Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 30 November 2013

Rani-7



“SURAT PAK DEKAN”

Pagi itu Cokde sudah berangkat pergi subuh, dia melihat pabrik winenya karena permintaan yang cukup signifikan menjelang musim dingin di negara para pelanggannya. Dia ingin meyakinkan bahwa semuanya dapat terpenuhi dengan baik, terlebih ada sedikit gejolak karyawan  yang ingin menuntut perbaikan gaji, sedikit lagi padahal gaji mereka sudah diatas rata-rata UMR setempat, dan mendapatkan fasilitas-fasilitas lain, seperti mess, jaminan kesehatan dan rekreasi bersama setiap tiga bulan sekali yang dibiayai perusahan.

Pagi itupun Rani sudah ada di ruang tunggu Dekan Fakultas Kedokteran. Sesuai janji yang diberikan oleh Pak Dekan untuk menghadap pk 09 00 WITA, ia datang lebih awal ditemani Yande. Tujuannya untuk mempresentasikan proposal penelitian yang telah disiapkan untuk melanjutkan mengambil spesialis di Universitas ini, untuk mendapatkan persetujuan Dekan terhadap masalah bimbingan. Kesempatan ini merupakan kesempatan terakhir, karena sebagian besar dosen menyatakan tidak mempunyai kompetensi terhadap proposal bagus yang telah dia siapkan.

Yande, yang sangat pendiam , menemani Rani menunggu, karena memang Pak Dekan belum datang, di papan agendanya tertulis ada visite ke Rumah Sakit sampai dengan jam 08 30 WITA. Tepat pk 09 00 WITA terdengar telepon berdering ke meja sekretaris dekan. Dan kami dipersilahkan masuk Rani masuk ke ruang Dekan, Yande tak mau ikut masuk dan menunggu di luar. Sambil membaca sms yang masuk. Dia diperintahkan Cokde membawa Rani ke Starbuck Nusa Dua, setelah selesai ketemu Dekan Fakultas Kedokteran. Cokde sudah diperjalanan kembali dari Pabrik Wine.

Tak lama meluncur melewati Jalan Tol Diatas Perairan, masuk pintu Tol Benoa, Yande memacu perlahan mobil yang membawa Rani meninggalkan Kampus. Seperti kebiasaannya menyopiri Kanjeng Mami yang tak suka terlalu ngebut. Anginpun bertiup perlahan kaya dengan uap air garam laut, cuaca sedikit bermendung Rani bertanya. “Yande aku buka kaca ya, aku ingin menghirup udara laut, AC dimatikan saja”. “Silahkan Bu Dokter”. “Kita mau kemana Yande, kok melalui Tol, apa tidak langsung pulang saja”. “Tidak Bu, Tuan Muda  memyuruh kita menuju Nusa Dua, sambil ngopi disana.

Laut Selat Badung kelihatan tenang dari mobil sangat tenang, beberapa kapal termasuk sebuah kapal wisata cukup besar bersandar di pelabuhan Benoa, sedang menurunkan penumpangnya. Burung bangau bermain di pinggiran tambak bakau yang memagari jalan tol. Dan pesawat terbang seakan menyambar diatas kepala untuk mendarat di bandara Ngurah Rai.

Sungguh suatu suasana lain keindahan Pulau Dewata. Pantas saja para wisatawan muda pada betah memadu kasih disini. “Kalau aku tak memikirkan studi, mungkin aku akan menikmati sepuasnya alam Bali, pada kesempatan ini. Rani masih teringat ketenangan Danau Sentani yang begitu anggun menemani perjalanan para wisatawan, ataupun para penumpang pesawat, saat menuju atau kembali dari bandara Sentani. Meraka rata-rata bermalam atau bermukin di kota Jayapura, yang jaraknya sekitar 40 kilometeran, sehingga akan selalu menyusuri tepian danau Sentani, bila berkendaraan dari bandara Sentani.

Kulihat di samping kiri Gunung Agung yang begitu anggun, kelihatan menjulang sangat tenang, padahal ia pernah beberapa kali murka dan meluluh lantakkan pemukiman masyarakat, dan menghajar habis masyarakat yang dilaluinya sepanjang daerah aliran lahar Sungai Unda. Lamunan Rani kemana mana termasuk belum ada kepastian,  karena jawaban mengambang sang Dekan terhadap proposalnya. Apakah memang sebagai formalitas basa-basi setiap dosen mengatakan proposal Rani baik, tetapi tidak punya kompetensi untuk membimbingnya. Termasuk Prof Malean, Dekan yang mengatakan itu. Hanya saja beliau memberikan harapan, mau membimbing hanya saja harus ada yang mendampingi  mempunyai waktu lebih membimbing, karena beliau sangat sibuk.  Ranipun diminta kembali paling lambat dua minggu lagi. Kata beliau sih Rani akan di kontak, karena disuruh meninggalkan nomor HP oleh beliau. Mudah-mudahan ini tidak hanya basa basi.

Rerimbunan pohon dan asrinya pertamanan hotel Nusa Dua, menyambut kami menapaki jalanan yang begitu rapi dan bersih. Mengingatkan Rani sebuah tata ruang resort pemukiman karyawan Freeport di Kualakencana, Timika. Hanya saja kalau disana daerah pemukiman, sedangkan di Nusa Dua, sebuah distrik perhotelan dan bisnis, lingkungan BTDC, Bali Tourism Development Center. Rani baru pertama kali ke daerah ini, namun Yande kelihatan sangat terbiasa dengan jalanan disini, tanpa kagok sekalipun. Ia sangat dikenal oleh satpam dan petugas parker disini.

Aku dipersilahkan Yande untuk menuju sebuah ruangan privat di Starbuck Café, yang sudah di pesannya. Saya sengaja memilih duduk di kursi yang dapat melihat leluasa keluar menikmati taman dan laut yang menjadi ciri hotel-hotel disini, yang semuanya mempunyai halaman yang menghadap kelaut. Deburan ombak Lautan Hindia, menyejukkan hatiku walau sedang galau malau mencari pembimbing.

Tak lama setelah pelayan menyajikan pesanan yang kupesan, datang Mami dan Cokde, pertemuan ini seakan pemindahan pertemuan yang biasa dilakukan di Puri Gading saja, yang dipindahkan ke Café. Memang menciptakan suasana berbeda. “Selamat Siang, kata Cokde”, kami sambut selamat siang, dan tak lama kemudian “Om Suastiastu semuanya” Suara Mami lembut memberikan salam kami semua, yang kami sambut dengan “Om Suastiastu”.

Mami mengambil alih pembicaraan, dan menanyakan beberapa hal. Cokde, bagaimana dengan pabrik anggur itu Cokde, apa memang ada masalah seperti laporannya Yande. Akh tak ada masalah berjalan dengan baik, dan stokpun siap memenuhi permintaan musim dingin ini. Mereka dan Yande sudah tahu dan mempunyai agenda yang ketat berdasarkan pengalaman permintaan tahun tahun sebelumnya termasuk antisipasi musim dingin ini.

Masalah buruh rupanya ada karyawan yang kebanyakan minum pada saat ada produk yang kena QC, produk yang tidak lolos sekitar lima literan mereka minun bersama sepulang kerja. Di mess mereka mabok. Salah satunya mabok berat dan mengomel. Diantaranya menyarankan kenaikan upah. Mereka tahu persis bahwa peraturan mengharuskan mereka resign bila mabok di areal pabrik dan mess. Dengan suka rela rupanya mereka sudah mengundurkan diri, walau Yande menyuruhnya tetap bekerja dengan diawasi ketat selama tiga bulan ini. Kalau mabok lagi baru di resign. Rupanya karyawan tersebut sudah mengundurkan diri, dan Yande sudah merekrut karyawan baru, selama aku di luar negeri.

Wah hebat kamu Yande, berarti Cokde telah mempersiapkan kamu dengan baik, dan Kanjeng Mami berdiri menjulurkan tangannya menyalami Yande. Akh Ibu jangan melebih-lebihkan saja, kami hanya melaksanakan apa yang diinstruksikan Tuan Muda –Cokde-. Nanti kuberikan bonus Yande kata Kanjeng Mami, Dan Yande hanya tersipu malu seperti biasanya, berkata. “Kan sudah Kanjeng Mami berikan, bonus  sebagai penguji tamu saya, Terima kasih Kanjeng Mami”.

“Oh Rani bagaimana hasil pertemuanmu dengan Pak Dekan, apa diterima dengan baik oleh Prof Malean.” “ Beliau sangat baik menerima saya dengan sangat baik, hanya saja belum ada keputusan. Beliau masih memberikan syarat, dan akan beliau hubungi paling lambat dua minggu lagi”. Beliau menunggu ada pembimbing yang dapat lebih intensip mendampingi saya dalam penelitian, mengingat kesibukan beliau yang tak mungkin bisa full. Beliau pun menyarankan penelitian saya, untuk disertasi Doktor saja langsung, tak perlu mengambil spesialis terlebih dahulu.

Kanjeng Mami hanya manggut manggut saja. “bagus itu” Oh maaf Mami, ini ada titipan surat dari beliau yang disuruh menyampaikan ke Kanjeng Mami. Kanjeng mami membuka amplop yang kecil putih, dan dibacanya. Oke Rani terima kasih, ini salam dan  pesan beliau untuk mami, karena mami sudah sangat lama tidak bertemu beliau. Hanya baru telepon kemarin. Kemudian Mami membaca Alamat di surat yang lainnya. Ternyata setelah dibuka, di dalamnya terdapat amplop lagi untuk Cokde. Ayo Cokde, ini untukmu bacalah. Akh aku malas mam paling-paling isinya surat keputusan pemecatan,

Hehehe janganlah terlalu berperasangka dulu, Prof Malean kan teman akrab kamu saat kuliah. Rani tak habis pikir lho kok kuliahnya bareng Pak Dekan, apa sama-sama kuliah di Jepang ya. Rani Cokde itu ,,,,,,. Jangan dulu Mam, jawab Cokde, jangan diterusin.... Ya deh Mami tak nerusn. Tapi bukalah amplop itu, dan baca dulu.

Setelah membacanya, Cokde langsung mencium Maminya, Lho ada apa ne Cokde, apa isi surat iu. Kanjeng mami kelihatannya berseri, karena putra tunggalnya itu sudah hampir beberapa tahun belakangan ini, tak pernah memberikan ciuman pipi kepada maminya. Cokde menyampaikan surat itu ke Kanjeng Mami dan membacanya.

Ternyata surat itu, merupakan surat pemberitahuan untuk mempersiapkan Pidato Pengukuhan Cokde, sebagai Guru Besar, dan mengajak Cokde mengakhiri kekesalannya terhadap sekretariat rektorat yang mempermasalahkan pengusulan guru besarnya lima tahun silam. Alasan rekan sejawatnya macam-macam, Ada yang tak setuju dengan alasan masih terlalu muda, ada yang ngeledek dengan alasan gondronglah, dan yang paling menyakitkan  menganggap belum pantas jadi Guru Besar, karena belum berkeluarga,….. ada-ada saja.

Nah menurut Mami,. Terserah kamu Cokde, apapun keputusan kamu kamu tetap anak Mami, yang paling mami sayangi dan kagumi, mami akan dukung seratus persen. Untuk menjawab semuanya itu mungkin kamu lebih tenang berfikirlah dulu dan putuskan. Rani sudah mengiyakan permohonan Mami, untuk Mami ambil sebagai mantu…. Temanmu Pof Malean juga sudah membukakan pintu untuk kembali ke kampus.

Lho ada apa nich Mami, kok kembali ke kampus, tanya Rani. Iya, surat itu surat pemangilan kembali Cokde untuk kembali ke kampus, kembali ke Profesi semula sebagai dokter, spesialis penyakit kandungan dengan kealhlian ahli mikrobiologi, yang diambil saat mengambil Doktor di Jepang. Tanpa malu-malu Rani, langsung berdiri, dan memberikan hadiah ciuman kepada Cokde. Nah begitu dong Rani, mami sangat senang melihat kebahagiannmu, dan kebahagiaan Cokde hari ini, jadi ide kita kumpul di Café ini rupanya merupakan perayaan yang cukup berarti pada profesi Cokde dan kelanjutan studi Rani. Rani menduga pasti Cokde yang dimaksud oleh Pak Dekan, seseorang yang ditunggu keputusannya sebagai pembimbingku, hehehe promoter ku kalau memang akan langsung ke penelitian Doktor.

Hari ini  hari yang sangat membahagiakan Mami, katanya. Karena dua orang yang mami sayangi kelihatannya senang hari ini. Sudah sekitar Lima Tahun, anak mami meninggalkan secara total profesinya sebagai dokter. Tidak meninggalkan total, aku tetap berkiprah ilmiah dalam dunia mikro biologi, dan  keluar negeri kemarinpun yang ku bilang sebagai urusan bisnis sebenarnya menghadiri simposium mikrobiologi di Beijing, atas undangan ikatan akhli mikrobiologi dunia. Hasil penelitiankupun mendapatkan apresiasi yang sangat baik. Asistenku di Fakultas masih selalu berdiskusi denganku, melalui email maupun datang ke kantor perusahaan dan memasok data untuk penelitianku.

Cokde sebenarnya seorang Doktor MIkrobiologi, dan seorang spesialis kebidanan dan penyakit kandungan, yang sangat ramai pasiennya sejak sepuluh tahun yang lalu semenjak membuka praktek kembali sepulang belajar di Jepang. Cokde sangat sibuk dengan melayani pasien dan mahasisiwa, memberikan kuliah maupun membimbing. Belum ramainya undangan untuk memberikan kuliah sebagai dosen terbang, dan symposium dalam maupun luar negeri. Pasien Cokde banyak yang menjadi pasien fanatic, sejak mereka menjadi langganan waktu praktek Dokter Umum.

Karya tulisnya sangat banyak kalau kita mau menelusurinya di internet. Tapi sejak sekitar lima tahun yang lalu Cokde ngambek dan berubah profesi menekuni bisnis keluarga memback up orang tuanya, serta kembali menekuni kecintaannya kepada alam dan seni. Sebagai pengumpul karya tradisional hampir semua suku di Indonesia, dan melihat singkapan serta batu geologi yang menyimpan sejarah kebumian kita.

Cokde melakukan itu, setelah kecewa terhadap pengusulannya menjadi Guru Besar, oleh Dekan Fakultas kedokteran kala itu. Banyak suara miring yang mengatakan bahwa Cokde masih terlalu muda untuk menjadi Guru Besar, walaupun angka kredit Dosen beliau melebihi anggka yang dipersyaratkan. Itu karena disamping menjadi dosen favorit, dengan gaya sangat familier dengan mahasiswanya, juga sebagai dokter kandungan yang sangat banyak pasiennya. Dia dianggap dokter bertangan dingin, ibu-ibu merasa nyaman kalao diperiksa dan ditangani beliau saat melahirkan. Banyak pasiennya merupakan pasien setia sejak Cokde membuka peraktek dokter umum.

Cokde tak tahu, bahwa kondisi itu akan selalu muncul, setiap seseorang diusulkan menjadi Guru Besar, pasti akan mendapatkan protes dari rekan sejawat, apakah karena mereka iri, ataukan mereka kecewa karena belum dapat mengumpulkan angka kridit yang dipersyaratkan. Meraka rata-rata dosen killer dan malas meneliti. Terlalu mengejar setoran menangani pasien.

Sebagai pelampiasan kekecewaannya Cokde melarikan diri, dengan tenggelam kedalam kegiatan bisnis keluarga, sangat rajin melakukan ekspansi bisnis, kolektor seni tradisional, tapi rupanya kegiatan menelitinya masih berjalan baik, Cokde, kelihatannya tetap meneliti secara rahasia, bersama dengan mahasiswa bimbingannya dulu, yang sekarang memegang Lab Mikrobiologi di Universitas.

Oke mam, besok aku akan bertemu Malean heheh Prof Malean, untuk membicarakan hal ini. Tolong Mami buatkan aku janji bertemu dia. Heheheh tak baik begitu, buat saja janji sendiri, masak Mami yang membuatkan janji. Ya Mami sajalah, aku sudah sangat terlalu lama sudah tidak mengontaknya. OK OK jawab Kanjeng Mami, dan akan membuatkan Cokde janji dengan Prof Malean. Kita undang saja beliau besok siang sekalian Lunch Bersama.

Tak terasa keluarga itu, telah berkumpul selama dua jam di Café, dan Cokde menyelesaikan pembayaran dengan seorang Waittress, mereka bersiap kembali ke Puri Gading.  Cokde pulang bersama Kanjeng Mami dan Rani, sedangkan Yande sudah duluan kembali ke puri. Mobil Cokde pun meluncur dengan sebongkah besar kegembiraan, dihati semua penumpangnya melewati kembali jalan tol, Kanjeng Mami mengganti VCD lagu rocknya SID  di mobil dengan VCD lagu pop nya Eka Jaya. Dan lagu “Setonden Kiamat” mengalun menemani perjalanan ketiga insan yang sedang bergembira ini sepanjang Jalan Tol hingga Puri Gading.

Sebelum Kiamat Dunia ini Datar
Sebelum Bumi Belah jadi dua
Ku akan tepati janjiku
Janji akan memperistrimu ,,,,,,

Itulah kira-kira sepenggal lagunya Eka Jaya dalam Bahasa Bali, yang menjadi lagu ‘kebanggsaan’ Cokde, yang menjomblo. Kanjeng Mami mengucap syukur kepada Tuhan, karena putranya akan kembali menekuni profesi yang dibanggakan keluarga, walau secara eksplisit Cokde belum memutuskan, tapi minta Kanjeng mami membuatkan janji dengan Pak Dekan, pertanda awal Cokde akan menerimanya dan kembali ke profesi semula.

Masalah bisnis, Kanjeng mami menduga dengan briliant Cokde rupanya telah mempersiapkan kader, karena saat Cokde memaksa Yande harus mengambil studi Manajemen pada program sarjananya. Diapun hampir saja lulus. Semoga….. semuanya berjalan mulus dan berbuah manis…………… Tanpa disadari mobil telah berhenti di rumah, rupanya Kanjeng Mami ngelamun sepanjang jalan.

==============================================Puti Gading, awal Desember 2013======

Tidak ada komentar:

Posting Komentar