Social Icons

Selamat Datang di Blog Itik-Bali

Selamat Jumpa Pembaca yang budiman, selamat datang di blog ini. Blog ini dibuat hanya untuk proses pencurahan hati dan ingin menghibur pembaca sekalian.

Dengan bahasa ringan sehari-hari, saya ingin berbagi cerita pendek yang mudah-mudahan bersambung, sehingga pembaca sekalian diundang untuk melepas lelah dan penat di blog ini.

Semoga pembaca sekalian menikmati dan terhibur setelah membaca. Tentu komentar dan saran anda sangat kami nantikan.

Salam

Sabtu, 01 Maret 2014

Sobar-4 Dari Titik Nadir Cinta Luna Menanjak



“BERANJAK TITIK NADIR CINTA LUNA”

Keluarga Sobar baru saja pulang dari liburan akhir musim seminya di daratan China. Sangat banyak yang dapat dia kunjungi di daratan China mereka mengunjungi Great Wall. Kota Terlarang, Istana Musim Panas, serta menyaksikan opera di Kota Beijing. Mereka menikmati semarak pesta menyambut musim semi. Rombongan Sobar  sembat dua malam menyaksikan kota judi Makao, serta menyeberang ke Zuhai, pantai mutiara yang hanya dipisahkan oleh gedung imigrasi dengan Makao.

Tiga hari terakhir mereka menyeberang ke bekas koloni Inggris Hong Kong, dan sempat menyaksikan bagaimana ramainya kaum buruh migrant Indonesia menikmati Hari Minggu mereka di Victoria Park. Persis seperti di Taman Monas. Ada yang bercengkerema dengan teman lprianya, ada yang asyik menikmati alunan Lagu Dangdut, beberapa membaca buku-buku, maupun segelrombolan diantara mereka mengadakan arisan, lengkap dengan hidangan ala Indonesia.


 Kata Luna, saat mereka melintas, malah ditawari ikut menikmati makan siang. Hahahaha …. Mereka sangat rindu dengan kampong halamannya. Mereka kelihatan sangat modis-modis, kita tidak akan menyangka kalau mereka sebagai buruh migrant yang berada sangat jauh dari sanak saudara mereka.

)***(
Pagi –pagi aku menuju Kantor Biro ku, aku telah janjian sama Reno, sambil mengucapkan selamat atas kelulusannya sebagai Magister Teknik, serta menyampaikan sedikit oleh-oleh yang sempat aku sisihkan, karena keponakan dan stap ayah yang menjemput di bandara langsung meminta oleh-oleh ketika sampai di rumah. Kantor Biro ku banyak dipuji klienku, mempunyai dekorasi yang bagus. Meraka umumnya memuji dan menannyakan Biro Interior yang menanganinya. Aku merasa tersanjung karena semua itu sebagai ungkapan terima kasih Reno atas motivasiku, tepatnya keluargaku agar Reno segera menyelesaikan sekolahnya yang sudah mengalami kemacetan beberapa semester.

Aku sengaja datang lebih awal dari janjiku ke Reno. Aku berkeliling kantor Biro ku. Memang sangat bagus dekorasinya, membuat orang yang ada didalamnya merasa nyaman dan terhibur. Lukisannyapun tidak kalah dengan lukisan pelukis professional. Semoga saja Reno, dapat melukisi hatiku yang ‘mungkin’ sedang kasmaran ini.

Ketukan itu datangnya dari arah depan. Pintu kantor Biro ku< segera kuhampir dan kubukakan pintu. Hehehe Reno, selamat pagi kataku. Dia memandangku dengan sangat macho, rambut gondrong sedikit rapi, celana kodory sedikit belel dan kemeja yang digulung sampai bawah sikunya. Dia memberikan aku seikat marar warna pink, dengan tulisan singkat ‘Love’.

Dia mengulurkan kedua tangannya tangannya, tak sadar aku langsung memeluknya. Diapun memelukku dengan sangat hangat, hembusan nafasnya terasa hangat di hambutku. Jantungkupun terasa lebih kencang dan lebih kencang detaknya. Ku ucapkan selamat atas kelulusan kamu Reno, semoga kau menjadi Sarjana yang Saujana. Ku ingat itu juga ucapan yang kuterima dari Rektorku saat melepas aku sebagai sarjana magister. Cukup lama aku dipelukannya. Tapi aku masih ingat batasan, karena aku sebagai konselornya, motivator Reno.

“Maafkan Reno”
“Ya sama-sama maafkan Luna”
Ku siapkan secangkir  dua cangkir kopi capucino cokelat, kunikmati dengan kue kecil tradisional yang sempat ku beli mampir di toko tadi. “Silahkan Reno minum dan cicipi kuenya, pasyi kau belum sempat sarapan tadi”
“Akh Bu Luna tahu saja kalau aku belum sarapan. Apa beda ya detak jantung kalau belum sarapan dengan sudah” Canda Reno.

AKu minta maaf sama Reno, karena tidak dapat menyaksikan langsung saat dia sidang terbuka tesisnya. Kudengan Pak Serang juga tidak bisa hadir, karena beliau keburu berangkat ke Jepang, mendapat biaya melaksanakan riset postdoktoralnya selama tiga tahun. Ibu Mar yang dengan tangkas mendampngi Reno dalam sidang tersebut.

“Apa rencana kamu Reno, setelah kau lulus sekarang”
“Enggak tahu, yang jelas aku sudah mengiyakan mengantikan Pak Serang memegang pelajaran yang selama dia ampu, mau mencari pacar serius, dan meneruskan usaha yang telah kurintis bersama teman-temanku, serta ‘masih mungkin’ lagi mengikuti saran hati kecilku melanjutkan kuliah S3”
“Oh bagus, kudengar di Fakultas Teknik akan segera di buka program S3 sehingga kau bisa kuliah sambil tetap dengan kegiatan yang lain…. Kecuali…..”
“Kecuali apa Bu Luna”
“Akh jangan pakai Bu lah, kau pakai Luna saja, biar aku merasa lebih muda Ren”
“Akh menurutku Bu… Eh.. Luna masih muda, dengan fikiran yang sangat dewasa, dan sangat mungkin ………. Enggak enggak”

Tak usah ngelantur Reno kataku. Terus mata kuliah apa yang engkau ampu? “Aku diminta untuk mengampu dua mata kuliah yang selama ini di pegang Pak Serang, sebagai ucapan terima kasihku selama ini telah banyak dibantu beliau dalam menyelesaikan kuliah, maupun dalam merebut proyek”. Rupanya beliau menunda kelulusanku ada rencana buatku. Terima kasih Pak Serang.

Mata kuliah yang diamanatkan untukku adalah Mata Kuliah Konstruksi Beton, dan Bangunan Tahan Gempa. Untuk mata kuliah yang pertama tidak masalah, karena selama ini aku juga menjadi asistem beliau. Akan tetapi untuk Bangunan Tahan Gempa, aku harus belajar lagi. Aku merencanakan berdiskusi dengan pakarnya. Seorang teman SMA ku, abangnya ada yang menekuni masalah kegempaan. Katanya untuk beberapa bulan ini beliau mondar mandir Jimbaran – Jakarta, kebetulan rumahnya dekat kampus katanya. Dia sering diundang memberikan pencerahan tentang kegempaan di fakultas kami.

“Hehehe aku aampir lupa Ren, terima kasih dengan bunga mawar pink nya, terus terang membuat hatiku semakin fresh, semakin berbunga bunga serta semakin  berjiwa muda Ren”
“Akh Ibu, eh Luna maaf belum biasa sih….terlalu memperbesar-besarkan, itu hanya kembang yang sempat ku beli di pasar bunga di perapatan itu” “Aku jadi tersanjung dengan pujian Luna”
“Aku juga terima kasih, dengan pelukannya tadi ya, tapi itu tidak mimpi ya…….”

Aku berterima kasih padamu Ren, dengan dekorasi dan lukisan yang telah menghias Biro ku. Oh ya beberapa klienku tertarik dengan karyamu. “Apa aku bisa memberikan alamatmu. Untuk memesan mungkin kalau mereka benar-benar berminat?”
“Jangan Luna. Biarkanlah sebentar aku menikmati kebebasan jadwalku setelah lulus ini, minimal satus emester ini aku tak mau ambil proyek dulu”

Percakapan pagi itu sangat membuat hatiku senang dan berbunga-bunga. Aku takut kalau aku jatuh cinta kepada klien ku. Tapi kubiarkan saja. Bukankah aku masih muda, dan belum pernah menutup hatiku, protesku dalam hati. Hayo Luna lanjut saja dunia belum kiamat bisikku dalam hati. Reno pun aku lihat sangat menikmati pagi itu, telah berdiskusi denganku berbagai hal terutama bercerita tentang perjalanan tour keluargaku ke daratan China, Makao dan Hongkong.

Aku tak memperhatikan Reno, saat aku menerima telepon dari Ayahku, rupanya ia menyelinap ke ruangan diskusi Biro, dan mengganti bajunya dengan kaos yang ku berikan sebagai oleh-oleh dari China. “Bagaimana Luna, matching kan antara kaos dan celanaku?, memang kau tahu seleraku”
“Kaos biru muda dengan label Kipling itu, sangat matching dengan celana kodory sedikit belel biru, dan sepatu ket Biru bermerk yang dia pakai” bisikku dalam hati, sambil berucap “Kau memang hebat Reno”

“Terima kasih Luna, kau yang hebat, kau telah menggerakkan semangat juangku untuk studi, kau ikut meruntuhkan kesulitan menembus persetujuan Pak Serang, serta melumatkan hati Bu Mar” kataku.

Itu memang, memang tugasku Reno, sebagai seorang psikolog, memberikan motivasi untuk mahasiswa yang bermasalah dengan studinya. Untuk kau sebenarnya tidak ada masalah, sepeti batu yang berada di lereng miring, yang seharusnya menggelinding tapi sedikit tersangkut batu kecil, sehingga menjadikan dia setimbang disuatu titik. Aku hanya sebuah pengungkit yang mengganggu seikit keseimbangan batu agar menggelinding lagi. Dan kau memang hebat. Buktinya kau Lulus dengan pujian, semua penelitian kamu merupakan penelitian yang sangat original Reno.

“Lho kok ibu… hehehe sorry. Kok Luna Tahu”
“Ya tahu dong, kan aku ada masukan dari pembimbing-pembimbingmu, dan Fakultas mengabari aku sesaat setelah kau lulus”
“Akh, berarti Luna sudah kenal Bu Marlina?”
“ Ya tahulah. Bu Marlina cantik kan, dia masih single lho…sangat modis dam sexy……, naksir ya?”
“hehehehe Luna cemburu ya?”

“Ternyata hari sudah siang sekali , mataharipun bergerak meninggalkan titik zenith, cintakupun baru meniti meninggalkan titik nadir….. Tapi perutku sudah protes nich  Luna”, kata Reno.
“Teru?”

Ya kalau tidak berkeberatan ku treaktir Ibu… he Luna, sebagai acara perayaan terhadap………
 “Terhadap apa?”
“Terhadap … apa ya, yakh terhadap kelulusanku, dan sebagai ucapan terima kasih…….atas “
“Atas apa?” tanya Luna sambil mendekatkan mukanya ke Reno..
“Terhadap dekapan Luna tadi” Sengaja kudekap lagi Reno, karena memang aku menikmatinya, kubiarkan jantungku tambah terpacu berdegup kencang lagi untuk sejenak…….. menikmati masa yang pernah hilang saatku berkutat memnuntut ilmu sekitar tujuh tahunan.

Kamipun meninggalkan Biro berdua, mencari makan. Kuminta memakai mobilku saja. Kami menuju sebuah rumah makan sedikit ekso terletak di atas bukit Jambul, yang merupakans sebuah rumah makan yang sangat tersohor sampai maca negara dengan masalakn bebek krispi nya, sambal matah dan minuman tradisionalnya rujak bir…………

Aku sangat menikmati makan siang kali ini, padahal sebelumnya aku paling tidak suka dengan masalakan apapun yang berbahn bebek, namun kali ini mungkin bumbunya yang pas dan dinikati berdua serta mulai menanjak dari titik nadir cintaku bersama Reno……… Akh tak terasa pedasnya…… Ush akh…..Ush akh ………..

===Puri Gading, awal Maret 2014=

3 komentar:

  1. Pak ..kisah ini berdasarkan kisah nyata atau bagaimana? Menarik ceritanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya berkan khayalan saya pengaranynya pak. Salam

      Hapus
  2. terbitkan ke novel ini indah bli putu

    BalasHapus