Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 09 April 2015

De-Karma 5 :Souchi Ngidam Durian



“Ngidam Durian Souchi dan Gerhana Bulan Darah”


Buah Durian Yang Menggoda
Rumah Meida menjadi semarak sejak de Karma sudah mempersunti Souchi.  Nana Jepun yang mereka jemput menjelang pernikahannya. Maklum keluarga Souchi masih menyisakan trauma tsunami yang mengambil korban sebagian besar orang kampungnya Fukushima. Kedua orang tuanya menjadi korban.  Souchi dan adiknya Souchita lepas dari bencana tersebut. Suchita sedang magang di Kyoto, dan Souchi belum sampai ke kampungnya pulang dari Indonesia. Namun pukulan tersebut membuat Souchi mengalami depresi sehingga harus mengalami perawatan cukup lama di Rumah Sakit setempat.

Souchi sekarang sudah menjadi bagian keluarga Meida, sudah hampir tiga bulan dia dinikahkan secara adat Bali dengan De Karma, di kampung Meida. Pestanya cukup meriah, karena batu kali ini keluarga Meida melaksanakan upacar pernikahan. Anak perempuannya Mang Adi saat menikah kan dibuatkan upacara dan resepsi di tempat suaminya Kamajaya. Keramaian cucu, anak dan memantu Meida yang sudah kembali ketempat usahanya di Dili Timor Leste. Hanya tinggal Meida, De Karma, Souchi dan Neni di keluarga tersebut,

Neni semakin intensip menyelesaikan Skripsinya dengan harapan tahun ini bisa selesai, dan dia bisa secara penuh bekerja membantu De Karma mengelaola keuangan usahanya, karena Souchi akan membantu pemasaran serta kegiatan expo yang dilakukan De Karma, dia tidak mau ikit mengelola keuangan, karena Souchi mengharapkan dapat aktif bermasyarakat sebagai wakil keluarga De Karma di masyarakat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, suka dan duka di perkampungan.

Memang Meida sangat beruntung punya mantu Souchi, walau sebelumnya dia sempaat ragu, apakah menantunya kelak dapat berbaur mengikuti masyarakat setempat. Dasar Souchi yang memang aktip di NGO –Non Govermental Organisation- yang sering dikirim ke daerah bencana rupanya sangat senang bermasyarakat, mudah membaur dan gampang menyesuaikan dengan masyarakat setempat. Sifat Souchi dapat melengkapi kekurangan dari sifat De Karma yang cenderung pendiam, pemalu sehingga sangat jarang terjun langsung kemasyarakat. Keluarga mereka sekarang lebih banyak diwakili oleh Souchi.

Souchi malah tidak ubah dengan wanika kampung setempat, dia lebih banyak memakai kemben kebanding daster atau rok, karena padatnya kegiatan masyarakat. Dia sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, bahkan sebagian besar masyarakat mengingatkannya agar hati-hati karena sedang hamil muda. Diapun tidak segan bertanya dan belajar sehingga cepat menjadi cekatan, dan cepat dikenal oleh penduduk setempat. Tak rugi Meida mendapatkan mantu dari manca negara, intelek, cantik dan sangat cepat berbaur dengan masyarakat. Meida sangat bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa, telah dianugrahi menantu yang sangat rajin, dapat mewakili keluarga tepatnya nama baik keluarga di masyarakat.

Sore itu, sepulang dari gotong royong membuat bahan upacara karena ada seorang warga yang akan melangsungkan pernikahan, Souchi menghampiri Meida dan Neni yang sedang rehat nge teh sore di Bale bengong. Mereka langsung asyik melanjutkan obrolan bertiga. Souchi diingatkan Meida, agar jangan terlalu aktip di masyarakat saat lagi hamil muda. Souchi mengangguk angguk mengiyakan nasehat Meida. 

Neni meninggalkan mereka sayik ngobrol bersama, rupanya Neni mengambil kotak putih di dalam kulkas di berikan nya kepada Souchi. Ini mbak aku belikan tadi saat pergi ke kampus, aku mampir ke supermarket buah durian Thailand. Neni tahu Souchi mengidamkan durian. Walau durian lokal banyak dijajakan dipinggir jalan tapi dia memilih membelinya di supermarket, karena dia takut mengecewakan Souchi. Durian pinggir jalan sering harum baunya, tapi setelah dibuka mengecewakan isinya. 

Meraka tertawa berderai...... , Akh Neni kamu bisa saja membelikan mbak durian, kata Souchi. Souchi membuka dan menawarkan kepada Meida, dan Neni untuk menyantapnya bersama sama. Karena dia tahu Meida, sering mewanti wanti jangan banyak makan durian kalau lagi hamil. Nah mereka bersama ..... mencicipi hanya untuk mengormati jabang bayi yang ngidam durian, kata Meida.

Sedang asyiknya mereka menyantap durian sore itu, tiba-tiba De Karma, sudah ikut nimbrung duuduk di Bale Bengong.... Hehehehe kebetulan masih ada beberpa biji durian di  box, dilahat De Karma. Dia juga mengatakan untuk menghormati yang ada di dalam perut Souchi. De Karma malah kelihatan seperti orang ngidam, dia jilati durian yang lengket lengket dijarinya sampai bersih. Neni puas melihat Meida, De Karma dan terutama Souchi sangat menikmati buah dirian yang dia belikan. Tapi Meida...... membisikinya, “Neni kau tak boleh sering sering membelikannya durian, jangan terlalu diikuti nanti kebanyakan durian dia bisa mabok”.

Di Bale bengong, Meida dan Neni meninggalkan Souchi dan De Karma bercengkerema berdua. Neni melanjutkan menyiram kembang yang ada dekat studio De Karma, dan Meida sudah menyiapkan diri dan perlengkapan sembahyang. Kebetulan hari itu bulan Purnama. Kata orang-orang melalui media Purnama malam akan mengalami gerhana, gerhana darah lagi. Kata temanku di BMKG gerhana itu adalah gerhana merah darah, atau Blood Moon Eclipse, yang datangnya hanya 500 tahun sekali. Hal ituseperti biasanya bulan purnama Meida pasti mempersiapkan upakara untuk persembahyangan.

De Karma mengelus elus perut mungil Souchi, dia tidak malu melonggarkan kemben yang dipakainya karena belum sempat menganti dengan daster. De Karma sangat sayang dengan Souchi, demikian pula kelihatannya Souchi sangat menikmati kehamilan mudanya. Dia akan melahirkan generasi generasi baru untuk Keluarga De Karma maupun keluarga Fukushima yang dia akan teruskan bersama adiknya.

Mereka sangat menikmati sore itu, kelelawarpun sudah mulai berseliweran menyambangi pohon sawo bersama burung walet yang kembali ke sarangnya setelah seharian mengembara mencari makan. Rumah De Karma kelihatan begitu ramai dengan suara-suara burung. Mereka terbangun rupanya De Karma dan Souchi sempat sejanak ketiduran di Bele Bengong. 

Meida datang menghampir, “ hei hei anak-anakku ayo cepat bangun, mandi ayo kita sembahyang “ hari sudah akan masuk sandikala ayo” Mereka cepat-cepat bangun merapikan Bale Bengong, terus mempersiapkan diri untuk melakukan persembahyangan Bulan Purnama. De Karma, Souchi dan Neni pun kelihatan khusus melakukan persembahyangan bersama dipimpin Meida. 

Setelah selesai sembahyang De Karma mengingatkan Souchi dan Neni untuk segera berkemas, untuk pergi ke dokter, karena hari itu juga merupakan hari kontrol kandungannya Souchi. Mereka sengaja memilih pergi agak malam, menghindari kemacetan jalan. Meraka sudah mempunyai janji dengan dokter langganan di Klinik Mitra Ibu. Dan seperti biasa sehabis kontrol, De Karma ingin mengajak mereka bertiga mampir menikmati makan malam bersama. Pilihan tempat biasanya diserahkan kepada Meida, Souchi dan Neni secara bergantian. Biasanya Meida juga ikut, namun karena malam itu pas BulN Purnama Meida tidak ikut, mau meneruskan semedi di Pura Keluarga malam itu, untuk beberapa lama.

Merekapun pergi bertiga, malam itu kelihatan Neni yang memegang stir, meluncur meninggalkan rumah sekitar jam tujuh malam. Happi Blood Moon Eclipse....... dan mobil merekapun secara perlahan masuk kota menuju klinik.

Pondok Betung, 10 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar