Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Kamis, 06 Maret 2014

Rani-15 Menyepi Di Puri Anyer




“MENYEPI DI PURI ANYER”

Suasana Puri (ww.google.com)
Rasanya Puri Gading sepi, sejak Rani pulang ke Puri Induk. Aku dan Mami ingin segera menyusul pulang menyusul kesana, padahal baru dua hari saja Rani meninggalkan Puri Gading. Katanya dia ingin menyepi, melakukan Yoga Hamil, serta menikmati udara pesesaan. Yande kuminta untuk selalu mengawasinya, aku sangat khawatir dengan kehamilannya, walau ia seorang dokter yang mengerti kesehatan, tetap saja mengkhawatirkan. Itu mungkin kekhawatiran seorang suami terhadap istrinya. Aku mau menemaninya, akan tetapi Rani tetap bersikukuh tetap ingin sendiri.
Toh ada saudara-saudara yang akan menemani disana, tak mungkinlah sendiri katanya.Memang ngidamnua istriku ini sangat aneh, minta sesuatu di luar jamnya sehingga sulit mendapatkan nya, aku serasa mahasiswa baru yang sedang menghadapi orientasi kampus, dituntut begini-begitu, diminta mencari ini-itu, atau mengikuti keinginannya yang macam-macam, dan diluar nalar sehat. Keinginannya kali ini sungguh diluar dugaanku.

Rani mau menyendiri di Puri Induk, Puri Anyer, Katanya ingin menikmati hari-hari kehamilannya secara alami. Dia sangat rindu pergi ke pasar tradisonal saat subuh, dia ingin mandi di pancuran alami puri. Dimana tempat mandi, di posisikan sedemikian rupa di dalam puri, hanya di pagari dengan pohon kembang sepatu yang ditata seperti tembok, ber atapkan langit, dengan mandi duduk di atas batu besar di kucuri air dari gentong besar penampung air.
Aku pada saat pulang ke puri juga sering mandi di tempat ini, memang rasanya kita mandi di alam terbuka. Suasana inipun yang sangat disenangi para tetamu, sehingga ada salah satu sector di Puri Anyer, yang disewakan untuk touris ditata persis permandaian alami ini. Saat Mc Jagger melaksanakan pernikaan di Puri ku juga memanfaatkan fasilitas ini.
Rani untuk beberapa kali telah mencoba mandi di tempat ini di puri, katanya sangat sensational. Terasa mandi di alam terbuka, dengan tidak takut keganggu privasinya. Dia berlama lama mandi, sambil berjemur sinar matahari pagi atau sore, dan mandi lagi….. Memang sangat sensasional. Pernah aku sampaikan ke Kanjeng Mami tentang ke anehan ngidamnya Rani. Mami hanya tertawa saja, dan berkata : “biarkan saja semasih bisa ngikuti, ikuti saja. Memang ngidamnya keluarga puri ini aneh-aneh”. “Mami juga waktu mengandung kamu Cokde, lebih parah dari itu permintaan Mami, ke Papi”.
Waktu itu papi masih menyelesaikan sekolahnya di Yogya, aku sudah hamil. Tiba-tiba aku ingin pulang ke Puri Anyer, sangat kangen ingin mandi di kamar mandi alami itu, rasanya sebelum mandi disana kok belum afdol rasanya. Padahal saat itu, pesawat ke Bali dari Jogya masih seminggu sekali, dan dokter melarangku naik transportasi darat lebih dari dua jam. Nah hal itu rupanya menjangkiti rani saat ini. Padahal mami tak pernah cerita kepadanya.
Jadi aku maklum bila ngidamnya Rani aneh-aneh kali ini. Saat tinggal di Puri dia ingin memutar film dokumentasi pernikahan kami katanya. Bagaimana saat diarak keliling kota, dengan menaiki delman yang ditarik empat kuda, dikawal barisan muda-mudi yang sangat panjang, diiringi beberapa barung gamelan, serta disaksikan ratusan bule yang menjadi touris tetamu puri. Memang suatu ajatan yang religious, dengan suasana adat yang kental serta tentu saja komersial karena banyak touris datang dan menginap di puri, yang memang sebagian di fungsikan sebagai villa.
Beberapa kegiatan seni wisata dikaitkan dengan acara pernikahan seperti, pementasan sendratari Ramayana, dengan latar belakang tari kecak. Sakian kuliner tradisional untuk para tetamu kami, serta pasar senggol dekat puripun menjadi ramai sampai tenagh malam.
Sangat aku sayangkan, kudengar pernikahan Mc Jagger dengan istrinya yang dilakukan upacaranya di Puri Anyer beberapa puluh tahun silam, dinyatakan tidak syah oleh pengadilan Inggris, karena dilakukan dengan rangkaian upacara perkawinan ala puri. Sehingga dokumentasi pernikahannya hanya merupakan film documenter tidak mempunyai civil effect di negaranya.
Rani memang disamping ngidam yang aneh-aneh, sangat cepat dalam penelitiannya, sehingga seakan waktu yang semestinya bertahun-tahun dilakukan dapat dia lakukan jauh lebih cepat. Mungkin karena teknologi kominikasi saat ini, yang sangat terbuka memudahkan dia mencari buku-buku referensi yang terbaru.
Buku yang baru minggu lalu terbit di Amerika, demikian juga Jurnal yang baru terbit dimanca Negara akan segera bisa kita dapatkan e-booknya dan mudah di beli melalui internet. Peralatan lab juga demikian kita membelinya tidak harus datang ke tokonya, bisa kita beli melalui e-shopping. Memang eranya Rani dalam kemudahan.
Kepergiannya ke puri kali ini aku tak biarkan dia membawa buku terlalu banyak, agar dia dapat memuaskan kerinduannya terhadap suasana kampung dan mengikuti Yoga Kehamilan, yang sangat membantu meredam rasa ngidam dan saat melahirkan nanti. Telah aku hubungi Ibu Isdamaeni untuk memandu Rani dalam melalakukan Yoga tersebut.
Bu Isdamaeni, yang biasa kupanggil Bu Isda seorang istri pensiunan Polisi, sekarang hidup dikampung sambil tetap mengajar di SMA yang ada di desaku. Ia seorang instruktur Yoga Kehamilan yang sudah termasyur, yang biasa di undang memberikan workshop sampai luar negeri tentang Yoga kehamilan ini.
Aku menyibukkan diri tetap ke kampus memberikan kuliah mahasiswaku, serta menengok spa yang baru saja di dekor ulang oleh sebuah biro Arsitek, karena memang secara berkala harus diredekor agar tetamu kami tidak bosan dan menikmati suasana yang selalu baru. Dua hari memang sangat terasa panjang.
Rasanya sih rani tidak akan kesepian dan bisa menjaga diri disana. Begitu juga laporan Yande kepadaku pagi tadi, katanya semuanya berjalan baik-baik saja, Nyonya sangat enjoy selama dua hari di Puri, katnya.  Rani tak mau dihubungi, semua hp nya dimatikan selama di Puri Anyer. Suatu permintaan yang berlebihan menurutku.
Kanjeng Mamipun tidak mengkhawatirkannya, karena beliau pernah merasakan hal yang sama, sehingga beliau tidak banyak komentar tentang kehamilan Rani. Hanya sesekali berguman, Cokde, Cokde ……..istrimu kok mengalami hal serupa dengan mami. Suatu restu dari leleuhur puri yang menerima dengan sepenuh hati menjadi anggota puri yang datang dari luar. Semoga saja dapat berjalan lancer dan cucu mami dapat lahir dengan selamat dan sehat walafiat. Kata Mami.
“Cokde, kita susul Rani, nanti sore kita pulang ke kampong, ke Puri Anyer, kebetulan mala mini bulan Purnama, kita ajak Meyan pulang,d an puri di tunguin penjaga keamanan saja”.
“Oke Mam, kita susuli, dan ikut menginap di Puri untuk satu-dua malam, kita ikuti Rani menikmati alam pedesaan dan menyepi di Puri”
“Mana ada Menyepi Cokde, kita lihat saja perkembangan disana, reken-reken kita cuti kerja dua hari ini”
Hampir menjelang magrib, atau sandikala kami sampai dan memasuki halaman Puri Anyer, kulihat ada mobil lain terparkir di garasi.  Rani dengan beberapa orang yang kayaknya aku kenal ,asih menyaksikan anak-anak gadis belajar menari di halaman luar Puri, dengan iringan gamelan yang di tabuh para remaja putra.
Katanya kebetulan mereka lagi libur karena ada ujian anak-anak kelas III, dan mereka mempersiapkan acara untuk acara perpisahan sekolah. Kamipun bergabung sama mereka. Rupanya Rani kedatangan tamu, Dokter Regina yang kebetulan ada di Bali cuti bersama keluarganya.
“Rupanya lagi KKN ini ya, kok tak bilang mau namu ke Puri” Kataku
“Tidak juga Cok, aku sebenarnya sudah janjian dua hari yang lalu untuk mampir ke Puri Gading. Tapi Rani sudah ada rencana pulang ke sini. Jadi aku susul kesini”
Haripun bertambah gelap, burung-burung gereja telah berhamburan sebelum masuk ke sarangnya, serta kelelawar sudah keluar, berkejaran di dahan sawo di halaman luar Puri, kamipun masuk ke Puri meikmati makan malam bersama, yang sudah dipersiapkan Meyan di Balai Bengong halaman tengah Puri, diiringi alunan degung dan rindik secara bergantian, di bawah temaran lampu obor bersmaa tetamu yang kebetulan nginap di Puri.  “Have a nice Nite …. And Bona petit” kataku mengakhiri sambutan singkat yang biasa diberikan kepaa tetamu yang ada di puri, untuk menikmati dinnernya. Dan alunan rindik pun semakin lamat-lamat mengiringi, mengantikan para penabuh degung yang kebagian makan malam duluan.
Pondok Betung, awal Maret 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar