“DUKA CINTA WINDA”
Add caption |
Aku ingat hari itu adalah hari
Sabtu, di awal Desember karena bunga-bunga Desember bermekaran di pinggiran
jalan komplek rumahku bermekaran dan melepaskan bau yang sangat khas. Hujan
rintik masih rajin mengguyur daerahku, yang sudah hampir sebelas bulan dilanda
kemarau panjang.
Rencananya pagi itu Winda anak
gadisku, mau belajar memasak. Kulihat bahan dan resep makanan yang ia
rencanakan sudah siap diatas meja. Namun karena ia terbangun kesiangan kami
dengan si Mbok mempreaktekkannya. Masakan nya adalah sebuah masakan Nusantara,
yaitu kombinasi masakan Jawa Barat dan Bali.
Seperti biasa setelah bangun dia
akan pergi ke ruang makan mengambil air minum, dia terkejut karena bahan yang
ia beli sudah menjadi masakan. “Ayo sarapan sekalian, mama sudah masakkan resep
yang kalian siapkan, mudah-mudahan enak Win”.
Sambil menikmati sarapan pagi, ku
temani dia. Aku tahu kalau sampai bangun kesiangan pasti dia ada masalah,
padahal yang kutahu semalam dia keluar pergi ke Senayan City untuk makan malam
dan menonton sama temannya, sekitar Jam 00 30 kudengar dia sudah masuk ke
kamarnya/ Dan Winda pun bercerita kepada ku, tapi dia minta tak ada komentar
sebelum dia selesai berbicara. “Mama harus menjadi pendengar setia”.
Ma, apakah aku salah menjadi anak
mama. Apakah kalau mama mengalami pengalaman pahit dalam hidup mama aku juga
harus mengalaminya?.
Kisah cintaku selalu kandas ma.
Semuanya itu karena perbedaan. Bukankah kata mamaperbedaan itu merupakan seuatu
yang akan menjadi synergi menciptakan energi besar kala dia saling melengkapi,
saling mendukung. Mana kebenaran teori itu, mana ma.
Cinta pertamaku saat menemani
mama dinas di ujung Nusantara karena mama mau menjauhkan diri ke papa yang
sampai saat ini pun belum kukenal, Kenapa ma, apakah mama tidak lebih
berbahagia kalau mama tetap bertahan hidup bersama papa demi aku. Mama egois.
Ku kenal seorang anggota tentara, aku sangat akrab sama dia. Mama menentangnya,
mama memusuhinya sampai sampai aku back street, dan telah bersama-sama telah
membohongi mama, sehingga aku menjadi anak gadis yang kesepian yang hanya bisa
berharap tinggi. Kala itu alasan mama melarangku karena perbedaan. Perbedaan
apa ma......
Aku menjadi anak yang mempunyai
hati petualang ma. Lamunanku menyelamatkan aku dari badai tsunami cinta ini ma.
Aku terombang ambing ma. Akupun menjauh dari mama. Kutempuh hidup di kota
dengan mengais ilmu, mengais rejeki sehingga aku bisa menyelesaikan
pendidikanku dengan jerih payah sendiri. Memang salah aku ma, aku sangat egois,
aku sangat sombong aku lupa bahwa mama selama ini orang tua tunggal kami......
maafin Winda ma. Air matanya dan air mataku mulai menetes, dia semakin sangar
saja bercerita.
Dikota itu cinta ku juga kandas
karena perbedaan. Dia dilarang keluarganya meneruskan cintanya kepadaku. Karena
aku tak bisa menunjukkan papa ku yang nantinya akan menjadi wali nikahku.
Kenapa ma .... Selalu perbedaan itu, dia punya orang tua lengkap, dan aku tidak
menjadikan harapanku buyar.... Kenapa ma jawab ma, jawab ma,
Cinta ketiga, keempat sama saja.
Kenapa hatiku berlabuh pada pelabuhan yang salah. Selalu menghadapi perbedan
ma. Kalau nggak budaya, masalah keyakinanlah, masalah kurang jelas trahnyalah.
Pokoknya mereka selalu memasalahkam Bebet. Bibit. Bobot. Apa mereka tidak
melihat prestasiku, tidak melihat pendidikanku, karier ku, Di ibukota juga sama
saja ma.
Tadi malam dia telah memutuskan
untuk tidak saling cinta kepadaku ma. Memang aku salah ma. Aku telah jatuh
kepelukan orang yang sudah pantas menjadi ayahku. Aku sangat nyaman bersamanya
ma. Aku tak tahu kenapa, pokoknya aku nyaman bersamanya. Maunya aku ingin tetap bersamanya ma. Dia tidak pernah marah
sama aku, dia sangat baik. Namun mungkin aku sangat egois... aku tidak tahu
bagaimana suasana hatinya. Aku hanya menuntut ngikuti suasana hatiku yang masih
muda ini.
Aku sampai terlanjur berucap
tidak akan ‘mencintai’ nya ma. Walau ku tahu dia menggoda dengan meng
iyakannya, sehingga aku terlanjur malu. Aku bingung ma saat itu tak dapat
kubendung air mataku. Secara berat kutanyakan benar ne kita berpisah.... Ia
hanya tertawa dan bilang “itu kan mau mu sendiri win” , Kalau aku sama saja
sampai kapanpun. Aku tidak pandai mengatakan cinta, aku hanya tunjukkan dengan
prilaku, katanya ma. Aku sangat egois ma..... sekali lagi karena perbedaan ma
jadinya aku memutuskan untuk menjauh darinya. Tapi sebenarnya aku masih sayang
padanya. Kan itu watak cancer ya ma.
Sampai kapan ma... sampai kapan
ma..... aku akan menghadapi perbedaam ini. Kapan perbedaan akan menciptakan
keharmonisan, tidak selalu menimbulkan konplik didalam hati ku ma......
Diapun menangin sambil memelukku.
Ku elus-elus rambut anakku, Kutenangkan dan kucoba menjawab semua keluh
kesahnya.
Winda, dengarkanlah mama. Dengarkanlah
sayang kau tenanglah. Kamu sebenarnya merupakan produk dari perbedaan itu.
Dalam darah kamu masih mengalir darah Denro, karena mama. Papamu masih ada dan
dia masih sangat mencintai mama. Sampai saat ini dia masih hidup sampai hari
tuanya tidak menikah lagi. Sudah saatnya walau dengan rasa malu karena mama
yang meninggalkan keluarga papamu. Maklum saat itu mama masih muda, sudah punya
pekerjaan mapan, mama sangat di sayang sama keluarga papamu. Tapi karena restu
dari keluarha Eyang di Jawa yang mama tak kunjung peroleh mama menjauh dari
keluarga papa, bahkan mama berusaha tidak meninggalkan jejak.
Mama tidak pernah memberikan
kabar tentang mu. Saat mama minggat beberapa kali papa membujuk balik tapi mama
tidak mau. Itulah menjadikan mama seakan tak punya pijakan keluarga yang kuat.
Keluarga mama sudah tak menerima mama. Sedangkan keluarga papa mu mama
tinggalkan. Maafin mama, karena mama sangat egois.
Cinta menurut serat sastra. Bila
ia datang pada seorang perempuan dia akan ‘buta’ tidak akan mengenal perbedaan,
perbedaan SARA sudah tidak dia hiraukan lagi, apalagi perbedaan umur. Dia akan
tabrak semuanya, karena Sang Dewi Cinta telah merasuk ke kalbu. Makanya kamu
janganlah terlalu mengumbar cintamu -baca birahi-. Mama sangat bahagia kamu
sangat terbuka sama mama terkait masalah ini. Beda dengan mama semuanya mama
simpan dan jalani sendiri. Untung saja mama sudah mempunyai profesi dan kerja
yang mapan. Pendidikan mama yang tinggi saat itu juga membutakan mata mama
sehingga mama menikah dengan papamu.
Itulah cinta yang tidak kita
ketahui kapan datang dan kapan dia akansinggah padam dan kapan pula perginya. Dia akan selalu muncul dalam
lubuk hati yang sangat dalam. Papamu sangat memuliakan wanita, Dia sangat yakin
kalau wanita dimuliakan dalam keluarga, apapun yang dilakukan keluarga itu
dalam doa, mudah2an akan dikabulkan Tuhan Yang Maha Esa. Maafkan mama
meninggalkan keluarga papamu.
Kamu jangan menyalahkan perbedaan
dalam seluruh kegagalan cinta mu. Itu
bukan kegagalan, itu hanya halaman demi halaman yang akan mengisi kisah
hidupmu. Karena buku hidupmu masih akan banyak berisi halaman yang lain. Untuk
itu mama pesankan nikmati saja halaman demi halaman buku hidupmu, tulislah
kisah-kisah indah hidupmu disana, demikian juga kisah sedihmy, Karena sejatinya
Tuhan menciptakan semua keberhasilan dan kegagalan, persamaan dan perbedaan,
kenikmatan dan kegetiran. Nikmatilah semua itu akan terasa nikmat bila kau
benar masuk dari sisi yang benar untuk menikmatinya.
Anakmu Winda, mama tidak melarang
kamu berteman dengan siapapun, menjatuhkan pilihan kepada siapapun. Mama akan
berbahagia bila kau berbahagia Winda. Jangan kau bersedih berlama lama. Waktumu
masih panjang, mama sudah meridnukan cucu Winda.
Sudah saatnya mama memperkenalkan
dan mengajak kamu menemui keluarga papamu. Dia seorang bangsawan di timur. Dia
berdarah seni, Mama ketemu denganya di ibukota ini, saat mama menyelesaikan
pendidikan Spesialis mama. Dia seorang Maestro, dia seniman. Minat seninya
mengalir kepadamu, termasuk seni mencintai orang. Dia lelaki yang banyak
dicintai wanita, namun dia lebih sering dikhianati, dia sangat pinter merayu
dan memperlakukan wanita.
Itulah yang membuat tekad mama
menikah dengannya. Mamapun sebenarnya sudah lihat semuanya Winda, semua lelaki
yang kau cinta mama mengenalnya walau ada yang dekat ada yang dari jauh. Mama
tak akan membiarkan kamu terlena dengan cinta itu.
Kalau kau perhatikan lukisan yang
kau beli di Taman Ismail Marzuki yang kau pajang di kamarmu persis di depan
tempat tidurmu itu, apa kau tahu itu lukisan siapa, dan siapa pelukisnya. Mama
sebenarnya tertawa saat kau bawa lukisan itu. Itu adalah lukisan potret mama
saat mama masih seusia kamu. Saat papamu mulai melirik mama. Papamu walau dia
banyak di kejar-kejar wanita, dia mempunyai selera cinta yang agung. Mungkin
tidak diketahui oleh gadis-gadis lain saat itu.
Kalau mama sih, mama punya rumus
dalam memperjuangkan cinta mama. Bila mama cinta seseorang mama akan kejar
sampai dapat, tapi kalau dia memang sudah berkhianat mama berhenti dan mama
lupakan. Papamu persis kamu dia punya tanda lahir yang sama,yaitu torch di
pangkal paha. Menurut papamu sih semua keluarnya memiliki tanda lahir yang
hampir sama.
Papamu orang yang sangat
mengagungkan cinta, dia hanya mencintai mama sehingga sampai saat ini mamapun
masih berstatus istrinya, dan papamu tidak menikah lagi, Sudah saatnya kamu
Winda mama perkenalkan dengan papa kamu, tapi mama harus mempersiapkan diri dan
hati dulu termasuk mempersiapkan hati kamu Winda.
Kamu harus baca buku-buku yang
ada di kamar mama. Untuk mempersiapkan hatimu sehingga tidak terlalu emosional,
menyalahkan orang lain dalam kondisi mama seperti ini. Mama pasti akan
memperkenalkan kamu dengan Keluarga papamu, sekalin mama mau minta maaf dengan
segala upacara adat maupun keagamaan yang diperlukan.
Mama berharap sehabis kau ketemu keluarga papa, kamu akan menemukan cinta yang membahagiakan, mungkin kau ikuti karma ibumu Winda. Tapi mama yakin karma mama itu merupakan urusan mama. Bukan tertimpakan kepadamu.
Berhenti menangis, seka air
matamu, cepatan mandi. Mama ada undangan makan siang di Mall Serpong ayo kita
berangkat bersama, siapa tahu hatimu terobati dan lukanya cepat sembuh setelah
kau meninggalkan pasanganmu semalam. Makanya pertahankanlah bila memang kamu
cintai. Jangan diusik dengan masalah masalah sepele. Nikmati masa mudamu......
dan kita persiapkan diri dan mental ketemu keluarga papa di Pulau Dewata, kamu
pasti bangga dengan papamu.
Rintik hujan diluar telah
berhenti rupanya kedua generasi itupun masuk kamar masing-masing untuk mandi
mempersiapkan diri ke undangan makan siang.
Pondok Betung, Bintaro Awal 2016
Mantap ..ceritanya Pak Putu....
BalasHapusTerima kasih Kang Kadarsyah. Pemilihan nama Winda hanya spontan, tidak ada kaitannya dengan siapa-siapa. Hanya nama fiktif saja. Kalau ada cerita dan nama yang sama semata-mata hanya karena kebetulang saja.
HapusOk.Pak
BalasHapus