Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Jumat, 09 Mei 2014

Rani- 18 : Mimpi Rani, Spritualisasi Tingkat Tinggi



“MIMPI RANI, SPIRITUALISASI TINGKAT TINGGI”

Dalam Gendongan (google.com)
Kulihat Mami sangat bahagia menuntun cucunya, Cok Junior yang sudah mulai nakal berlari kesana kemari, walau masih sering terjatuh karena dia belum tahu tinggi rendah. Mami sejak anakku lahir lebih banyak mengendalikan usahanya dari rumah saja, setelah beliau belajar secara umum pemanfaatan teknologi internet, dalam mengawasi pekerja jarak jauh, berkomunikasi jarak jauh termasuk melakukan telekonfrence dengan staf-stafnya di lapangan, baik di pabrik, di kantor maupun di show room.

Ilmu pengusahanya sedikit sedikit telah ditransfer ke istriku Rani, sehingga beberapa kali ia diminta Mami memberikan pendapatnya dalam mengadakan ekspansi bisnis, maupun mengelola konflik yang terjadi di perusahaan. Meyan dengan setia mendampingi Mami dalam mengasuh anak kami. Rani memeng meutuskan untuk menunda lagi untuk memiliki anak ke dua, dia ingin menyelesaikan pendidikannya dengan cepat, sehingga dapat focus nantinya berkecimpung di bisnis.


Hidangan snack pagi kelihatannya telah disiapkan Meyan. Kami bertiha Mami, Rani dan Aku menikmatinya di beranda samping rumah, dekat taman bunga menikmatinya sambil berdiskusi tentang segala hal. Tiba-tiba Mami mengemukakan pendapatnya, mengatakan bahwa Mami kurang setuju kalau Rani terlalu memanja keluarga kami dari Puri Kajanan maupun Puri Jambu. Karena Mami mengkhawatirkan Rani diperalat oleh mereka, untuk menghancurkan kita dari dalam.

Rani menjelaskanya dengan panjang lebar bahwa dampak seperti itu sudah menjadi perhitungannya, dan iapun menjelasakan bahwa ia tahu permasalahan keluarga ini bukan dari siapa-siapa, bukan dari Puspa, dan bukan juga dari Aji di Puri Jambu. Itu diketahuinya secara tidak sengaja. Saat hamil sekitar lima bulanan, antara sadar dan tidak sadar dalam istirahat siangnya Rani di laboratorium, dia merasa didatangi seorang. Orang itu berkulit putih, tidak terlalu tua dengan rambut yang disisir seperti sisiran Cokde, serta senyuman mirip senyum Cok Junior.

Saat itu sang tamu menceriterakan semuanya tentang apa yang terjadi di keluarga ini. Mohon maaf katanya termasuk bagaimana Tuan Almarhum, saat sakit terakhirnya sampai ajal beliau tiba semuanya diceritakan secara gamblang.  Dan Sang Tamu yang menyuruh Ranu untuk mengusahakan agar keluarga ini bersatu kembali, dan anak yang Rani kandung lahir dengan selamat, dan Astungkara akan tumbuh dengan baik, tidak kekurangan sesuatu apapun.

Diantara mereka cerita tamu tadi, mengatakan memiliki ilmu pengleakan –santet- yang sangat mungkin kalau dia mempraktekkannya bisa membuat keluarga kita akan mengalami kesulitan. Nah jawaban Rani saat itu mengiyakannya, kami akan berusaha mempersatukan keluarga kami dengan kemampuan kami.
Mamipun menangis mendengarkan certia Rani itu. Dan Mami teringat akan apa yang dia alami serupa saat mengandung adikku yang terakhir. Ketika itu yang Mami ingat, bila mami tidak melaksanakan amanatnya maka mami akan kehilangan seorang anggota keluarga saat adikku terakhir mencapai akhil balik. Mami ingat tidak melaksanakannya, dan ternyata benar tak lama setelah adikku akil balik, papi jatuh sakit dan meninggal dunia.

Ya Tuhan, kenapa aku tidak melaksanakan pesan tamu mimpiku saat itu, aku telah mengorbankan suamiku. Mamipun menangis semakinmenjadi jadi, dan Meyan dan Rani memapah Mamiku ke tempat tidur untuk memenangkan diri. Rani disuruh menemani, serta Meyan kembali mengasuh Cok Junior.
Mami berterima kasih kepada Rani, karena sebagai anggota keluarga baru, sudah melaksanakan pesan mimpinya, Mami sangat takut kalau hal itu dapat menimpa anggota keluaranya kembali, seperti belasan tahun silam saat Mami kehilangan suami.

Rani menenangkan Mami, untuk tidak perlu merisaukan apa yang dia laksanakan, karena itu sudah dilakukan melalui proses perenungan panjang dan perdebatan sangat sengit dengan Cokde. Hanya saja Cokde agak khawatir kalau menceriterakan kepada Kanjeng Mami. Ia takut akan melukai Mami bila dia diskusikan terlebih dahulu. Sehingga dibarkannya saja kalau Rani mewujudkan keinginannya sesuai dengan pesan tamu yang mendatangi mimpinya di Laboratorium.

Sosok yang dicertiakan Rani sebenarnya adalah sosok Ayahnda Cokde, atau mertuanya sendiri, yang menurut keyakinan mereka reinkarnasi menjadi anak Rani itu, yaitu reinkarnasi dari mertuanya terlahir sebagai Cok Junior. Cok Junior pasti akan lengket dengan Neneknya, karena ejatinya itu merupakan pasangan suami istri aslinya. Mamipun semakin mantap dan merasa tidak salah bila ia mulai mengurangi aktipitasnya terjun langsung ke bawah, dan lebih banyak memonitor dan menerima laporan dari rumah saja.

Omset perusahan kamipun semakin meingkat, termasuk keinginan Rani melengkapi spa dengan Klinik Bersalin dengan metode Waterbirth, ilmunya kami pelajari bersama baik dari Literatur maupun praktek langsung dari Dokter Kolev. Metide ini sangat diminati berbagai kalangan, dan karyawan kami yang ingin melahirkan dengan cara ini kami berikan subsidi, tidak hanya gratis, tetapi kamui support kebutuhannya elama cuti melahirkan. Reken-reken memberikan tunjangan melahirkan. Dan Mami sangat mendukung apa yang kami lakukan ini.

Cabang Klinik Bersalin sejenis, juga bulan lalu sudah dibuka Puspa bersama Dokter Kolev di Tabanan. Mereka memang sejoli yang sangat harmonis, seakan menyaingi keharmonisan keluarga kkami. Pusapa sangat bergairah mengembangkan usaha ini. Mereka ingin membuka klinik yang sama di kota Manado, dimana putrid tunggalnya diasuh oleh seorang kerabatnya. Memang Puspa seorang warga puri yang cantik, seorang peranakan Puri Kajanan dengan Ibu Manado, putih tinggi semampai, pinggangnya dan lehernya jenjang, rambut panjang terurai serta jari-jarinya lentik berkuku terawatt dengan sempurna.

Dia sebenarnya perempuan baik, hanya lugu sehingga sangat mudah terpedaya. Atau memang karena shock cultural yang emnyebabkan dia salah gaul saat di Jogya. Lupakanlah itu, sekarang dia telah menemukan tambatan hatinya, dia diterima sebagai Ny Kolev, oleh Dr Kolev maupun kleuarganya di Moscow. Keluarga Kolev pun seorang pencinta seni. Maminya mengelola sebuah gedung pertunjukan ballet di Moscow, dan Ayahnya seorang Dokter bedah orthopedic yang sangat terkenal di Moscow. Mereka menerima dengan hangat kehadiran Puspa, yang memang sangat pandai bergaul dan mengambil hati orang lain untuk bersimpati padanya.

Aku dengar dalam musim panas ini mertua Puspa akan datang berkunjung ke Puri, serta menjajaki kerjasama cultural dengan kelompok seni di kampong kami, untuk pegelaran di Moscow pada saat musim semi mendatang. Meraka ternyata dipertemukan Tuhan Yang Maha Esa, melalui profesi yang bersesuaian. Puspa seorang penari bahkan master tari, bertemu seorang mertua yang berprofesi mengelola pertunjukan. Klop. Maha besar Tuhan Yang Maha Esa yang mempertemukan mereke. Semoga mereka berbahagia.

Kelihatannya mami sangat faham dengan pengalaman spiritual Rani, yang menuntunnya untuk melakukan rekonsiliasi pada puri-puri keluarga kami sehingga dapat bersatu kembali, dan kamipun dapat simapti lebih dari masyarakat sekitar puri, mereka menjadi lebih resfek, lebih kompak dalam bermasyarakat, karena melihat kerukunan puri kami sebagai tauladan.

Mami sekarang menyadari kenapa cucunya lebih lengket kepadanya kebanding dengan ibunya, Semula Mami sempat menganggap itu karena ulah Rani. Padahal demikian juga rani sebaliknya merasa Mami memonopoli anaknya, sehingga lebih lengket dengan neneknya. Rani sempat mengkhawatirkan kelak anak mereka akan lebih menganggap neneknya sebagai ibunya. Suatu kekhawatiran yang wajar timbul pada seorang ibu.

Itu terlebih lagi bila anakku meledek ibunya, Rani kalau dia lebih suka menerek kosong kepada neneknya. Mami pada awalnya memang tidak mau, tetapi karena cucunya merengek terus, ternyata menjadi keterusan netek kosng neneknya. Itupun masih sampai saat ini walau anakku sudah bisa berjalan. Dia tidak malu-malu akan meminta nenen kepada neneknya kalau sedang pergi berdua.

Konflik batin antara Rani dan Mami hari ini sudah klir, sehingga Rani memohon maaf kepada Mami, atas apa yang telah dia lakukan atas nama keluarga, maupun atas kecemburuan Rani terhadap kanjeng Mami yang lebih dilengketi oleh Cok Junior. Kuperhatikan Me Yan ternyata bengong sambil menitikkan air mata duduk sebelah Mami yang sedang rangkulan dengan Rani, saling melepas unek-unek yang keliru selama ini, serta saling memaafkan.

Kogoda Meyan, “Meyan kenapa tuaknya bercucuran Meyan”. Katanya dia sangat terharu dengan kedekatan Rani dengan Mami, menantu dengan mertua, bisa saling terbuka dengan penuh kasih sayang menyelesaikan permasalahan, yang kalau tidak dihentikan bisa menjadi bara yang akan membakar keluarga ini. Meyan sangat merindukan hal ini juga terjadi padan anak dan menantunya, Yande dan Nitami. Pasti bisa Meyan, sekarang saja kami lihat mereka sangat menghormati Meyan maupun keluarga Meyan. Mari kita terus berdoa Meyan, kataku.

Cok Junior, menangis memanggil manggil Mami, karena hujan gerimis datang. Cok Junior memnag takut kalau mendengar gledek yang didahului petir. Aku keluar menghampiri dan memperhatikan barangkali ada perlengkapan mainnya Cok Junior tertinggal dihalaman. Kuperhatikan ke barat ada pelangi tegak. Kupanggil Meyan kutunjukkan lihat Meyan. Itu ada pelangi aneh Meyan. “Oh Oh itu namanya teja” kata Meyan.

Orang tua-tua dulu mengatakan kalau teja itu keluar berarti aka nada orang hebat meninggal dunia. Tuhan menyiapkan almarhum jembatan untuk dititi ke surge. Itu kata orang-orang tua dulu. Dan hujan cukup besar-besar rintiknya turun, akan tetapi matahari bersinar terang. “Kalau hujan di panas terik begini tanda apa Meyan”, tanyaku. Kalau ini pertanda kurang baik tuan, bisa: ada perawan yang hamil, bisa juga ada memedi melahirkan. 

“Hahahaha Meyan ada ada saja, masak perawan hamil Meyan” kataku tergelak.
“Maksud Meyan bukan demikian, yang hamil itu belum menikah, ada gadis yang hamil” kata Meyan.
Kalau Memedi melahirkan itu, hujan ajan segera membersihkan darah-darahnya yang berceceran, sehingga tidak ketahuan manusia. Memang Meyan masih percaya takhyul demikian. Itu kan kata orang-orang tua dulu Tuan….

Kami pun tertawa bersama. Sehingga mengundang Mami dan Rani ikut keluar. Kulihat Mami masih nkuat menggendong Cok Junior, betapa sayangnya Mami kepada cucunya. Mami, Rani dan Cok Junior kutunjuki adanya pelangi tegak di barat….. Mereka berucap, Maha Besar Tuhan Menciptakan Fenomena Teja itu, semoga yang meninggal hari ini mencapai sorga…………  kata Mami. Ternyata mami juga tahu mitos itu.
Pondok Betung, 10 Mei 2014.

1 komentar:

  1. Pak..kalau fenomena pelangi tegak itu sering ada nggak ya..trus mitos dikalangan masyarakat bagaimana?

    BalasHapus