Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 10 November 2013

“KAUPUN BISA JADI PAHLAWAN”

“KAUPUN BISA JADI PAHLAWAN”


Pagi ini semangat nenekku  Nampak benar. Rona bahagia terlihat di wajahnya, yang masih menyisakan rona kecantikan di usianya yang delapan puluh empat tahun. Kebiasaan tahunan kami tahun ini berbeda, karena kali ini untuk pertama kali aku tidak nyarter angkot lagi untuk pergi ke Taman Bahagia, Makam Pahlawan di kotaku.  Kami mau bergabung mengikuti upacara Hari Pahlawan dan menziarahi kakekku yang dimakamkan disana, sebagai salah satu pahlawan yang gugur saat Perang Dunia ke II, hehehe saat pendudukan Jepang di kotaku.

Kami pergi lebih pagi, dengan mobil minibus dinas, pinjaman dari kantor dimana kakak tertuaku bekerja sejak beberapa tahun lalu. Memang ada kemudahan dari Bupati yang baru untuk keluarga pahlawan dapat meminjam kendaraan inventaris pemerintah daerah.

Nenek dengan seragam Veterannya kelihatan masih menyimpan semangat empat limanya, dia ikut meneriakkan pekik merdeka saat Pidato Bupati, menyambut perayaan Upacara Hari Pahlawan seperti biasanya. Nenek kulihat sangat bahagia bertemu teman-temannya sesama  janda pahlawan. Yang aku perhatikan semakian tahun semakin sedikit, mereka meninggal satu persatu karena usia tua.

Setelah upacara selesai, kami menghampiri pusara kakek. Letaknya tak begitu jauh dari lokasi upacara. Tulisan Nama di Pusaranya masih Jelas terbaca “Made Bani”, seperti artinya memang kakekku pemberani. Beliau berani melawan Jepang, dengan memakai rumahku sebagai markas perjuangan. Menurut nenek, karena laporan seorang tetangga sebagai mata-mata jepang, akhirnya rumah kami di bakar Jepang, dan semua Lelaki dewasa yang saat itu ada di rumah kami, disiksa diikat rame-rame dengan tali, terus ditarik truk sempai semuanya menregang nyawa. Meraka meniemput sakratul maut tetap dengan memekikan Merdeka, Merdeka, Merdeka,……………

Kami sekeluarga, nenek, ayah,  paman , tante, kakak dan dua adikku, dipimpin nenek melakukan  doa bersama. Doa tidak terlalu lama, karena sesuai keyakinan kami, kakek telah kembali ke Sang Maha Pencipta, telah dilakukan upacara Ngaben, tahun enam puluhan.
Nenak sebagai pemimpin upacara seakan melapor ke Kakek, yang seakan berdiri kokoh di depan nenek sebagai inspektur upacara.  Dengan lantangnya nenek melaporkan:

Hai pahlawanku…..; Lihatlah kami datang dengan pasukan lengkap. Ada tiga anakmu, tiga anak, tiga cucu, siap meneruskan kepahlawananmu……..Pahlawan baru telah lahir,  seorang cucumu telah menjadi pahlawan muda,……. Pahlawan teknologi…….Dia mengabdi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia…. Dan meneruskan cita-citamu…… Merdeka, Merdeka, Merdeka……. Pekik terakhir itu, selalu kami sambut dengan pekik serupa sekeluarga.

Nenak ku dengan keringat bercucuran, dipapah ayah untuk duduk sejenak, setalah member hormat terakhir ke inspektur upacara. Keringatnya di lap tanteku.. Sambil memuji nenek. Waduh nenek dalam usia senja ini masih semangat dan masih menggema pekik merdekanya. Tak percuma kakek memilih sebagai istrinya, yang satu pahlawan pejuang dan yang lainnya sebagai veteran pejuang. Kami meninggalkan Taman Bahagia, menuju Rumah Makan langganan Nenek, di Rumah Makan “Abu Thalib” rumah makan yang sudah sangat tua di kotaku. Rumah makan yang setia menyajikan masakan tradisional, masakan muslim tetapi “sukla” bagi umat Hindu. Termasukkue-kue tradisional, dan yang jelas masih mudah dikunyah orang tua setua nenekku, seperti lapis,  la Klak –serabi Bali-, sumping,  lapis, serta pisang goreng special karena pisangnya pasti pisang kapok. Demikian pula minumannya selain minuman hangat, juga menyediakan es campur, maupun es sanghay.

Di rumah makan, setelah dipersilahkan duduk pada meja yang memang sudah dipesan, Kembali nenekku melanjutkan pidatonya. Kalian ini semuanya pahlawan, terutana kamu Lung, -sulung sebutan kakak tertuaku- , kau sekarang pahlawan muda keluarga kita, kau pahlawan teknologi, meneruskan cita cita kakekmu mengabdi kepada Nusa dan bangsa. Kamu pahlawan keluarga, karena kau telah membebaskan nenek dari ketergantungan dengan Angkot nya Pak Giri, yang selalu kita carter sebelumnya setiap Hari pahlawan. Saat ini kita bias lebih bebas terutama dengan waktu yang biasanya dia ingin buru-buru untuk ngejar setoran katanya.

Ayah, paman,tante , kakak, aku dan adik menutupnya dengan tepuk tangan sambil, mencium tangan member penghormatan kepada nenek sebagai veteran pejuang, sebagai ritual yang biasan kami lakukan sebelum mulai berdoa untuk menikmati hidangan yang disajikan Rumah Makan Abu Tholib.

Pamanku menawarkan untuk makan hari ini, dengan bangga nenek tetap menolak, dan mengatakan Tidak perlu di bayari, uang veteran nenek masih cukup, untuk makan ini, tapi kalau mau menggantinya boleh, hanya nanti sampai di rumah. Kamipun tertawa semua. Nenek punya bakat juga rupanya melucu. Tak terasa semua pesenan telah ludes kami santap bersama. Dan Pak Aboe mendekati nenekku, sambil mengulurkan tangannya mengucapkan Selamat hari Pahlawan Mbak. Terima kasih Terima kasih dik Abu kata nenekku.

Diperjalanan bapak menjelaskan bahwa pahlawan itu, merupakan bahasa Sansekerta, pahala kemudian menjadi pala yang berrarti buah, atau hasil, jadi pahlawan itu sebenarnya pahalawan, yaitu orang yang tidak mengharapkan pamerih dalam mengusir penjajah, untuk suatu kemerdekaan, mereka tidak memikirkan pengorbanan yang mereka berikan walau itu jiwa dan raganya. Namun setalah mereka tiada akan disanjung sebagai pahlawan, dengan pahala dihormati, didoakan oleh segenap masyarakat minimal setiap Hari Pahlawan, dan dikenang dan didoakan setiap upacara dengan mengheningkan cipta.

Namun katanya, pahlawan saat ini dapat bermakna macam-macam. Seperti aku kakak sulungku yang Insenyur dari Isntitut Teknologi Bandung,  setelah beberapa tahun bekerja di PT Dirgantara, saat ini dipanggil Bupati untuk memperkuat tenaga teknis di Kantor Bappesa Kabupaten. Demikian pula guru yang kalian telah kenal sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Meraka juga sangat berjasa kepada murid-muridnya , sehingga telah banyak menjadi pahlawan pahlawan di berbagai bidang keahlian.

Jadi pada intinya pahkawan sejatinya dapat dilakukan setiap warga Negara, dalam bidang tugasnya masing masing untuk mengisi kemerdekaan ini. Meraka akan dikenang oleh penerusnya melalui karya baktinya, hasil kerjanya selama mereka bekerja, walau mencari pekerja tanpa pamerih pada saat sekarang sangat susah. Pamanku menjawan memang setiap zaman melahirkan pahlawannya masing-masing.Ayah benar, paman benar demikian pula nenek benar. Hendaknya kita , mau menjadi pahlawan atau bisa menjadi pahlawan untuk bidangnya masing masing.

Tak terasa sudah hampir jam 13 kamipun sampai di rumah kembali. Nenekku pun turun dengan kelihatan dengan semangat baru, dan bertanya ada tamu siapa Luh, tanyanya kepada ibuku. Tak ada tamu siapa-siapa Mbah jawab ibuku. Jangan bercanda….. itu mobil siapa diparkir sebelah pintu gerbang Tanya nenek.
Oh itu mobil pahlawan nek. Hehehe kamu jangan becanda. Jangan ganggu hati Mbah yang lagi berbunga-bunga bersama pahlawan baru kita. Bu Nik istri pamanku mendekati nenek. Ayo Mbah duduk dulu. Minum dulu, Mbah pasti capekm dan haus, sudah kami buatkan bir kocok, kelapa muda yang dibelikan bumbu dikocok terus airnya dihidangkan.

Sambil minum bir kocok yang dihidangkan, Bu Nik menjelaskan itu memang mobil pahlawan. Itu cucu Mbah Si Sulung  dengan uang pesangonnya di PT Dirgantara dan Kami yang baru panen raya daun cendana patungan membelikan nenek, kendaraan agar kita dapat lebih sering menziarahi kakek, dan lebih leluasa lagi bila Hari Pahlawan Tahun depan tiba.


Nenekku pun berteriak, terima kasih Tuhan, kau telah megirimkan anggota keluarga kepadaku, sebagai orang yang berbakti kepada pahlawan. Kalian pahlawanku semuanya, katanya sambail menitikkan air mata bahagia. Merdeka-merdeka-Merdeka…… pekik nenek, kami jawab dengan Merdeka, Merdeka, merdeka….. Selamat Hari Pah;awan. Jadilah Pahlawan minimal untuk diri sendiri dan keluargamu.
-------------------------------------------------------------------------------------Pondok Betung, 10 Nopember 2013---


Tidak ada komentar:

Posting Komentar