Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 12 Maret 2016

Winda-8 : Papa Aku sangat sayang kamu pa.



“WINDA, KALAU KAMU CINTA KEJAR DAN DAPATKAN”


Rembulan Malam (google.com)
Aku sangat berbahagia melihat mama dan  papa ku dapat tinggal serumah kembali. Ibu telah menyadari keegoisnannya. Meraka berdua lebih memilih jalan menuju kebahagiaan hidup, yang sudah sangat lama menghilang dari hidup mereka. Walaupun ada dugaanku itu hanya kewajiban minimal dan belum sampai ke tingkat soulnya suatu proses menikmati kehidupan.

Aku tidak tahu sebelumnya bahwa mamaku sangat rajin bersemedi, berdoa dan membaca kitab suci. Padahal waktunya sangat sibuk di Yayasan, mengajar dan menerima pasiennya. Tapi beberapa bulan terakhir aku lihat beliau membatasi diri, dan lebih banyak memberikan kesempatan ke asisten beliau, yang beliau bombing dalam penelitian tugas akhir. Katanya reken-reken membantu mereka untuk mengatasi kehidupan di kota besar, dan biaya kuliah yang tidak sedikit, serta tentunya melihat langsung kondisi lapangan serta mempraktekkan ilmu yang sedang dituntut. Bila mereka rajin, mereka tidak terasa telah melaksanakan penelitian tugas akhir mereka.

Kata mamaku, beliau menyuruh semua harus di rekap detail penyalitnya dalam laptop, setelah habis praktek. Mama setiap hari kulihat sekarang lebih banyak memakai pakaian putih, dan membiarkan rambutnya panjang, walau satu dua sudah ada warna putihnya. Demikian pula papa sudah biasa dengan pakaian kesehariannya, memakai kain putih, T-shirt putih, dengan bebat dipingang dan destar yang lebih banyak bertengger di kepala beliau. Tak jauh dari kebiasaan beliau sehari-hari sebagai pelukis, hehehe arsitek yang pelukis.

Usaha galeri lukisan, villa dan bisnis curator lukisannya demerger dengan usahaku yang memang tidak jauh dari itu. Biro Arsiteknyapun aku mengelaolanya. Semakin menjauhkan saja aku dari kebiasaan enjoy ku menjalani hidup ini. Hehehe tidak juga papa meberikan kebebasan kepadaku. Beliau akan tetap memback-up bersama Tim Yande yang selama ini beliau percayai sebagai tangan kanan perusahan.

Papaku, belum aku ceritakan banyak. Ternyata papaku itu adalah Maestro yang menerima aku untuk menginap di villa serta mengajak aku keliling Bali, menikmati keindahan alam ini. Beliau sangat terbuka dan mengetahui serta memahami apa yang aku lakukan selama ini. Rupanya aku mempunyai bodyguard bayangan yang selalu mengawasi aku selama ini. Mereka akan memberikan laporan kepada papa apa yang aku lakukan dan dengan siapa aku dekat.

Wah aku malu, seperti saaat aku berduaan saja dengan papa, di tengah malam, karena mama bobok duluan setelah sembahyang panjang sore nya. Aku sangat nyaman bersandar di pundak papa, sambil menyaksikan sinar rembulan yang agak malu-malu di tutup awan tipis di langit sebelah timur. Papa menjadi pendengar setia. Kuceritakan dengan rasa hormat dan tidak malu malu sama beliau. Beliau tak menunjukkan kemarahan sekalipun. Sangat bijak papa rupanya.

Beliaupun sangat tahu saat aku jatuh cinta kepada lelaki yang seumuran dengan papa. Kuceritakan orangnya sangat romantic, sering membuat aku kangen setengah mati, aku tak tahu kenapa ya. Aku ceritakan aku bingung apakah aku jatuh cinta, entah apa namanya. Yang jelas aku menjadi semangat bekerja, sampai-sampai tahun itu aku bisa membeli apartemen, di dekat senayan. Saking inginnya aku setiap hari aku bertemu dengannya, aku telah memintanya untuk mendesig interior apartemenku, walau aku biasa membuatkan renvcangan disain untuk klienku. AKu tak tahu aku nyaman, aku merindukannya dan aku tidak pedulid engan perbedaan yang ada.

Papa sempat menanyakan apa aku masih cinta padanya?. Kukatakan aku sebenarnya masih sangat cinta padanya, tapi keegoisanku, sama dengan sifat mama rupanya. Aku merasa tidak dihiraukan karena kesibukannya aku minta putus. Staratnya gampang aku minta ditemani semalaman di sebuah café dutraktir es krim, dan putus. Itu permintaanku. Karena aku paksa diapun mengiyakannya. Dia menjauh dariku. Tapi kulihat, walau sembunyi sembunyi statusnya, kelihatannya dia masih sangat menyayangi aku. Sama dengan perasaanku. Apa mungkin aku GR ya, kataku.

Papa hanya berpesan, kalau kau senang kenapa malu untuk mengejarnya kembali. Kejar dan dapatkan pesan beliau. Ahhhh papa nyuruh aku untuk mengejarnya. Iya kata papa rang itu pasti morang baik dan setia, Itu sih feeling lelaki katanya. Apa pa aku harus mengejarnya kembali?. Bukan mengejarnya, dia bilang untuk mendapatkannya. Beliau sangat setuju kalau aku menikah dengan orang yang sangat kucintai dan sangat setia itu. 

Aku tak tahu kok papa kelihatannya tahu apa yang pernah aku alami. Bahkan seperti tahu siapa orangnya yang aku cintai. Papa malah menebaknya sangat tepat, ketika beliau mengatakan kalau begitu Winda, kekasihmu  itu pasti dia seorang seniman, dia sedikit pendiam, sangat cerdas bisa diajak berbicara apa saja. Kalau tak ditanya pasti akan tetap diam. Aku harus pandai memancing pembicaraan agar suasana lebih romatis kataku. Nah itu benar, pasti seniman di Kota Solo kata beliau.

Akupun terkaget sambil melepaskan sandaran kepalaku di pundak papa, aku duduk di sepan beliau. Dan menanyakan kok papa tahu ya. Papa memeata matai aku ya. Papa bahkan sudah kenal sejak lama dengan kekasihku itu, karena pernah bersama sama mempunyai projek besar, dan beberapa bulan lalau mampir ke galleri ayah, menceritakan nahawa beliau lagi jatuh cinta dengan gadis yang sangat dewasa dalam pemikiran, walau umurnya pantas menjadi anak gadisnya.

“Ketika itu, aku teringat kamu Winda, jangan-jangan aku mau memiliki menantu temanku sendiri” nah kalau itu memang takdir, siapa yang bisa menolak takdir kata beliau. Disatu sisi aku sangat menghargai pendapat ayah yang tidak memarahi aku telah mempunyai kekasih yang beda umur, di satu pihak menerima semuanya kalau itupun terjadi sebagai sebuah takdir.

“Lha apa ayah setuju kalau aku menikah dengannya?”. Kenapa tidak jawab beliau, yang penting putriku berbahagia dengan orang yang dicintainya. Itu merupakan amplifikasi kebahagiaan hidup papa, itu akan mengandakan kebahagian papa sama mamamu. Karena kamipun dulu tidak mau dihalangi saat kami meutuskan untuk menikah.

Mama menjadi korban ketidak setujuan orang tua dengan pilihannya sendiri, sehingga restu itupun beliau dapat setelah beberapa lama menjelang Eyang ku mangkat. Walau hubungan secara lahiriah mereka, ayah, ibu dengan Eyang di Jawa, begitu juga Eyang di Bali dengan Eyang di Jawa, atau hubungan mama dengan Eyangku di Bali sangat baik. Bahkan cenderung dimanja, walau kami berpisah tempat tinggal lama.

Aku dan kakakkulah sebagai perekatnya. Aku bersama ibu, dimana sifat aku yang dominan kuwarisi dari papa dan kakekku di Bali, serta kakakku yang tinggal bersama papa, yang memiliki sifat dominan warisan sifat mama. Tekun, lebih banyak diam, sangat pintar dan trampil dalam pendidikannya.

Aku tanyakan sekali lagi, apa papa setuju kok nyuruh aku mendapatkannya kalau aku masih cinta. Papa ku manggut manggut dan aku tak sadar memeluk beliau dan menciumi beliau, ya ciuman kerinduan seorang anak dengan papanya. Kepenasaranku di jawab ayah dengan mengeluarkan smartphone nya, dan mengirim gambar ke smartphone ku. “Coba kau lihat Winda, apa itu gambar orang yang kau maksudkan sebagai kekasihmu?”

Aku bergebas membukanya dan ternya iya. Dan kamipun tertawa bersama, sehingga keeningan malam itupun menjadi lebih ramai. Karena curhatan anak gadis dengan papa yang lama tidak pernah terjadi. Keramaian karena tertawa kami, rupanya mengundang mama untuk terbangun dan beliaupun mendekat ke kami. Ada apa anak sama papa kok ramai sekali, ini sudha jam berapa? Kata mamaku.

Sebelum kami menjawabnya kluruk ayam di kejauhan sudah mulai ramai terdengar, dan kamupun bertiga masuk kamat, aku minta sama mama untuk ikut sekamar bertiga mama, papa dan aku, aku mau disebelah papa, aku sangat rindu ‘bau’ keteknya, yang selalu di berikan deodorant dengan farpum yang sama dengan farpum kekasihku, heheheh mantan deh.

Selamat malam ma, selamat malam pa. dan akupun terlelap disamping papa, suatu kondisi yang sudah lama sekali aku rindukan. Selamat Malam.
Puri Gading, 11 Maret 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar