“MIMPI RANI, SPIRITUALISASI TINGKAT TINGGI”
Dalam Gendongan (google.com) |
Ilmu pengusahanya sedikit sedikit
telah ditransfer ke istriku Rani, sehingga beberapa kali ia diminta Mami
memberikan pendapatnya dalam mengadakan ekspansi bisnis, maupun mengelola
konflik yang terjadi di perusahaan. Meyan dengan setia mendampingi Mami dalam
mengasuh anak kami. Rani memeng meutuskan untuk menunda lagi untuk memiliki
anak ke dua, dia ingin menyelesaikan pendidikannya dengan cepat, sehingga dapat
focus nantinya berkecimpung di bisnis.
Hidangan snack pagi kelihatannya
telah disiapkan Meyan. Kami bertiha Mami, Rani dan Aku menikmatinya di beranda
samping rumah, dekat taman bunga menikmatinya sambil berdiskusi tentang segala
hal. Tiba-tiba Mami mengemukakan pendapatnya, mengatakan bahwa Mami kurang
setuju kalau Rani terlalu memanja keluarga kami dari Puri Kajanan maupun Puri
Jambu. Karena Mami mengkhawatirkan Rani diperalat oleh mereka, untuk
menghancurkan kita dari dalam.
Rani menjelaskanya dengan panjang
lebar bahwa dampak seperti itu sudah menjadi perhitungannya, dan iapun
menjelasakan bahwa ia tahu permasalahan keluarga ini bukan dari siapa-siapa,
bukan dari Puspa, dan bukan juga dari Aji di Puri Jambu. Itu diketahuinya
secara tidak sengaja. Saat hamil sekitar lima bulanan, antara sadar dan tidak
sadar dalam istirahat siangnya Rani di laboratorium, dia merasa didatangi
seorang. Orang itu berkulit putih, tidak terlalu tua dengan rambut yang disisir
seperti sisiran Cokde, serta senyuman mirip senyum Cok Junior.
Saat itu sang tamu menceriterakan
semuanya tentang apa yang terjadi di keluarga ini. Mohon maaf katanya termasuk
bagaimana Tuan Almarhum, saat sakit terakhirnya sampai ajal beliau tiba
semuanya diceritakan secara gamblang.
Dan Sang Tamu yang menyuruh Ranu untuk mengusahakan agar keluarga ini
bersatu kembali, dan anak yang Rani kandung lahir dengan selamat, dan
Astungkara akan tumbuh dengan baik, tidak kekurangan sesuatu apapun.
Diantara mereka cerita tamu tadi,
mengatakan memiliki ilmu pengleakan –santet- yang sangat mungkin kalau dia
mempraktekkannya bisa membuat keluarga kita akan mengalami kesulitan. Nah
jawaban Rani saat itu mengiyakannya, kami akan berusaha mempersatukan keluarga
kami dengan kemampuan kami.
Mamipun menangis mendengarkan
certia Rani itu. Dan Mami teringat akan apa yang dia alami serupa saat mengandung
adikku yang terakhir. Ketika itu yang Mami ingat, bila mami tidak melaksanakan
amanatnya maka mami akan kehilangan seorang anggota keluarga saat adikku
terakhir mencapai akhil balik. Mami ingat tidak melaksanakannya, dan ternyata
benar tak lama setelah adikku akil balik, papi jatuh sakit dan meninggal dunia.
Ya Tuhan, kenapa aku tidak
melaksanakan pesan tamu mimpiku saat itu, aku telah mengorbankan suamiku.
Mamipun menangis semakinmenjadi jadi, dan Meyan dan Rani memapah Mamiku ke
tempat tidur untuk memenangkan diri. Rani disuruh menemani, serta Meyan kembali
mengasuh Cok Junior.
Mami berterima kasih kepada Rani,
karena sebagai anggota keluarga baru, sudah melaksanakan pesan mimpinya, Mami
sangat takut kalau hal itu dapat menimpa anggota keluaranya kembali, seperti
belasan tahun silam saat Mami kehilangan suami.
Rani menenangkan Mami, untuk
tidak perlu merisaukan apa yang dia laksanakan, karena itu sudah dilakukan
melalui proses perenungan panjang dan perdebatan sangat sengit dengan Cokde.
Hanya saja Cokde agak khawatir kalau menceriterakan kepada Kanjeng Mami. Ia
takut akan melukai Mami bila dia diskusikan terlebih dahulu. Sehingga
dibarkannya saja kalau Rani mewujudkan keinginannya sesuai dengan pesan tamu
yang mendatangi mimpinya di Laboratorium.
Sosok yang dicertiakan Rani
sebenarnya adalah sosok Ayahnda Cokde, atau mertuanya sendiri, yang menurut
keyakinan mereka reinkarnasi menjadi anak Rani itu, yaitu reinkarnasi dari
mertuanya terlahir sebagai Cok Junior. Cok Junior pasti akan lengket dengan Neneknya,
karena ejatinya itu merupakan pasangan suami istri aslinya. Mamipun semakin
mantap dan merasa tidak salah bila ia mulai mengurangi aktipitasnya terjun
langsung ke bawah, dan lebih banyak memonitor dan menerima laporan dari rumah
saja.
Omset perusahan kamipun semakin
meingkat, termasuk keinginan Rani melengkapi spa dengan Klinik Bersalin dengan
metode Waterbirth, ilmunya kami pelajari bersama baik dari Literatur maupun
praktek langsung dari Dokter Kolev. Metide ini sangat diminati berbagai
kalangan, dan karyawan kami yang ingin melahirkan dengan cara ini kami berikan
subsidi, tidak hanya gratis, tetapi kamui support kebutuhannya elama cuti
melahirkan. Reken-reken memberikan tunjangan melahirkan. Dan Mami sangat
mendukung apa yang kami lakukan ini.
Cabang Klinik Bersalin sejenis,
juga bulan lalu sudah dibuka Puspa bersama Dokter Kolev di Tabanan. Mereka
memang sejoli yang sangat harmonis, seakan menyaingi keharmonisan keluarga
kkami. Pusapa sangat bergairah mengembangkan usaha ini. Mereka ingin membuka klinik
yang sama di kota Manado, dimana putrid tunggalnya diasuh oleh seorang
kerabatnya. Memang Puspa seorang warga puri yang cantik, seorang peranakan Puri
Kajanan dengan Ibu Manado, putih tinggi semampai, pinggangnya dan lehernya jenjang,
rambut panjang terurai serta jari-jarinya lentik berkuku terawatt dengan
sempurna.
Dia sebenarnya perempuan baik,
hanya lugu sehingga sangat mudah terpedaya. Atau memang karena shock cultural
yang emnyebabkan dia salah gaul saat di Jogya. Lupakanlah itu, sekarang dia
telah menemukan tambatan hatinya, dia diterima sebagai Ny Kolev, oleh Dr Kolev
maupun kleuarganya di Moscow. Keluarga Kolev pun seorang pencinta seni. Maminya
mengelola sebuah gedung pertunjukan ballet di Moscow, dan Ayahnya seorang
Dokter bedah orthopedic yang sangat terkenal di Moscow. Mereka menerima dengan
hangat kehadiran Puspa, yang memang sangat pandai bergaul dan mengambil hati
orang lain untuk bersimpati padanya.
Aku dengar dalam musim panas ini
mertua Puspa akan datang berkunjung ke Puri, serta menjajaki kerjasama cultural
dengan kelompok seni di kampong kami, untuk pegelaran di Moscow pada saat musim
semi mendatang. Meraka ternyata dipertemukan Tuhan Yang Maha Esa, melalui
profesi yang bersesuaian. Puspa seorang penari bahkan master tari, bertemu
seorang mertua yang berprofesi mengelola pertunjukan. Klop. Maha besar Tuhan
Yang Maha Esa yang mempertemukan mereke. Semoga mereka berbahagia.
Kelihatannya mami sangat faham
dengan pengalaman spiritual Rani, yang menuntunnya untuk melakukan rekonsiliasi
pada puri-puri keluarga kami sehingga dapat bersatu kembali, dan kamipun dapat
simapti lebih dari masyarakat sekitar puri, mereka menjadi lebih resfek, lebih
kompak dalam bermasyarakat, karena melihat kerukunan puri kami sebagai
tauladan.
Mami sekarang menyadari kenapa
cucunya lebih lengket kepadanya kebanding dengan ibunya, Semula Mami sempat
menganggap itu karena ulah Rani. Padahal demikian juga rani sebaliknya merasa
Mami memonopoli anaknya, sehingga lebih lengket dengan neneknya. Rani sempat
mengkhawatirkan kelak anak mereka akan lebih menganggap neneknya sebagai
ibunya. Suatu kekhawatiran yang wajar timbul pada seorang ibu.
Itu terlebih lagi bila anakku
meledek ibunya, Rani kalau dia lebih suka menerek kosong kepada neneknya. Mami
pada awalnya memang tidak mau, tetapi karena cucunya merengek terus, ternyata
menjadi keterusan netek kosng neneknya. Itupun masih sampai saat ini walau
anakku sudah bisa berjalan. Dia tidak malu-malu akan meminta nenen kepada
neneknya kalau sedang pergi berdua.
Konflik batin antara Rani dan
Mami hari ini sudah klir, sehingga Rani memohon maaf kepada Mami, atas apa yang
telah dia lakukan atas nama keluarga, maupun atas kecemburuan Rani terhadap
kanjeng Mami yang lebih dilengketi oleh Cok Junior. Kuperhatikan Me Yan
ternyata bengong sambil menitikkan air mata duduk sebelah Mami yang sedang
rangkulan dengan Rani, saling melepas unek-unek yang keliru selama ini, serta
saling memaafkan.
Kogoda Meyan, “Meyan kenapa tuaknya
bercucuran Meyan”. Katanya dia sangat terharu dengan kedekatan Rani dengan
Mami, menantu dengan mertua, bisa saling terbuka dengan penuh kasih sayang
menyelesaikan permasalahan, yang kalau tidak dihentikan bisa menjadi bara yang
akan membakar keluarga ini. Meyan sangat merindukan hal ini juga terjadi padan
anak dan menantunya, Yande dan Nitami. Pasti bisa Meyan, sekarang saja kami
lihat mereka sangat menghormati Meyan maupun keluarga Meyan. Mari kita terus
berdoa Meyan, kataku.
Cok Junior, menangis memanggil
manggil Mami, karena hujan gerimis datang. Cok Junior memnag takut kalau
mendengar gledek yang didahului petir. Aku keluar menghampiri dan memperhatikan
barangkali ada perlengkapan mainnya Cok Junior tertinggal dihalaman.
Kuperhatikan ke barat ada pelangi tegak. Kupanggil Meyan kutunjukkan lihat
Meyan. Itu ada pelangi aneh Meyan. “Oh Oh itu namanya teja” kata Meyan.
Orang tua-tua dulu mengatakan
kalau teja itu keluar berarti aka nada orang hebat meninggal dunia. Tuhan
menyiapkan almarhum jembatan untuk dititi ke surge. Itu kata orang-orang tua
dulu. Dan hujan cukup besar-besar rintiknya turun, akan tetapi matahari
bersinar terang. “Kalau hujan di panas terik begini tanda apa Meyan”, tanyaku.
Kalau ini pertanda kurang baik tuan, bisa: ada perawan yang hamil, bisa juga
ada memedi melahirkan.
“Hahahaha Meyan ada ada saja,
masak perawan hamil Meyan” kataku tergelak.
“Maksud Meyan bukan demikian,
yang hamil itu belum menikah, ada gadis yang hamil” kata Meyan.
Kalau Memedi melahirkan itu,
hujan ajan segera membersihkan darah-darahnya yang berceceran, sehingga tidak
ketahuan manusia. Memang Meyan masih percaya takhyul demikian. Itu kan kata
orang-orang tua dulu Tuan….
Kami
pun tertawa bersama. Sehingga mengundang Mami dan Rani ikut keluar. Kulihat Mami
masih nkuat menggendong Cok Junior, betapa sayangnya Mami kepada cucunya. Mami,
Rani dan Cok Junior kutunjuki adanya pelangi tegak di barat….. Mereka berucap,
Maha Besar Tuhan Menciptakan Fenomena Teja itu, semoga yang meninggal hari ini
mencapai sorga………… kata Mami. Ternyata mami
juga tahu mitos itu.
Pondok Betung, 10 Mei 2014.
Pak..kalau fenomena pelangi tegak itu sering ada nggak ya..trus mitos dikalangan masyarakat bagaimana?
BalasHapus