tak perlu malu, bukankah itu sebuah anugerah”....... Akupun tersenyum sambil kuerat suamiku erat-erat. Dan ku bisikkan I Love You Cokde.
Aku minta ijin suamiku untuk berbagi dengan sang penyanyi. Dan beranjak ke panggung, kuucapkan terima kasih lewat mic yang ada dipanggung, sehingga hampir semua pengunjung menoleh. Ku puji Made Rasta, dengan kata kata sanjungan bahwa : syair lagunya sangat exotic, sangat mengena untuk kami yang pernah melupakan romatisme hidup ini. Hidup Made rasta, tetaplah berkerya dan mensupport pasangan pasangan yang mendengar lagu kalian. Kalian hebat kataku. Sambil kusodorkan sedikit tip untuknya, dan Made Rasta pun mencium tanganku, Memang ia sangat pandai memanja wanita.

Tepuk tanganpun bergemuruh di dalam kafe itu. Seterusnya mengalirlah sebuah lagu yang memakai judul namanya sendiri, Made Rasta. Yang syairnya kuingat diantaranya: I Made Rasta, Bob Marley dari Singaraja, rambutnya gimbal, di cat separuh, setiap hari main di pantai, telanjang dada berkain sarung..... dan seterusnya ku lupa.

Malam itu, merupakan antiklimak kegalauanku. Cokdepun menceriterakan bahwa hampir semua keturunan tiga puri yang menjadi satu ikatan itu, umumnya mempunyai tanda yang mirip sama. Seperti aku mempunyai tanda torch di belakang lengan kanan, sama dengan tanda yang dimiliki Puspa.  Aku diminta memperhatikan bagaimana tanda-tanda pada anak-anak adikku dengan sepupunya, demikian pula anak kami dengan anaknya Puspa, maupun keturunan se generasi di Puri Jambu, dan Puri Kajanan.
Wah aku menjadi malu hati dengan kecemburuan dan kecurigaanku. Rasa curiga ini hampir saja membuat perkawinan kami goyang. Aku telah mencurigai suamiku ada main dengan Puspa terkait dengan tanda yang dimiliki anak kami dengan putrinya Puspa. Aku cembur dengan kemesraan Puspa dan suaminya Kolev.  Haduhhhh hampir saja aku labrak suamiku untuk menjelaskannya. Mungkin saja Cokde sudah tahu kegalauanku sehingga malam ini dia jawab semuanya, sengan sangat halus, di tengah kemesraan kami.
Kami meninggalkan Restoran itu hampir tengah malam, sambil sekali lagi bersalaman dan ikut bergoyang bersama Made Rasta and His Gank, melantunkan lagu hip Hop Bali. Sambil mengucapkan Matur Suksema atas hiburannya malam ini.

Kamipun tancap gas langsung diajak Cokde ke Puri Anyer, kami nikamti malam itu dengan penuh gairah, bercumbu berdua tanpa diganggu memikirkan tugas lain, kami losss saja, Kami nikmati malam itu, seakan kami baru menikmati malam pertama saja. Kami sampai lupa bahwa pintu-pintu belum dikunci. Dan Cokde pun berbisik biarkan saja siapa yang mau ke puri malam-malam begini. Toh ada pecalang yang jaga di gerbang puri. Oh ya....kunikmati terus malam itu, sampai-sampai ayam sudah berkokok. Baru kami tertidur pulas berdua.

Hampir jam sembilan pagi, matahari telah menjilat kulit kami. Aku berbegas mandi bernostalgia. Aku mandi di kamar mandi terbuka yang menjadi favoritku saat hamil. Aku menjadi geli sendiri kok senang ya mandi di kamar mandi misbar. Kamar mandi dengan pancuran, dikelilingi pagar pohon kembang sepatu yang tertatat rapi, jauh setelah pagar  pohon ada pagar tembok tinggi, hanya tidak beratap. Kami mandi bisa menyaksilan bintang atau bulan malam hari.

Dalam keasyikan mandi rupanya Cokde duduk sebelah aku memperhatikan aku mandi. “Ran kamu sangat cantik kalau mandi begitu”. Hatiku menjadi bungah, rasanya melayang hati ini, dan Cokdepun telah memelukku kembali, kami tak tahu apa yang telah kami lakukan. Untung saja kami sudah suami istri. Yang jelas hari ini aku sangat menikmati hidupku, aku telah membuktikan bahwa kamipun bisa seromantis Kolev=Puspa, dan semua pertanyaan dihatiku sudah terjawab.

Hahahaha...... untuk mesra itu rupanya “Harus diawali dengan tidak mandi ya Rani”.  “Hahaiiiiiii” ku jawab dengan teriakan khas Papua. Terimakasih Cokde, kalian suami yang tahu kebutuhan istrinya, suami yang tahu kegalauan hati istrinya, dan suami yang pintar mengisi ruang kosong istrinya yang belum pernah terisi kemesraan dengan romantisme suami-istri.................. Terima kasih Astungkara. Kuperhatikan ke luar Puri rupanya jalan masih terhias janur yang berjejer sepanjang jalan, yang ikut menyemarakkan hatiku. Aku lupa masih suasana galungan, karena semalam ini kok rasanya lama sekali...... Itulah kalau lahi Happy. Selamat Galungan Rani, Selamat Atas kelulusanmu.
================================================================
Pondok Betung,  28 Mei 2014
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar