Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Minggu, 17 November 2013

Rani-6



“PERJALANAN SEHARI BERSAMA RANI”

Hari yang sangat melelahkan, tapi sangat menggembirakan karena telah dapat menemani Rani, untuk melihat-lihat sisi lain Bali. Dia minta ditemani melihat pemandangan pedesaan, dia ingin mencoba olah raga air, yang nilai tantangannya tinggi. Setelah magrib aku sampai lagi di rumah Puri Gading. Rani kelihatannya langsung masuk kekamar, mungkin lagi mandi.


Me Yan menghampiriku, duduk-duduk di taman dekat kolam ikan, yang langsung menghadap ke air mancur, yang ada di depan gerbang Pura Keluarga kami. Tentu dia tak lupa membawakankuminuman sore dengan pisang kapok goring. Bagaimana Me Yan, apa ada tamu datang selama aku pergi. Bagaimana kesehatan Me Yan. Ia menjawan: “tak ada siapa-siapa tamu tuan yang datang”, “Me Yan sehat-sehat tuan”.

Kuseruput the panas yang ia sajikan, memang Me Yan sangat pawai mebuat pisang goring kesukaanku. Pisang goring yang kering, renyah, dan matangnya pun pas dengan manis rasanya. Di daerahky pisang kapok  jenis ini disebut dengan pisang saba. Jangankan digoreng, direbus saja sudah enak.

Kudengar Mami dikamarnya memutar lagu-lagu instrumental, degung versi Bali. Musik ini biasanya di putar untuk relaksasi di spa. Mungkin mami lagi istirahat ingin relaks melepas lelah di kamarnya sejenak, setalah kesibukan beliau seharian. Seperti biasa Me Yan, memijit-mijit punggungku, seperti dia lakukan kepadaku setiap habis nyetir jauh. Dia tahu aku pergi seharian, hanya berdua menikmati alam pegunungan dan pedesaan Bali.

“Enak ya di pijitin” suara itu mengejutkan aku, kuhapal betul itu suara mami. “Selamat Sore” kataku. Mamai sehat –sehat saja mam. Iya, mami lagi melihat-lihat email masuk dari custumer dan mitra kerja kita> Itu Salak Wine mu Cokde lagi meningkat permintaannta, apa sudah ditindak lanjuti. “Sudah, Sudah, Sudah…” kataku. Karena ku tahu wayan pasti telah menindaklanjuti sesuai arahanku.

Tak lama berselang, Rani ikut gabung duduk di taman, sehingga meja taman dengankursi tamannya  menjadi penuh. Me Yan dengan cepat melengkapi hidangan senja kami. “Bagaimana Rani, apa kamu menikmati pegunungan dan pedesaan Bali yang kamu kunjungi?” tanya  mami. “ Kami sangat menikmatinya, suatu yang baru Rani temukan, pantesan saja widatawan tak henti ke Bali” jawab Rani.

“Terima kasih Rani, kamu telah membawa kembang itu. Kembang itu membangjitkan kenanganku, sekitar ke era empat puluhan tahun silam”. Kata mami. Aku terkejut dan menyangka mami tersinggung dengan bibit kembang yang kubawa, hanyalah sebatang anggrek bulan, yang memiliki kembang yang sedang mekar, berwarna putih, kekuningan. “Maafkan kami Mam, kami tak nyangka kembang itu membuka kenangan mami” kujawab saja apa adanya, karena ku tak tahu apakah itu kenangan manis mami, apa itu kenangan pahit.

“Ketika mami pergi dengan papimu, ke Tawangmangu, saat beliau ada tuga sperorangan ke Puskesma, kami membawa pulang sebagai oleh-oleh, anggrek yang sama, mirip sekali, dan bentuknyapun hampir sama” jawab mami. Syukurlah itu kenangan manis mami saat awal kenal papiku.

Nah bagaimana cerita pesiarmu tadi siang kemana saja, ceritakanlah, Rani. Mami ingin mendengarnya.
Silahkan Rani, ceritakan sahutku, kami akan mendengarkan apakah itu merupakan pilihan objek yang salah apa pilihan yang baik, kataku.

Aku sangat menikmati seluruh perjalanan pesiarku pagi hingga sore tadi. Aku dapat mencoba parasailing boat, dan mencoba menikmati banana boat di Danau Beratan. Aku banyak diajari Cokde, bagaimana cara menjaga keseimbangan, bagaimana cara membelok. Awalnya memang aku coba buggi, berdua sambil belajar bagaimana mengendalikan diri.

Cokde dan instruktur di Danau Beratan, memang sangat professional, sehingga aku yang hanya sedikit bisa renang tidak khawatir, dan bisa diyakinkan utnuk percaya diri menikmatinya. Hampir dua jam kami disana. Dari ketinggian aku dapat menokmati dan menyaksikan bagaimana indahnya danau itu, sehingga pantas saja menjadi dua puluh besar danau terindah di dunia.

Terima kasih mami, karena telah mengingatkan kami untuk membawa pakaian renang saat berangkat pagi tadi. Aku salut dengan toko Joger, yang ada dimana itu ya Cokde, yang bukan di Kuta itu. Hooo itu di Luwus, namanya di Jalan Raya Mengwi-Bedugul. Yayaya maksudku di Toko Joger, Luwus. Joger memang nyeleneh, banyak digemari. Walau dibuka di desa saja, pengunjungnya membeludak. AKu hanya lewat saja disana, terus kami meuju ke Jati Luwih menyaksikan wisatawan pada off road disana. Hanya aku tak tertarik mengikutinya.

Aku mengagumi keindahan pedesaan disana. Sawahnya yang bertingkat, serta petaninya yang sudah kembali membudidayakan tanaman tanpa szat kimiawi, sudah memulai start dengan makanan sehat. Meraka ikut membangun kesehatan masyarakat kita. Mereka sudah memproduksi padi organik. Sudah sepatutnya pemerintah membantu memberikan bimbingan dan subsidi kepada masyarakat disana.

“Apa kalian sempat mencoba makanan organic di Rumah Makan yang ada disana” tanya mami. Kami tidak sempat mencobanya, hanya saja kami sempat mencoba serabi asli Bali, di warung “La Klak” di Penebel. Memang patut diacungi jempol. Anak SMK sudah punya inovasi dengan membuat serabi Bali dengan variasi, serabi pisang, serabi tape, serabi nangka. Belinyapun kami harus antre. Syukur Made Kris ada di rumahnya saat itu, dia bisa KKN dengan saudaranya yang jualan serabi, sehingga kami tidak harus menunggu, lama. Cokde telah menelpon terlebih dahulu minta dibookingkan sehingga pas datamh pas dapat.

Kami sempat berbincang sebentar, di warung La Klak, dan terus melankutkan perjalanan kami kea rah Tabanan. Kami mencoba makanan pedesaan, dengan mampir di Rumah Makan “Desa Kita” di persawahan sebelum masuk kota Tabanan, dari arah Penebel. “Itu mam di Wanasari” tambah Cokde.
Ya di Wana sari. Aku sangat menikmati makana tradisional yang disediakan. Kami memesan pepes belut, belut goreng, gabus goring, sayur roroban –jenis sayur lodeh -, sambal kecombrang. Aku sangat beruntung bisa mencoba jenis pisang yang baru kutahu yaitu pisang kayu. Sangat enak dan legit dagingnya.

Syukurlah kalau kamu suka. Mami juga sering mampir di rumah makan itu, kalau pas ada urusan di Tabanan. Suasananya sangat tradisional. Mengapa kamu tak ajak mencoba lawar kuwir Cokde. Nah apa lagi itu tanyaku. Itu semacam sayuran, dari nangka, kacang panjang, di Rajang habus bersma daging mentog. “Kurasa itu sangat amis mam” jawab Rani. “Tidak amis, kamu kalau kesana lagi harus mencobanya, bahkan Pak Bondan saja mengomentarinya Mak Nyus” Kata mami. Hahahahaha kami tertawa bersamaan …….. ternyata mami juga penggemar Pak Bondan ya.

Sambil meluncur pulang, kami sempat mampir ke objek wisata Alas Kedaton, melihat keindahan pura, ditengah hutan kera disana. Oh ya aku lupa. Disana kami bertemu dengan keluarga Made Sutardja. Salah satu anaknya adalah teman kami di Semarang dulu, hanya saja putrinya masuk Fakultas Ekonomi. Kami sama sama ikut sukarelawan kalau ada bencana alam. Pak Made Sutardja, dengan keluarganya sangat baik dengan kami. Kami berlima kos di rumah beliau. Jadi memang rupanya nasib atau peruntungan Rani, tak saat kuliah di Semarang, Di Papua, maupun disini di Bali kok selalu ketemu dan dekat dengan keluarga baik-baik sekali….. bukan Rani Memiji, memang begitu adanya. Pak Made ngajak kami mampir sebentar ke rumah keluarganya di Pemenang, sangat dekat dengan Taman Wisata Alas kedaton.

Mulanya ku ragu, apakah Rani bisa menikmati acara wisata pedesaan ini Mam. Tetapi dari cerita dia itu kelihatannya dia menikmati, Ceritanya tadi telah membangkitkan memori muda kanjeng mami, yang mami janji akan diceritakannya kapan-kapan. Ranipun bisa melupakan sejenak kelangsungan studinya di Bali, yang masih kesulitan pembimbing. Dia sangat menikmati perjalanan tadi. Dia sempat menikmati wisata kuliner serabi dan masakan asli Bali, jadi hidup ini kelihatannya perlu sekali-sekali kembali ke suasana kampong, kembali ke kuliner tradisional. Kata Dokter Rani, ini akan merupakan tahapan awal menuju Indonesia sehat. Katanya itu Visi Pemerintah untuk kesehatan masyarakat Indonesia.

Ternyata dunia ini sempit, Rani tak menyangka akan dapat bertemu kembali dengan Tuan Rumah Kosnya di Semarang, bukan di Semarang akan tetapi di tempat wisata, dia sungguh beruntung dapat melepas kangen dan menanyakan kondisi kawan-kawannya dengan informasi dari Pak Made. Rani sejak bertugas di Tanah papua, sebagain besar kehilangan kontak dengan temnan2nya saat kuliah.

Hanya saja keinginan Rani untuk menyaksikan acara adu ayam, belum sempat ketemu. Katanya saat ini mulai dilarang pemerintah. Akan tetapi untuk acara-acara keagamaan ataupun acara adat masih diperbolehkan. Aku berjanji akan mengajaknya menyaksikan di lain waktu. “Kanapa den, tak ngajak Mbak Rani ke Tanah Lot” tanya Me Yan. Nggak sempat Me Yan. Waktunya sudah sore, kan masih ada waktu lagi. Mamiku menimpali, “ ya dikit-dikit dulu Me Yan, biar merka bisa sering pergi”.

Memang saat ini sudah sangat sulit untuk dapat mengunjungi lebih dari tiga objek wisata dalam sehari, karena jalanan sudah macet. Masuk objek macet, keluar objek macet. Tak bisa kubayangkan lima tahun lagi, mungkin transportasi Bali seperti di Jakarta kali. Tak terasa labih dari sejam kami berbincang bersama di taman, melepas senja kala, mereview perjalanan sehari bersama Rani.

Bulan bulat, sehari sebelum bulan purnama sudah menampakkan diri, mendung musim hujan juga sudah mulai rajin menutupi sebagian langit membuat lelah ini sirna. Dan diskusi senjapun bubar karena rintikj renai hujan mulai tirun. Terima kasih Me Yan, hidangannya. Terima Kasih Rani ceritanya……… kapan-kapan kita lanjutkan menyaksikan acara adu ayam yang disebut “tajen” di Bali, sambil kita melepas senjakala di Tanah Lot. Mami, Rani dan Me Yan melanjutkan ngobrol ke meja makan karena memang sudah waktu makan malam, dan aku mandi………. Karena memang belum sempat mandi sepulang tadi,

==========================================Kuta Selatan, Medio Nopember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar