Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 28 Februari 2016

Winda 6 : Kerinduan Mama Ingin Segera Pulang



“ MAMA INGIN SEGERA PULANG”

Candi Prambanan dan Kekuatan Cinta (google.com)
Sore itu aku duduk sendiri di teras hotel. Lelahku lumayan. Mamakupun belum kembali ke hotel mungkin sesi Tanya jawab, atau sesi nostalgianya yang berkepanjangan. Maklum biasanya acara seminat merupakan ajang pertemuan antar mereka setelah berapa lama tidak bertemu dan disibukkan oleh kesibukan masing masing dengan pasien dan penyakit penyakit baru. Mama memang kerap menjadi pembicara masalah penyakit anak yang menjadi spesialisnya.

Secangkir kopi capucino dan sepiring pisang goreng kipas menemaniku merajut sore itu, setelah seharian aku berkeliling Jogya. Mama merekomendasikan aku untuk pergi ke Candi Prambanan, Candi Hindu Ciwa, yang megah itu tempat pementasan sendratari Ramayana di kala bulan purnama. Sangar romantic kubayangkan, dan aku ingin hadiah pernikahanku kelak salah satu diisi dengan pentas sendratari disana.

Seperti kata orang waktu di Jogya terasa sangat lambam merambatnya. Setelah mengantar mama ke tempat seminar –kudengar kebiasaan mama tidak mau nginap satu hotel dengan tempat acara- aku meluncur ke Candi Prambanan di temani sopir sewa Pak Novek yang sangat sok akrab dengan kami, tapi dia sangat lincah mengemudi, aku sering tertidur sebentar dibawanya, dia hafal dengan tujuan yang kucari dan sangat humoris.

Lamat-lamat di sistem radio hotel kudengat alunan rindik, dengan lagu-lahu nusantara. Lagu manuk dadali, walang kekek, sampai lagu bali Putri Cening Ayu.  Kubayangkan betapa setianya lelaki zaman dulu, kalau dikaitkan dengan cerita Novek tentang pembangunan Candi Prambanan. Dalam anganku betapa bahagianya wanita yang mendapatkan lelaki seperti Bandung Bondowoso, yang bersedia membangunkan candi untuk kekasihnya. Walau sebenarnya itu hanya sekedar cara halus untuk menolak cintanya. Betapa polosnya pikiran lelaki zaman dulu ya. Hahahaha ….. dalam batinku kok begitu mudah ya memperdaya lak-laki.
Sambil nyeruput kopi aku meandang jauh kea rah utara dari teras hotelku, terlihat jelas sosok Gunung Merapi yang melumat tubuh kokoh Marijan saat letusan terakhirnya. Marijan sosok Bandung Bondowoso. Marijan sangat cinta dengan pekerjaannya dan sangat setia dengan masyarakat lereng Merapi, sama dengan kecintaannya dalam membuat tetenger prilaku Merapi. Sebagai abdi dalam dia setia memantau secara visual, membuat upacar terkait dengan prilaku Merapi.

Siang tadi aku sempat sejenak melihat sisa sisa letusannya. Betapa besarnya kekuasaan dan kekuatan Tuhan yang dikeluarkanNya melalui kemampuan mengatur alam ini agar terus bermanfaat bagi umat manusia. Walau sebenarnya diberikannya dalam bentuk bencana. Bukankah ditengah sebuah bencana selalu terselip berkah yang terkadang kita baru tahu jauh setelahnya. Akh kita nikmati saja keindahan alam Merapi. Batu-batu masih berserakan, belukar sudah mulai tumbuh. Ribuan kubik pasir diangkut hasil muntahannya di sungai yang dilalui lahar, tiap hari oleh ratusan truk keluar Merapi.

Yah aku melihat betapa besar kekuasaan dan kekuatan Tuhan ada disana, beliau dibuatka stana indah seperti Candi Prambanan, menginspirasiku tentang kesetiaan dan kekuatan dari cinta. Cinta manusia terhadap Tuhannya, juga cinta antara pria dengan wanita, ataupun cinta manusia dengan alamnya yang ditunjukkan Marijan.

Lamunan itu membawaku sampai tertidur di teras hotel. Aku sangat menikmati perjalananku sight seeing di Jogya. Terbawa dalam mimpiku rasa nikmat ‘mawut ikan’ yang kunikmati dengan pak sopir di Bantul. Aku sangat senang bila membayangkan senyum pelayannya yang sangat ikhlas, menjelaskan proses pembuatan mawut, yang membius lidah dan pikiranku siang tadi. Kami beruntung , kami masih kebagian mawut walau datangs edikit terlambat karena keasyikan menikmati Merapi.

Aku tak melihat mamaku pulang, beliau rupanya ikut nimbrung di teras duduk disebelah aku tertidur. Seperti kebiasaan beliau yang tidak akan membangunkan aku yang sedang menikmati tidur, beliau setia duduk disebelahku sambil melafalkan sebuah sebuah kalimat. Lamat lamat aku dengar Tuhan Aku ingin pulang, jemputlah aku…… Tuhan aku ingin pulang jemputlah aku……………. Itu diucapkannya berulang kali. 

Sambil mengusap ngsap mataku, aku bilang “Sudah lama ma”. Kupeluk mamaku, kulihat bulir air deras mengalir dari ujung matanya. Kutanga beliau “Mau pulang kemana ma?”. Akh tidak itu hanya lafal sebuah lagi elaknya.

AKu tahu dari status FB maupun status display BB mama selalu menulis Aku ingin pulang, Jemputlah aku Tuhan atau Tuhan aku ingin pulang. Aku sangat yakin itu merupakan sebuah kerinduan mama. Sebuah pencarian yangs salami ini beliau cari yang sebanarnya lamat-lamat aku tahu, senuah pencarian sesuatu yang telah lama hilang. Entah itu suasana apa, entah itu siapa. Akh aku tidak mau berspekulasi, lebih baik ke tunggu mama menceritakannya.

Setelah mama tenang dan menyeka air matanya dipipinya, aku membantu mama membersihkan air mata itu dengan tisu, walau pipiku juga ikut basah oleh air mata mama yang kurasakan hangat membasahi pipiku saat berpelukan tadi. “Mama kenapa mama menangis, apa mama meras sedih dengan keadaan kita” tanyaku. Beliau menjawab : “ justru sebaliknya anakku, mama sudah sangat lama tidak merasakan pelukanmu, pelukan itu….. Pelukanmu Winda dengan lengamu yang jauh lebih panjang dari mama, mama rasakan pelukan itu adalah pelukan papamu. Kehangatan bandanmu mengingatkan mama dengan kehangatan papamu. Aku sangat merindukannya… aku ingin segera pulang anakku.

Ternyata mama yang demikian tegar sangat merindukan kehangatan. Kehangatan papaku. Apakah dia papa yang bertanggung jawab sampai meninggalkan mamaku kesepian seperti kesepian Merapi. Apakah dia perlu meletus dengan kemarahannya. Kulihat mama tidak demikian, beliau sangat bisa mengontrol emosinya, beliau sangat menghormati papaku walau selama ini aku tak tahu. Apakah ini yang menjadi alasan kenapa beliau tidak mau bersama serumah denganku agar beliau menikmati kesendiriannya.

Akh kutak biarkan pikiran liarku menebak-nebak. Aku pamit manti ke mama. Tapi beliau ingin menceritakan sesuatu dulu. “Ayu Winda kau duduk dulu disini, mama ingin curhat, kamu dengarkan saja”.

Winda, mama sangat ingin pulang. Mama bersalahs selama ini karena memisahkan kamu dengan papa dan kakakmu. “Lho dengan kakakku juga ma” selaku. Ayo jangan menyela kau dengarkan saja biar mama meneruskan cerita mama. Kamu mempunyai seorang kakak leki-laki. Dia bersama papa mu di seberang sana, menekuni karir seperti mama, tapi spesialisnya kebidanan dan penyakit kandungan. Perawakannya lebih kecil dari kamu. Dia lebih banyak mewariskan sifat mama, lebih ringkih darimu dia tidak segesit kamu Winda.

Mama salah, mama egois, mama belum bisa beradaptasi saat itu, karena jiwa muda mama. Saat kamu berumur balita mama membawa kamu pergi dari rumah papamu. Aku pamit pergi ingin menunjukkan bahwa aku mampu membesarkanmu, dan papamu aku minta membesarkan kakakmu. Aku tak tahu Winda, setan mana yang mempengaruhi mama ingin meninggalkan keluarga papamu, yang mama sangat tahu sangat menyayangi mama. Mama sangat egois Winda. Kulihat bulir-bulir halus deras mengalir lagi dari ujung mata mama.

Mama meninggalkan papa dengan kakakmu, dan memutuskan hubungan dengan pergi jauh. Rupanya papamu dengan caranya selalu mengutus orang untuk membuntutiku. Keluarga papamu keluarga yang dihormati sekali dikampungnya, sehingga banyak orang yang dengan sukarela mau mengikuti mama atas perintah keluarga, terutama mengawasi kesehatan dan pertumbuhanmu. Papamupun tidak pernah meninggalkan mama.

Mama egois, mama seakan membencinya, walau dalam hati mama sangat merindukannya. Papa dengan setia datang menengok mama, walau hal itu tetap kurahasiakan kepadamu, demikian juga mama diajak papamu secara rutin melihat kakakmu terutama perkembangan sekolah dan kesehatannya. Jadi mama sangat egois dalam hal ini. Mama terhimpit situasi, mama di tinggalkan keluarga mama di Solo karena mama menolak keinginan Eyangmu untuk menikahkan mama dengan kerabatnya. Yang belakangan mama tahu bahwa dia lelaki yang kurang baik, jadi filing mama dalam hal ini cukup baik.

Mama khawatir tidak bisa mengabdi sebagai istri yang baik, karena masyarakat di kampong lingkungan keluarga papa yang demikian sibuk dengan kegiatan social. Ternyata mama lupa, seharusnya mama bisa lebih berperan dengan kemampuan intelektual mama, dengan profesi mama untuk mengabdi disana. Mama selama ini sering menjadi tamu dalam kegiatan social di kampong papa, dengan posisi sebagai taumu. Padahal mama rindau akan hal itu, rindu melihat kakakmu, juga sebagai pembelajaran mama akan masuk ke dalam situasi itu.

Mama memang sangat egois, dan saatnya mama ingin pulang. Papamu walau digandrungi banyak wanita, mama menilai cintanya sangat tulus ke mama, beliau sejatinyab tidak pernah meninggalkan mama. Nafkah kahir batin sampai umur mama seperti ini sekarang, masih beliau berikan… kapanpun mama minta. Hahaha Kapanpun ma? Tanyaku kepad mama. Hahahahaha mamapun mengikuti derai tawaku.

Ia, tentunga tidak bisa serta merta, ada selang waktu, karena papamu punya pekerjaan dan berjarak tinggal dengan mama. Pantesan mama kelihatannya tidak pernah kesepian. Pantesan mama mengajarkan aku untuk mandiri sejak kerja dan tidak tinggal bersama. Pantesan mama selalu punya apartemen dekat kerjanya…………………. Hahahaha terlalu banyak pantesannya.

Pokoknya mama ingin segera pulang, ingin mempertemukan kamu dengan keluarga besarmu keluarga besar papa. Mama ingin mendampingi papamu untuk menikmati masa tuanya. Mama sudah mengajukan pension dini atau pindah kerja ke kota dimana papamu tinggal atau dekat kampong papa. Mama ining mendorong kakakmu segera menikah, karena ia mensyaratkan akan menikah bila mama kembali kerumah. Maafkanlah mama Win………………………. Mama sangat egois………………… 

Mama kurang pergaulan saat mama muda. Makanya kau Winda mama berikan kebebbasan. Mama tahu semua kisah cintamu, dengan siapa dimana dan seterusnya. Karena mama dan papamu mengikutimu dengan orang kepercayaan keluarga.

Kamu tidak mengerti bahwa kamu pernah jatuh cinta dan bercinta cukup lama dengan orang yang mama dan papamu sangat kenal. Tapi mama tahu kamu seorang anak yang dapat mama percayai, karena tetap tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, keluarga maupun komunitasnya. Kau sangat pintar Winda dalam hal itu. Mamapun iri kepadamu.

Kamu Winda perpaduan yang serasi antara kecantikan mama, postur papamu, serta keromantisan kamu dalam bercinta. Tapi mama ingin mengajakmu pulang dalam waktu yang tidak terlalu lala, mama ingin mengenalkan lebih jauh, walau sebenarnya kamu telah kenal papamu, kakakmu baru kita pulang. Mama sih pinginya ke kota dimana papa berkarya, atau di kampong papa yang sangat romantic itu. Mama ingin menkmati masa masa yang hilang  tercecer selama mama mengikuti kehendak hati mama.
Maafkan mama Winda, maafkan mama. Begitu juga ma Winda minta maaf ternyata mama terus memantau Winda. Winda jadi malu ma, masak semua pacar Winda mama tahu…… Winda malu ma, Winda ketahuan………

Puri Gading, akhir Pebruari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar